50. Meminta Restu

1.6K 40 2
                                    

Seika menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu beranjak ke kamar mandi, aetelah itu mencuci wajahnya di wastafel. Decakan kesal keluar dari bibir Seika ketika melihat tanda merah di lehernya, hasil perbuatan Devan. Jumlahnya bahkan lebih dari satu.

"Ish!" Seika mengerucutkan bibir kesal. Padahal Devan dulu sangat dingin pada dirinya, tapi lelaki itu berubah mesum semenjak mereka bertunangan.

Seika pun cepat-cepat mandi karena Diana sudah menunggu di meja makan. Lima belas menit kemudian dia keluar dari kamar mandi memakai bathrobe dan handuk yang melilit di kepala. Setelah itu dia mengambil sebuah A line dress dengan aksen ruffles yang ada di walk in closet milik Devan dan memakainya. Tidak lupa dia memoles make up tipis di wajahnya.

"Sayang!"

Seika mendengkus kesal lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika melihat Devan. Rasanya dia ingin sekali menancapkan kukunya yang tajam di wajah tampan Devan karena lelaki itu sudah berbuat kurang ajar pada dirinya.

"Kamu masih marah sama mas?"

Seika memilih diam karena pertanyaan Devan tidak membutuhkan jawaban. Apa ekspresi wajahnya kurang jelas kalau dia masih marah?

"Sayang ...." Devan menyenggol lengan Seika pelan agar berhenti mengabaikannya. Namun, Seika tetap diam seribu bahasa.

"Mas mengaku salah dan meminta maaf. Jangan diemin mas lagi, dong!"

Seika berusaha keras mengabaikan Devan karena dia masih kesal dengan lelaki itu. Mau ditaruh di mana mukanya jika bertemu dengan Diana? Seika benar-benar malu.

"Sayangnya mas jangan marah lagi, ya?" Devan terus menyenggol lengan Seika membuat seluruh pelayan di rumahnya terkikik geli melihat tingkah konyolnya. Namun, Seika tetap saja mengacuhkannya. "Sayang ...."

"Apaan, sih? Berisik!" sengit Seika dengan mata melotot.

"Mama sudah nunggu di bawah. Kamu mau jalan sendiri atau mas gendong?"

Mulut Seika sontak menganga lebar. Belum sempat dia menjawab Devan tiba-tiba menggendongnya seperti mengangkat karung beras. Lelaki itu benar-benar menyebalkan!

"Devan turunkan aku! DEVAN!" Seika terus memberontak agar Devan menurunkannya, tapi lelaki itu terus menggendongnya sampai ke meja makan hingga membuat kepalanya pusing.

"Astaga, Devan!" Diana yang melihat tingkah Devan hanya bisa geleng-geleng kepala. Sepertinya dia harus menikahkan Devan dan Seika secepatnya agar adik Cherry tidak hadir sebelum mereka resmi menikah.

Devan mendudukkan Seika dengan hati-hati di meja makan. "Mas minta maaf, sudah jangan marah lagi," ucapnya sambil mengacak puncak kepala Seika dengan gemas.

Seika menepis tangan Devan dari puncak kepalanya dengan kasar. Pagi ini dia tidak bisa sarapan dengan tenang karena Diana terus melirik. Seika berani bersumpah, dia akan membuat perhitungan dengan Devan karena sudah membuatnya malu di depan Diana.

"Ma, Seika nganter Cherry sekolah dulu, ya?" ucap Seika setelah menghabiskan sarapannya.

"Iya, hati-hati."

Devan cepat-cepat menghabiskan kopinya lalu menyusul Seika dan Cherry yang sudah berada di depan. "Mas akan mengantar kalian."

"Tidak perlu." Seika langsung menolak karena dia masih kesal dengan Devan.

"Mas juga tidak butuh persetujuan dari kamu."

"Ish!" Seika mengerucutkan bibir kesal. Devan terkekeh geli melihatnya.

Cherry tampak begitu senang. Dia tidak pernah berhenti tersenyum karena diantar sekolah oleh mama dan papanya.

Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di sekolah. Cherry segera turun lalu masuk ke dalam kelas. "Dada Mama, dada Papa," ucapnya sambil melambaikan tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Lugu Milik CEO DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang