29. Insiden

1.1K 30 0
                                    

"Lima menit lagi?!" Seika sibuk mencerna perkataan Devan hingga tidak menyadari kalau lelaki itu sudah menutup teleponnya.

Seika terhenyak ketiks melihat jam yang menempel di dinding kamarnya. Jarum panjang menunjuk angka lima, sedangkan jarum pendek berada di antara angka tujuh dan delapan. Ternyata sekarang jam setengah delapan kurang empat menit.

Seika tidak menyadari sudah menghabiskan waktu satu menit hanya untuk memikirkan ucapan Devan. Dia pun cepat-cepat bersiap-siap untuk menyambut kedatangan lelaki itu.

"Kenapa Pak Devan mendadak banget sih, bilangnya kalau mau datang ke sini?" Seika mengeringkan rambutnya dengan cepat. Setelah itu memakai bedak dan lip tin berwarna natural agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Tidak lama kemudian terdengar suara mobil yang memasuki halaman. Seika mengikat rambutnya dengan asal sebelum keluar karena Devan sudah datang.

"Siapa, Dek?" Satria hendak ke depan untuk memeriksa siapa yang datang. Namun, dia tidak jadi melakukannya ketika melihat Seika lebih dulu keluar.

"Pak Devan."

"Apa? Devan?"

"Iya."

"Sekarang kan, hari libur. Kenapa Devan datang ke sini?" tanya Satria heran.

"Seika juga nggak tahu, Bang." Seika segera beranjak ke depan lalu membukakan pintu untuk Devan.

"Mama!" Cherry langsung meminta turun dari mobil lalu berlari kecil menghampiri Seika sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Anak itu terlihat begitu sekali bisa bertemu lagi dengan Seika.

Awalnya Seika merasa sangat kesal karena Devan tidak memberitahu dirinya lebih awal jika ingin datang. Namun, rasa kesalnya seketika lenyap entah ke mana setelah melihat senyum manis Cherry.

"Hai, Cherry." Seika meraih tubuh mungil Cherry ke dalam gendongan lalu menatap Devan yang berdiri di hadapannya dengan lekat. Devan sekarang memakai kemeja berwarna biru navy yang dipadu dengan celana bahan berwarna senada. Rambutnya yang hitam disisir rapi ke atas. Seika tidak memungkiri kalau Devan terlihat sangat tampan.

"Tumben sekali Bapak pakai baju rapi. Memangnya Bapak mau pergi ke mana?"

"Ada sedikit masalah di kantor cabang. Apa saya boleh nitip Cherry ke kamu sebentar?"

"Oh, boleh kok, Pak."

Devan sontak mengembuskan napas lega. "Baiklah kalau begitu. Cherry, papa berangkat kerja dulu, ya? Jadi anak baik selama papa tinggal, jangan merepotkan Kak Seika."

"Iya, Papa."

"Anak pintar." Devan menepuk puncak kepala Cherry dengan penuh sayang lalu menatap Seika. "Saya titip Cherry sebentar. Hubungi saya kalau Cherry butuh sesuatu."

"Iya, Pak."

"Saya berangkat dulu."

"Pak, tunggu."

Devan sontak berhenti melangkah lantas berbalik menatap Seika. "Ada apa?"

"Dasi Bapak nggak rapi. Sini, saya rapihin." Seika menurunkan Cherry dari gendongan lantas membetulkan dasi Devan. Gadis itu sedikit berjinjit karena ponstur tubuh Devan jauh lebih tinggi darinya.

Devan yang paham pun merendahkan sedikit tubuhnya agar Seika bisa memasang dasinya dengan mudah. Tanpa sadar Devan tersenyum, entah kenapa dia merasa senang mendapat perhatian kecil dari Seika.

"Terima kasih."

Tubuh Seika menegang, jantungnya sontak berdetak dua kali lebih cepat, seolah-olah ingin meledak karena Devan tiba-tiba mengusap pipinya dengan lembut.

Gadis Lugu Milik CEO DudaWhere stories live. Discover now