7. We Meet Again

1.4K 42 0
                                    

Selesai mandi Seika langsung menghampiri Satria yang sedang asyik menonton televisi lalu memakan semangkuk mie instan yang sudah kakak kandungnya itu siapkan untuknya.

Satria memperhatikan Seika dengan lekat. Adiknya itu sebenarnya memiliki wajah yang lumayan cantik. Namun, Seika tidak terlalu memedulikan penampilannya. Gadis itu lebih suka memakai celana dan kaos yang berukuran lebih besar dari tubuhnya. Penampilannya pun terlihat lebih mirip laki-laki dari pada perempuan.

"Dasar cewek separuh!" Satria geleng-geleng kepala melihat Seika yang makan begitu lahap seolah-olah tidak pernah makan berhari-hari.

"Kamu lapar banget, Dek?"

Seika hanya mengangguk karena mulutnya sibuk mengunyah. Seika sangat suka mie instan. Dia bahkan bisa menghabiskan dua bungkus mie instan sekaligus sekali makan.

"Argh, kenyang ...." Seika bersendawa lumayan keras setelah selesai makan.

Satria tanpa sadar bergidik mendengarnya. Entah apa yang membuat Arka sampai sekarang mau berpacaran dengan Seika padahal adiknya itu sering bertingkah di luar nalar. Ngomong-ngomong soal Arka, membuat Satria ingat kalau cowok itu sudah jarang bermain ke rumahnya.

"Abang sekarang jarang melihat Arka, Dek. Apa dia sibuk kuliah?"

Perut Seika yang semula kenyang mendadak lapar lagi setelah mendengar nama Arka. Dia benar-benar kesal karena Arka tiba-tiba meminta putus begitu saja.

"Arka minggat," jawab Seika ketus. 'Dari hatiku,' imbuhnya dalam hati.

"Kenapa? Putus?" Bibir Satria terlihat berkedut karena menahan tawa. Sejak awal dia memang menentang Seika menjalin hubungan dengan Aarka karena Arka bukan cowok baik.

"Hmm ...," sahut Seika datar.

"Makanya nurut sama abang. Abang kan, udah sering bilang kalau—"

"Udah ah, jangan ngomongin Arka lagi." Seika tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya lalu pergi ke kamar.

Tawa Satria seketika pecah, dia merasa sangat lega karena Seika akhirnya putus dengan Arka. Semoga saja adiknya itu mendapatkan cowok yang lebih baik dari pada Arka.

Seika menekan saklar lampu yang ada di belakang pintu. Kamarnya yang semula gelap pun seketika berubah terang.

"Capek ...," serunya sambil membaringkan diri di atas tempat tidur. Tidak lama kemudian Seika sudah tertidur lelap karena dia memang benar-benar lelah.

***

Cuaca pagi ini sangat cerah, Seika sedang menunggu bus yang akan mengantarnya pergi bekerja. Tiba-tiba saja sebuah Mercedes Benz G65 berhenti tepat di hadapannya. Tidak lama kemudian seorang anak perempuan turun dari sana.

"Mama!"

Kedua mata Seika sontak membulat melihat anak perempuan yang berlari kecil menghampirinya. "Cherry?!"

Cherry memeluk kedua kaki Seika dengan erat. Dia merasa sangat senang bisa bertemu lagi dengan Seika. "Cherry kangen sekali sama, Mama."

Seika tidak bisa berkata-kata karena terkejut melihat Cherry. Dia hanya diam sambil mengusap rambut Cherry dengan lembut.

"Mama anterin Cherry pergi ke sekolah, ya?"

Seika tersentak karena Cherry tiba-tiba menarik tangannya dengan paksa menuju mobil Devan. Seika sebenarnya ingin menolak, tapi tatapan sendu Cherry selalu berhasil membuatnya merasa tidak tega. Akhirnya dia terpaksa menuruti permintaan anak itu.


Seika duduk di bangku samping kemudi sambil memangku Cherry. Kedua matanya sesekali mencuri pandang ke arah Devan yang sedang fokus mengemudi. Devan memiliki sepasang alis tebal, rahang kokoh, serta bibir tipis yang sangat kissable. Dia baru menyadari jika Devan ternyata sangat tampan.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa kamu terpesona dengan wajah tampanku?" Devan menyeringai karena menangkap basah Seika sedang mencuri pandang ke arahnya.

Mulut Seika sontak terbuka lebar. Telinga gadis itu mendadak berdengung setelah mendengar pertanyaan Devan barusan. Seika baru tahu kalau Devan memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi.

"Cih, tidak sama sekali!" Seika terpaksa berbohong. Lagi pula dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau dia terpesona dengan wajah Devan karena lelaki itu nanti bisa besar kepala.

Devan kembali menyeringai. Dia bersumpah akan membuat Seika  terpesona dengan wajah tampannya.

Dua puluh menit kemudian mereka akhirnya tiba di sekolah Cherry. Devan pun menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang lalu membantu Cherry turun dari mobil.

"Cherry belajar yang baik, ya." Seika mengusap puncak kepala Cherry dengan penuh sayang.

Cherry mengangguk lalu mengecup kedua pipi Devan dan Seika bergantian sebelum masuk ke kelas.

Devan membukakan pintu untuk Seika lalu mempersilakan gadis berambut cokelat itu untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Masuklah."

Seika menatap Devan dengan kening berkerut dalam karena lelaki itu tiba-tiba bersikap baik pada dirinya, padahal beberapa menit yang lalu Devan masih bersikap ketus pada dirinya.

Apa Devan memiliki kepribadian ganda?

Seika mengangkat kedua bahunya ke atas lantas masuk ke dalam mobil Devan.

"Kamu sudah sarapan belum?" tanya Devan sambil melajukan mobilnya meninggalkan sekolah Cherry. "Bagaimana kalau kita nyari sarapan dulu?"

Lipatan di kening Seika semakin bertambah. Dia benar-benar merasa heran karena Devan tiba-tiba berikap baik pada dirinya.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Seika?" tanya Devan sambil tersenyum manis.

Entah kenapa jantung Seika tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat dari pada biasanya ketika melihat senyum manis Devan. Apa dia terpesona dengan duda beranak satu itu?

Devan tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu mendekat hingga membuat Seika refleks mundur dan membentur pintu mobil yang ada di belakang.

"Mau apa kamu?" tanya Seika takut-takut karena Devan mentapnya sangat lekat. Dia takut lelaki itu akan berbuat macam-macam pada dirinya.

"Menurutmu?" Devan menyeringai puas melihat Seika yang ketakutan. Dia pun semakin mendekat, mengikir jarak di antara mereka. Seika bahkan bisa mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh Devan karena jarak mereka sangat dekat.

Apa Devan ingin menciumnya?

'Tuhan selamatkan aku!' Seika pun memejamkam kedua matanya erat-erat.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Bahkan hingga detika kelima Seika tidak merasa ada sesuatu menyentuh bibirnya. Apa Devan tidak jadi menciumnya?

Seika pun memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan.

"Apa kamu pikir aku akan menciummu, Seika?" Devan tersenyum sinis. "Sayang sekali kamu bukan seleraku, Seika!" ucapnya terdengar pedas.

Mulut Seika sontak menganga lebar. Apa Devan pikir dia Ind0mie yang bisa membuat semua orang berselera?

Sialan!

Devan benar-benar menyebalkan!

"Kamu?!" Seika menatap Devan dengan tajam. Rasanya dia ingin sekali mengabsen semua hewan yang tinggal di kebun binatang untuk memaki Devan. Namun, kepalanya tiba-tiba saja dipukul oleh seseorang.

"Aduh!"

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang