15. First Kiss 💋

1.9K 49 0
                                    

Seika tanpa sadar mendengkus melihat Arka yang memasuki restoran bersama seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya. Jujur saja Seika masih kesal karena Arka tiba-tiba saja mengakhiri hubungan mereka demi wanita lain.

Devan pun mengikuti arah pandang Seika karena penasaran dengan apa yang sedang gadis itu lihat. Entah kenapa ada perasaan kesal yang menyelip dalam diri Devan karena Seika sejak tadi terus menatap cowok yang baru saja memasuki restoran itu.

"Kamu lihat apa, Seika?"

"Bapak lihat cowok itu?" Seika malah balik bertanya sambil menunjuk Arka.

Devan pun mengikuti arah telunjuk Seika lalu mengangguk pelan.

"Cowok itu mantan saya, seminggu yang lalu dia tiba-tiba minta putus karena bosan sama saya. Sekarang malah pacaran sama tante-tante." Seika menyedot minumannya dengan gemas. Dia tidak merasa cemburu sedikit pun jika Arka sudah menemukan pengganti dirinya. Dia hanya merasa kesal karena Arka tiba-tiba mengakhiri hubungan mereka begitu saja.

"Kamu cemburu?" tanya Devan sedikit kesal. Entah kenapa dia tidak suka jika Seika masih memiliki perasaan pada mantan kekasihnya itu.

Seika tidak menjawab pertanyaan Devan. Gadis itu malah menyembunyikan wajahnya di balik buku menu karena Arka tiba-tiba berjalan ke arahnya. Semoga saja cowok itu tidak melihatnya.

Seringaian licik muncul di bibir Devan karena sebuah ide gila tiba-tiba melintas di pikirannya. Dengan gerakan cepat dia menarik tengkuk Seika lantas menyatukan bibir mereka, sementara tangannya yang lain dia gunakan untuk menutup kedua mata Cherry.

Tubuh Seika sontak menegang, jantungnya seketika berdetak dua kali lebih cepat karena Devan tiba-tiba mencium bibirnya.

Oh My Gosh ....

Devan meraih tengkuk Seika dan semakin memperdalam ciuman mereka. Dia melumat bibir bagian atas dan bawah gadis itu dengan penuh perasaan. Bibir Seika terasa sangat manis, seperti buah ceri.

Jantung Seika berdetak semakin cepat. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang mengepakkan sayap di dalam perutnya. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan.

Pikiran Seika mendadak kosong. Syaraf-syaraf di tubuh tubuhnya pun seolah-olah lumpuh. Dia hanya bisa pasrah dan mengikuti permainan Devan sambil meremas kemeja lelaki itu dengan erat sebagai pelampiasan.

Devan bergeming di tempat. Kedua matanya menatap nanar Seika yang sedang asyik berciuman dengan Devan. Apa gadis itu tidak malu berciuman di tempat terbuka seperti ini?

"Erngh ...." Devan melepas pagutan bibirnya saat mendengar erangan halus yang keluar dari bibir mungil Seika.

Wajah Seika terlihat sangat memerah, napasnya pun terengah karena Devan tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas. Gadis itu pun segera menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-paru.

Devan menyeringai senang melihat bibir Seika yang terlihat sedikit membengkak akibat ulahnya. Entah kenapa dia merasa sangat bahagia sekarang.

"Pertunjukan yang bagus, Seika!"

Seika menatap Arka yang berdiri di dekatnya dengan kening berkerut dalam. Pertunjukan apa yang cowok itu maksud karena dia merasa tidak melakukan pertunjukan apa pun.

"Aku pikir kamu gadis polos, tapi kamu ternyata berani berciuman di tempat ramai seperti ini, Seika. Dasar murahan!" Arka berdesis sinis lalu beranjak dari hadapan Devan dan Seika begitu saja. Sebenarnya Arka ingin menyapa Seika, tapi dia tidak jadi melakukannya karena melihat mantan kekasihnya itu sedang berciuman dengan Devan.

