41. I Adore You

1.1K 35 4
                                    

Seika tersentak melihat seorang lelaki berwajah tampan yang tiba-tiba duduk di kursi kosong yang berada tepat di hadapannya. Aroma parfum mahal yang menguar dari tubuh lelaki itu seketika menyeruak di indra penciumannya. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar.

Kenapa Devan bisa ada di restoran yang sama dengannya? Apa lelaki itu mengikutinya?

"Kenapa Bapak bisa ada di sini?"

"Kamu sendiri?" Devan malah balik bertanya sambil menatap Seika dengan lekat. Gadis itu terlihat cantik dalam balutan gaun sabrin tanpa lengan berwarna peach yang melekat sempurna di tubuhnya. Bahu dan punggung gadis itu terlihat jelas, mengundang tatapan nakal dari beberapa pengunjung laki-laki yang ada di restoran.

Apa Seika tidak sadar kalau sejak tadi banyak lelaki yang menatapnya lapar?

"Saya sedang menemani Noah. Kalau Bapak?"

Devan malah mengangkat sebelah alisnya alih-alih menjawab pertanyaan Seika. Entah mengapa firasatnya mengatakan pertemuannya dengan Seika di restoran ini bukanlah suatu kebetulan. Devan yakin sekali mama dan keponakannya yang sangat menyebalkan itu pasti sedang merencanakan sesuatu untuknya.

"Di mana Noah sskarang?"

"Noah tadi bilang ingin ke toilet sebentar, tapi dia belum kembali sampai sekarang." Seika langsung menunduk setelah menjawab pertanyaan Devan. Dia takut mimisan jika terus menatap Devan karena lelaki itu terlihat tampan sekali hari ini.

"Telepon Noah dan suruh dia kembali sekarang!" perintah Devan tegas.

"Maaf, ponsel saya ketinggalan di rumah." Seika cepat-cepat menunduk ketika tatapan kedua matanya tidak sengaja bertemu dengan Devan. Seika berani bersumpah Devan terlihat sangat tampan sekarang. Lelaki itu memakai kemeja hitam yang dilapisi jas berwarna senada. Rambutnya yang hitam ditata rapi ke atas, memperlihatkan jidatnya yang asdfghjk ....

Seika tidak mampu menggambarkan betapa tampan wajah seorang Marcellio Devan. Sepertinya Tuhan sengaja memberi kadar ketampanan yang berlebihan ketika menciptakan Devan. Lelaki itu sempurna.

Devan mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Tatapan kedua matanya tidak berpaling sedikit pun dari Seika. Devan merasa heran karena Seika sejak tadi terus menundukkan kepala. Apa gadis itu tidak tertarik dengan wajah tampannya?

Devan mengotak-atik layar ponselnya, mencari nomor Diana. Setelah ketemu dia langsung menelepon wanita itu. "Devan bertemu dengan Seika. Ini pasti ulah Mama, kan?" ucap Devan tanpa basa-basi ketika Diana menjawab teleponnya.

"Maksud kamu apa, Van? Mama tidak mengerti."

Devan menghela napas panjang. "Jangan pura-pura tidak mengerti, Ma. Apa Mama pikir Devan tidak tahu kalau Mama sengaja menyuruh Devan pergi ke restoran untuk kencan buta dengan Seika?"

Seika yang mendengar namanya disebut sontak mengangkat kepala. Apa dia tidak salah dengar? Benarkah Diana menyuruh Devan kencan buta dengannya?

Diana malah terkikik geli. Dia bisa membayangkan betapa kesal wajah Devan sekarang. "Iya, Mama memang meminta Noah membawa Seika ke restoran itu untuk kencan buta sama kamu."

Devan kembali menghela napas. "Sudah Devan duga, ini pasti ulah Mama. Kenapa Mama melakukan semua ini sama Devan?"

"Mama paham sekali dengan sifatmu, Devan. Kamu pasti akan diam di tempat kalau Mama tidak memaksamu seperti ini."

Devan terdiam karena yang Diana katakan semuanya benar. Dia terlalu takut untuk melangkah dan memilih diam di tempat meskipun Elea sudah memberinya restu untuk menikahi Seika.

"Mama sudah membantu kamu, sisanya kamu sendiri yang urus. Tapi ingat, kamu jangan sampai mengecewakan Mama dan Cherry. Ingat itu!" Diana memutus sambungan teleponnya setelah mengatakan kalimat tersebut pada Devan.

Devan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi sekarang. Semua ini benar-benar di luar rencananya. Devan memang ingin mengungkapkan perasannya pada Seika, tapi tidak sekarang karena dia belum siap.

Devan tanpa sadar mengetuk-ngetuk lantai dengan ujung sepatunya. Dia merasa sangat gugup sekarang.

"Bapak mau minum?" Seika dengan polosnya mengulurkan segelas air putih untuk Devan.

Devan pun menerimanya lalu meminum airnya hingga tandas. Tidak lupa dia mengucapkan terima kasih ke Seika. "Thanks."

Seika mengangguk. "Apa saya boleh bertanya sesuatu?"

"Ya."

"Em, saya—" Seika tidak melanjutkan kalimatnya karena Devan tiba-tiba melepas jasnya lalu memakaikan jas tersebut di tubuhnya. Aroma parfum mahal yang menempel di jas lelaki itu tercium semakin jelas di indra penciumannya.

"Kenapa Bapak tiba-tiba memakaikan jas ini ke saya?" tanya Seika tidak mengerti.

"Saya tidak suka tubuhmu dilihat orang lain."

Jawaban Devan barusan sukses membuat wajah Seika memerah, jantung pun berdebar hebat. Dia membasahi bibir bagian bawahnya sebelum bicara. "Saya tadi tidak sengaja mendengar pembicaraan Pak Devan sama Tante Diana. Apa benar Tante Diana menyuruh Bapak kencan buta sama saya?"

"Seperti yang kamu lihat. Kita bertemu di restoran ini bukan kebetulan, Seika. Mama dan Noah yang sudah merencakan semua ini untuk kita."

Seika terkejut mendengar ucapan Devan barusan. Ternyata Diana dan Noah diam-diam sudah mengatur kencan buta untuknya dan Devan. Pantas saja Noah memintanya dandan yang cantik dan meninggalkannya di restoran sendirian.

"Kenapa Tante Diana dan Noah tiba-tiba mengatur kencan buta untuk kita?"

"Kamu mau tahu alasannya?"

Seika mengangguk. Dia ingin tahu alasan Diana mengatur kencan buta untuknya dan Devan. Padahal Devan tidak pernah menyukainya. Namun, jawaban yang keluar dari mulut Devan benar-benar di luar dugaannya.

"Because I adore you, Seika."

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang