26. Benih-Benih Cinta

1.2K 33 0
                                    

Seika berulang kali menatap sekotak macaron yang ada di atas pangkuannya sambil senyum-senyum tidak jelas. Roma merah pun menghiasi kedua pipinya. Entah kenapa Seika merasa sangat bahagia hanya karena sekotak macaron pemberian Devan. Jantung gadis itu sekarang bahkan berdegup kencang. Debaran yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan ketika dia sedang bersama dengan Arka.

Apa dia tertarik dengan Devan?

"Kita sudah sampai, Nona."

Seika tergagap lantas mengedarkan pandang ke sekitar setelah mendengar ucapan sopir yang mengantarnya. Dia tidak sadar jika mobil yang ditumpanginya sudah berhenti tepat di halaman rumahnya karena memikirkan Devan.

Seika pun segera turun lalu mengucapkan terima kasih pada sopir tersebut. "Terima kasih banyak ya, Pak."

"Sama-sama, Nona."

Seika baru masuk ke rumah setelah memastikan mobil tersebut tidak terlihat lagi oleh pandangannya. "Bang Sat!" teriaknya kencang membuat Satria yang sedang menonton TV di ruang tengah seketika menoleh ke arahnya.

"Baru pulang, Dek?"

"Iya." Seika melepas tas selempangnya, lalu menggantungnya di belakang pintu.

"Kamu bawa apa?" tanya Satria setelah melihat kotak yang Seika bawa.

"Ini macaron dari Pak Devan." Seika menunjukkan sekotak macaron yang dibawanya pada Satria. "Abang mau?"

Satria mengangguk lalu mengambil satu. Kue warna-warni itu terasa sangat lembut dan manis di lidahnya. Rasanya benar-benar enak. Tidak heran jika harga satuan kue tersebut bisa mencapai puluhan ribu.

"Devan baik banget ya, Dek."

"Iya."

"Ganteng lagi."

"A-apa? Ganteng?" Seika menatap Satria tidak percaya.

"Iya, kalau abang perempuan, abang pasti udah naksir sama Devan."

"Abang aneh banget, sih? Masa suka sama laki-laki?"

Satria menghela napas panjang. "Itu kalau abang jadi perempuan, Dek. Memangnya kamu nggak naksir sama Devan?"

"A-apa? Naksir?" Seika terhenyak mendengar pertanyaan Satria.

Satria mengangguk lalu meneguk segelas air putih yang ada dihadapannya. "Memangnya kamu nggak punya perasaan apa-apa sama Devan?"

"Eng-enggak." Seika menjawab pertanyaan Satria sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Sungguh?" Satria menatap Seika dengan lekat. Adik kandungnya itu terlihat sangat gugup sekarang. Sebagai seorang kakak, Satria tahu kalau Seika tertarik dengan Devan.

"Iya. Untuk apa juga Seika bohong. Asal Abang tahu saja. Pak Devan itu nggak sebaik yang Abang kira."

"Masa, sih?"

"Iya."

"Abang lihat Devan orangnya baik, perhatian lagi. Kalau dia bukan orang baik, dia nggak mungkin mengirim sopir untuk antar jemput kamu setiap hari dan memberimu macaron."

"Bang Sat kok, belain Pak Devan, sih?" Seika mengerucutkan bibir kesal.

"Abang nggak belain Devan, Dek. Abang cuma bicara kenyataan."

"Sudahlah, Seika malas bahas Pak Devan terus," ucap Seika sambil beranjak.

"Kamu mau ke mana?"

"Mandi. Oh iya, Bang. Seika besok mau pergi ke taman bermain. Boleh, ya?"

"Sama siapa?"

"Pak Devan dan—"

"Kalian mau kencan?"

Gadis Lugu Milik CEO DudaWhere stories live. Discover now