Arka benar-benar tidak menyangka gadis lugu Seika berani berciuman dengan lelaki lain padahal selama berpacaran mereka hanya bergandengan tangan, tidak lebih.

Kedua tangan Seika mengepal kuat, amarah tergambar jelas di wajah cantiknya mendengar ucapan Arka barusan. Seika benar-benar marah karena Arka menyebutnya gadis murahan hanya karena melihatnya sedang berciuman dengan Devan.

Kenapa Devan tiba-tiba menciumnya?

Seika menatap Devan dengan tajam. Rasanya dia ingin sekali membunuh Devan dengan sumpit yang ada di atas meja karena lelaki itu sudah mencium bibirnya sembarangan. Namun, Seika tidak berani melakukannya karena dia belum siap masuk penjara.

Argh, sialan!

***

Seika lebih diam selama di mobil karena dia masih terbayang-bayang dengan ciuman Devan. Seika seolah-olah masih bisa merasakan betapa lembutnya bibir Devan saat menyentuh bibirnya. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan.

Seika yanpa sadar meraba-raba bibirnya sendiri. Gadis itu tidak bisa memungkiri kalau dia terbuai dengan ciuman Devan yang begitu memabukkan.

"Kenapa wajahmu memerah? Apa kamu sakit?" Devan menempelkan punggung tangannya ke kening Seika. Suhu tubuh gadis itu ternyata normal, tapi entah kenapa wajah Seika terlihat sangat memerah sekarang.

Seika menepis tangan Devan dari atas keningnya dengan kesar. Dia tidak sudi disentuh lelaki itu.

"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu memikirkan ciuman tadi?" tanya Devan tanpa dosa.

Seika menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan untuk meredam emosinya agar tidak menampar wajah Devan yang kelewat tampan.

Kenapa mulut Devan enteng sekali menanyakan hal seperti itu pada dirinya? Apa Devan tidak malu?

"Sudah, jangan dipikirkan. Anggap saja saya khilaf," ucap Devan tanpa memedulikan betapa marahnya Seika sekarang.

"Bapak bilang spa?! Khilaf?" teriak Seika tanpa sadar hingga membuat Cherry yang sedang tertidur di atas pangkuannya menggeliat pelan karena merasa terganggu. Seika pun mengusap kepala anak itu dengan lembut agar kembali terlelap.

"Mudah sekali Bapak bilang ciuman tadi cuma khilaf. Apa Bapak tidak tahu kalau itu tadi ciuman pertama saya?"

"Benarkah?" Wajah Devan seketika berbinar. Dia tidak pernah menyangka kalau dirinya menjadi lelaki pertama yang mencium bibir Seika.

"Duh, Gusti!" Seika refleks memukul mulutnya sendiri karena tanpa sadar sudah memberitahu Devan kalau ciuman tadi adalah ciuman pertamanya.

Padahal dia sudah susah payah menjaga  kesucian bibirnya untuk diberikan pada calon suaminya. Namun, Devan malah lancang mengambil ciuman pertamanya.

Menyebalkan!

"Bibirku tidak suci lagi!" rengek Seika seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesukaannya.

Tawa Devan seketika pecah melihat tingkah Seika yang begitu kekanakan. Entah kenapa gadis itu terlihat sangat menggemaskan di matanya sekarang.

Sepuluh menit kemudian mereka tiba Devan Grup. Devan segera turun dari Mercedes Benz G65 miliknya lalu membuka pintu untuk Seika. Namun, gadis itu malah diam dengan wajah cemas.

"Kamu tidak turun?"

Seika menatap Devan dengan kesal. Apa Devan tidak memikirkan bagaimana reaksi seluruh karyawan yang ada di kantor jika melihatnya turun dari mobil yang sama dengan lelaki itu? Mereka pasti akan mengatakan hal yang tidak-tidak tentang dirinya dan Seika terlalu malas mendengar mulut nyinyir mereka.

Devan mulai habis kesabaran melihat Seika yang sejak tadi cuma diam. "Turun atau saya gendong!"

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang