45. Permintaan Cherry

976 32 5
                                    

Devan sontak menatap wanita paruh baya yang sedang asyik menonton sinetron Ikatan Cinta sambil memangku satu toples kecil berisi kacang almond. Mamanya selalu saja mengatakan hal yang tidak-tidak pada Cherry hingga membuat kepalanya pusing.

"Mama bilang apa saja ke Cherry?"

"Mama nggak bilang apa-apa." Diana berusaha tetap tenang, seolah-olah tidak melakukan apa-apa padahal dia tadi memberitahu Cherry kalau Devan akan mengajak Seika tinggal bersama mereka.

"Mama jangan bohong." Devan mendengkus kesal lalu mendudukkan diri tepat di samping Diana. "Cherry sendiri tadi yang bilang sama Devan kalau Mama bilang Devan akan membawa Seika pulang ke rumah."

Diana tanpa sadar menelan ludah. "Mama tidak bilang begitu. Mama cuma ikut-ikutan Noah."

Noah yang mendengar namanya disebut sontak mengalihkan pandang dari layar kaca yang ada di hadapannya lalu menatap Diana dan Devan bergantian.

"Jadi kamu yang memberitahu Cherry kalau saya akan membawa Seika pulang ke rumah?"

"Hah?" Noah yang tidak mengerti apa-apa menatap Devan dengan bingung. Sedangkan Diana berusaha menahan diri agar tidak tertawa karena wajah Noah terlihat sangat lucu sekarang.

"Aku nggak bilang apa-apa sama Cherry." Noah berusaha membela diri karena dia tidak melakukan hal yang Devan tuduhkan.

"Sungguh?"

"Aku berani bersumpah, Paman. Aku tidak mengatakan apa pun ke Cherry karena aku tadi langsung pergi ke kampus setelah mengantar Seika ke restoran," jelas Noah panjang lebar.

Devan sontak menatap Diana dengan tajam. Wanita yang telah melahirkannya itu memasang raut bersalah pada dirinya. Namun, Devan tidak yakin Diana benar-benar merasa bersalah sudah mengatakan hal yang tidak-tidak ke Cherry.

"Mama mengaku salah. Mama minta maaf."

Devan menghela napas panjang. "Mama sadar nggak sih, apa yang Mama lakukan ini bisa mengecewakan Cherry?"

Diana menunduk dalam, penyesalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. Diana sepenuhnya menyadari apa yang dia lakukan ini memang salah. Namun, dia terpaksa melakukannya agar Devan bisa bersatu dengan Seika.

"Mama lihat Cherry sekarang. Dia pasti kecewa karena Devan tidak membawa Seika pulang."

Diana sontak menatap Cherry yang duduk tepat di samping Devan. Dia bisa melihat dengan jelas raut kecewa yang menghiasi wajah cantik cucunya. "Maafin nenek ya, Cherry. Nenek tadi bohong kalau papa mau membawa mama Seika pulang ke rumah. Cherry nggak marah sama nenek, kan?"

Cherry menggeleng polos, meski kecewa dia tidak sampai hati marah pada neneknya.

"Terima kasih banyak ya, Sayang. Kamu memang cucu nenek yang paling cantik." Diana mencubit hidung Cherry dengan gemas.

"Lain kali jangan bilang seperti itu lagi ke Cherry!" sengit Devan terdengar penuh peringatan.

"Kenapa jadi kamu yang marah, sih? Cherry saja nggak marah dan mau maafin mama."

"Karena Mama sudah membuat Cherry kecewa. Seharusnya Mama—"

"Ah, sudahlah." Devan sontak berhenti bicara karena Diana memotong ucapannya. "Yang terpenting mama sudah minta maaf. Sekarang kasih tahu mama, apa kamu berhasil kencan sama Seika?"

"Kepo!"

"Marcellio Devan!" Diana menggeram kesal. "Mama sudah membantu kamu dekat dengan Seika. Sekarang beritahu mama apa kamu berhasil kencan sama Seika? Kalau tidak mama akan—"

"Akan apa?"

"Mama akan meminta Noah untuk menikahi Seika."

Kedua mata Devan sontak membulat. "Enak saja! Devan nggak akan tinggal diam kalau Mama sampai menyuruh Noah nikah sama Seika!"

