25. Debaran Halus

1.1K 39 0
                                    

"Mama ...."

Seika tergagap mendengar suara Cherry. "Iya, Sayang."

"Kenapa Mama sedih?" Pertanyaan Cherry barusan sukses membuat Seika terkejut.

"Siapa yang sedih? Kakak tidak—" Seika tidak melanjutkan kalimatnya karena Cherry tiba-tiba memeluknya dengan erat.

"Cherry sayang banget sama Mama."

Seika tanpa sadar tersenyum, ada perasaan hangat yang menjalari hatinya. Dia tidak perlu merasa berkecil hati jika Devan masih mencintai mendiang istrinya karena dia masih memiliki Cherry benar-benar tulus meyanyanginya.

"Kakak juga sayang sekali sama, Cherry," ucap Seika sambil balas memeluk Cherry.

"Mama, Mama ...."

"Iya, Sayang?" Seika melepas Cherry dari dekapan lalu menatap anak itu.

"Cherry ingin pergi ke taman bermain."

"A-apa?" Seika tampak terkejut karena Cherry tiba-tiba ingin pergi ke taman bermain.

"Kemarin teman Cherry ada yang naik komedi putar sama mamanya. Cherry juga ingin naik komedi putar sama Mama." Cherry menatap Seika dengan penuh harap. Tatapan sendu anak itu selalu berhasil membuat Seika luluh.

"Baiklah, tapi kita minta izin sama papamu dulu, ya?"

Cherry mengangguk senang. "Terima kasih, Ma."

"Sama-sama, Sayang."

Sementara itu Devan baru saja selesai rapat dengan pemilik sekaligus pemimpin perusahaan Dinata. Mereka sepakat menjalin kerja sama untuk membangun sebuah hotel dan tempat perbelanjaan baru di dekat Ibu Kota.

"Sepertinya kita harus makan malam bersama untuk merayakan kerjasama kita, Mr. Devan."

"Sepertinya ide bagus, Mr. Alvaro. Anda atur saja tempatnya, saya ingin menelepon putri saya sebentar."

"Baiklah, Mr. Devan." Alvaro pamit undur diri lalu pergi ke restoran yang akan mereka gunakan untuk makan malam bersama lebih dulu.

Devan mengeluarkan ponselnya dari saku celana karena ingin menelepon Seika untuk menanyakan keadaan Cherry. Namun, sang ibu tiba-tiba menelepon. Tanpa menunggu waktu lama Devan segera menggeser ikon hijau di layar ponselnya.

"Halo, Ma."

"Kenapa kamu tidak pernah menelepon mama, Devan? Apa kamu tidak kangen sama mama?" cerocos Diana di seberang.

Devan memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat setelah mendapat semprot dari Diana. "Devan sangat sibuk, Ma. Maaf kalau Devan tidak sempat menelepon Mama."

"Bohong! Kamu pasti senang karena mama tinggal lama di Jepang. Iya, kan?"

"Mama ...." Devan mendesah panjang karena Diana menuduhnya yang tidak-tidak.

"Jadi, kapan kamu mau menikah?"

Devan berdecak kesal. Inilah salah satu alasan yang membuatnya malas menelepon Diana karena ibu kandungnya itu selalu menyuruhnya untuk menikah.

"Sudah berapa kali Devan katakan. Devan tidak mau menikah lagi, Ma."

"Tapi Cherry butuh sosok ibu, Devan. Tolong jangan egois, pikirkan juga perasaan Cherry."

Devan malah diam sambil melihat pemandangan di luar lewat jendela kaca yang ada di ruangannya. Apa dia selama ini terlalu egois?

Bukan tanpa alasan kenapa Devan memutuskan untuk tidak menikah lagi karena dia sudah berjanji pada mendiang istrinya untuk setia. Namun, Devan tidak menyadari jika janji yang dia buat pada Elea sudah menyakiti Cherry.

Gadis Lugu Milik CEO DudaWhere stories live. Discover now