Chapter: 15

3K 247 12
                                    

Setelah mendengar penjelasan Yun Gi, Zea menukik alisnya curiga. "Suami, kau menipuku ya?!"

Yun Gi mengerjapkan matanya, "Tidak, aku serius. Desa Baekje memang seperti itu."

"Tapi kata nenek tua itu anaknya tabib terkenal di sana."

"Ngomong-ngomong, aku menyetujui syaratmu, berarti sekarang aku dimaafkan, 'kan?"

Zea mengangguk, matanya sedikit memicing menatap Yun Gi, "Iya, asal penuhi juga syaratnya."

"Syaratnya membuat keluarga, saling memberi ruang, rasa sayang dan kepercayaan. Nah, bukannya katamu dalam sebuah hubungan harus ada rasa kepercayaan, lalu kenapa kamu tidak percaya pada penjelasanku tadi?" tanya Yun Gi membuang umpan.

"Itu ... iya maksudku aku percaya, tapi kata nenek itu—"

"Kau lebih mempercayaiku atau nenek itu?"
Zea gelagapan, sial sekali ia memakan umpannya tanpa ia sadari.

"Aku mempercayaimu." Finalnya mengangguk lesu. Tapi di balik wajah lesu itu ia menaikan sebelah sudut bibirnya, "Cih! Aku akan menyelidikinya bersama Husok."

Tolong ingatkan Zea jika tuannya Husok adalah Yun Gi!!!

Ternyata benar pepatah yang mengatakan jika suatu masalah harus diselesaikan dengan baik-baik. Meski sebenarnya mereka berdua malah menyelesaikan masalahnya dengan drama perceraian.

Husok tertawa tertahan mendengar percakapan tuannya. Ia kemudian berjalan menjauh, mungkin untuk sekedar meluruskan punggungnya menuju posisi horizontal. Menggendong nona mudanya sangat jauh membuat punggungnya hampir patah.

Malam ini terasa lebih panjang dari biasanya, perasaan canggung nan kaku itu tiba-tiba lenyap di hati mereka.

Angin malam menyapa, membuat Yun Gi meraih bahu istrinya dari belakang, mendekat untuk saling menghangatkan badan menghadap kobaran api yang semakin lama membesar.

Di bawah cahaya rembulan, gadis itu merebahkan kepalanya ke bahu tegap Yun Gi, pikirannya menerawang ke belakang. Dimana saat-saat seperti ini pernah ia impikan, namun orang tuanya melarang untuk sekedar keluar malam.

Ah, sekarang ia benar-benar rindu rumahnya.

Rindu orang tuanya juga.

Tapi ia terjebak di sini dan tidak tau arah kembali.

Meskipun ia bisa kembali, apakah ia tega membiarkan suaminya sendiri dengan janji yang tidak kunjung ia tepati?

"Suami ...,"

"Ya? Kau ingin ke dalam?"

Zea menggeleng, "Apa kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa aku berasal dari masa depan?" Entah kenapa, secara tiba-tiba ia ingin mengatakan ini.

Kedua alisnya naik, "Masa depan?"

"Ya, apa kau akan percaya?"

"Jika kau dari masa depan, bukankah seharusnya kau akan tahu apa yang akan kita lalui kedepannya? Bagaimana dengan hari esok, kau sudah tahu?"

Zea diam, suaminya sangat cerdas untuk mengatakan bahwa dirinya tidak percaya, namun dengan cara lain. "Tidak, aku tidak tau."

"Ah!"

Yun Gi menyentil dahinya main-main, lalu tersenyum tampan seperti seorang ayah yang memahami imajinasi anaknya. "Kau memakan anggur cukup banyak, kau pasti sedang mabuk."

"Isshh! Ini anggur asli, bukan permentasi! Mana bisa membuatku mabuk?" sanggahnya.

Yun Gi terkekeh mendengar gerutuan itu, ia hanya bertanya omong kosong sebenarnya.

WANG MIN Where stories live. Discover now