"Kalau begitu kasih tahu mama sekarang. Apa kamu berhasil?" Diana menatap Devan dengan penuh harap. Dalam hati dia tidak pernah berhenti berdoa semoga Devan menyadari perasaannya dan mau membuka hati untuk Seika karena dia sudah tidak sabar ingin segera memiliki menantu.

"Iya."

"Sungguh?" Diana menatap Devan dengan pandangan tidak percaya.

Devan mengangguk.

Perasaan hangat sontak menjalari hati Diana. Dia merasa sangat bahagia karena Devan mau membuka hatinya dan memulai hubungan baru dengan Seika. "Terima kasih banyak ya, Van. Mama senang sekali kamu akhirnya mau membuka hati untuk Seika."

"Devan juga mau bilang terima kasih ke Mama. Kalau bukan karena Mama, Devan pasti akan diam di tempat dan memilih mengubur perasaan Devan pada Seika."

Diana mengangguk pelan. Sebagai orang tua Diana sangat memahami apa yang sedang Devan rasakan. Putra kesayangannya itu merasa sangat terbebani dengan janji yang dia ucapkan pada mendiang Elea hingga menutup pintu hatinya rapat-rapat untuk gadis mana pun. Karena alasan itulah dia membantu Devan agar berani membuka pintu hatinya untuk Seika.

"Paman nggak bilang terima kasih sama aku?" celetuk Noah.

"Tidak."

Noah mendengkus kesal. Padahal dia sudah membantu Devan agar bisa dekat dengan Seika, tapi pamannya itu tidak mau mengucapkan terima kasih pada dirinya.

Menyebalkan!

Cherry menguap pelan lalu menyandarkan kepalanya di lengan Devan. Sepertinya anak itu mengantuk karena sekarang sudah hampir jam sepuluh malam.

"Devan ke kamar dulu, Ma." Devan menggendong Cherry ke kamar, lalu membaringkan anak itu dengan hati-hati di atas tempat tidurnya.

"Papa, mau susu."

"Tunggu sebentar, ya."

Cherry mengangguk. Devan pun kembali turun, dia ingin membuat segelas susu untuk Cherry di dapur. Devan sebenarnya bisa meminta tolong pelayan untuk membuatnya. Namun, dia memilih melakukannya sendiri.

Devan segera kembali ke kamar Cherry setelah selesai membuat susu. "Ini," ucapnya sambil mengulurkan segelas susu untuk Cherry.

"Terima kasih, Papa." Cherry pun menerimanya lalu meminum segelas susu tersebut hingga tandas.

"Sama-sama, Sayang. Cherry sekarang tidur, ya?"

Cherry mengangguk. "Cherry mau tidur sambil dipuk-puk sama Papa."

"Tapi papa belum mandi."

"Nggak usah mandi. Cherry mau dipuk-puk Papa sekarang."

"Baiklah." Devan menghela napas panjang lalu naik ke atas ranjang. Dia tidak mempunyai pilihan lain selain menurut jika Cherry sudah merengek seperti sekarang. Devan meraih tubuh mungil Cherry ke dalam dekapan lalu menepuk punggung anak itu dengan penuh sayang.

"Papa ...."

"Hmm?"

"Cherry suka sama mama Seika. Cherry pengen mama Seika jadi mama Cherry."

Devan sontak mendunduk agar bisa manatap Cherry yang berada di dalam dekapannya. "Cherry benar-benar suka sama Kak Seika?"

Cherry mengangguk. "Iya, Papa. Cherry suka sekali sama mama Seika karena mama Seika udah nolongin Cherry waktu jatuh. Mama Seika juga ngobatin kaki Cherry yang sakit."

Devan terdiam mendengar ucapan Cherry barusan karena dia kembali teringat dengan pertemuan awalnya dengan Seika. Saat itu dia bersikap sangat kasar pada Seika karena dia pikir gadis itu sudah meracuni pikiran Cherry hingga mau memanggilnya mama. Padahal gadis itu sudah tulus menyelamatkan putrinya. Devan benar-benar menyesal. Andai saja waktu bisa diputar, dia pasti akan bersikap lebih baik pada Seika.

"Papa mau kan, menikah dengan mama Seika?" Cherry menatap Devan dengan penuh harap. Dia ingin sekali Devan menikah dengan Seika agar mereka bisa hidup bersama.

Devan tidak menjawab, dia malah memeluk Cherry semakin erat lalu mengecup puncak kepala anak itu dengan penuh sayang.

"Sekarang sudah malam. Cherry tidur dulu, ya."

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang