Chapter: 30

2.1K 161 9
                                    

Jonwo mengerang, bagi dirinya yang baru menemukan sebuah kebahagiaan, merenggut orang yang ia sayang dalam waktu dekat, bukannya ini terlalu kejam?

Raja itu menidurkan tubuh kekasihnya perlahan, lantas ia berusaha berdiri dan mendongak ke arah ponakannya, tepat pada mata Yun Gi dengan tatapan begitu gelap.

"Kali ini memang bukan salahmu, tapi sepertinya aku butuh pelampiasan." Ujarnya meraih sebatang balok kayu dan mulai menyerang ke arah Yun Gi.

Para petinggi kerajaan yang masih hidup menatap pertarungan sengit itu.

Yun Gi sempat terpukul mundir beberapa kali. Ternyata benar, tenaga orang yang sedang dikuasai amarah begitu besar, tapi sayangnya otak mereka tidak berjalan beriringan.

Tatapan gelap Jonwo dipenuhi dengan air mata, bibirnya bawahnya bergetar dengan tubuh dipenuhi luka sayatan. Tapi ia tidak gentar, justru membabi buta melayangkan pukulan yang hanya mengenai udara saja.

Choe menyaksikan semuanya sejak Sohyun terluka, dan ia hanya bisa diam seribu bahasa menatap dua orang petarung yang dulu pernah dekat dengannya.

Cabikan, tusukan, dan sayatan hampir memenuhi tubuh Jonwo. Yun Gi tidak main-main dengan perkataannya untuk menghancurkan pamannya atas dosa yang selama ini Jonwo perbuat.

Ditengah pertarungan sengit itu, para pasukan bertato sudah berhasil mengitari mereka, memberi pertanda bahwa kemungkinan besar Yun Gi akan menang, para petinggi kerajaan hampir memuntahkan isi lambungnya saat melihat badan pasukan bertato itu dipenuhi darah.

Pasukan Soo Ho memang tidak diragukan lagi jikalau soal bantai-membantai.

Menyadari pasukan asing yang datang, konsentrasi Jonwo pecah, sebelah tusukan pedang mengenai pahanya hingga ia jatuh terduduk.

Badannya bergetar karena banyak mengalami pendarahan, bahkan keningnya sobek menembus sisi telinga kanan.

"Sampai kapan kau akan melawan? Bagiku, ini sudah jelas,"

"Kau dan aku berada dalam level berbeda soal mengatur kerajaan." Lanjut Yun Gi menancapkan pedang pada paha sang paman.

Jonwo meringis, ia menahan pedang itu dengan cara menggenggamnya, tapi nahas tangannya ikut tersayat. Semakin Yun Gi menekan, semakin Jonwo mengeratkan jarinya.

Yun Gi menaikan sebelah alisnya. Ia bersumpah, pedangnya ini bisa dikatakan pedang paling tajam di Goryeo, dan ia yakin jari-jari Jonwo sebentar lagi akan putus.

"Lepaskan bodoh, kau tidak kenyang dengan luka pada tubuhmu itu?" desisnya.

Yun Gi menarik pedangnya, semua orang meringis, apalagi saat beberapa jari milik Jonwo mulai lepas.

Jonwo tidak berekspresi, ia malah merangkak mendekati Sohyun yang sudah tidak bernyawa, bulu matanya yang basah bergetar menggenggam tangan Sohyun dengan jari buntungnya, "Ini memang sakit, tapi bukan tubuhku yang paling sakit,"

Semua orang yang ada di sana tidak buta, mereka melihat dengan jelas jika tubuh Jonwo bak kain yang dipenuhi cakaran harimau.

Yun Gi menaikan dagunya, ia sama sekali tidak menyimpan rasa iba, kesalahan Jonwo tidak bisa dikatakan ringan, "Berhentilah membual, raja brengsek yang naik tahta setelah membantai semua anggota kerajaan dan tawanan perang, kau akan turun tahta sekarang juga."

Seseorang lelaki tua dengan nyawa hampir menembus kerongkongannya berujar lirih, "Kau tidak akan bisa naik tahta, Tuan."

Ia sudah tua, berbaring di tengah aula dengan luka di tubuh ringkihnya, sudah di pastikan kalau ia tidak akan selamat, tapi ia masih sempat-sempatnya untuk menentang.

WANG MIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang