Chapter: 44

775 74 3
                                    

Semua orang di kelas itu menatap heran pada murid baru yang dari kemarin selalu menempel pada Sean.

Oke oke, sebenarnya masalahnya bukan pada murid baru yang bernama Alan itu, tapi semua orang meringis takut saat melihat ekspresi Miyoung. Ia yang biasanya paling cerewet tapi kali ini diam dengan sorot mata menatap datar.

"Sean, kenapa lehermu merah?" Alan duduk di sampingnya.

Sean tidak peduli, ia sibuk dengan PR-nya yang belum ia kerjakan semalam, "Bukan urusanmu."

Alan yang disamping Sean semakin bergerak mendekat, ia melihat ruam merah itu dengan seksama, "Ini seperti kiss mark! Kau melakukan itu ya? "

Sean diam, ayolah! Ada apa dengan omong kosong itu?! Paling juga dirinya digigit nyamuk, tidurnya kan seperti mayat jadi dilecehkan nyamuk pun tidak ingat. Sean diam, ia hanya ingin pokus mengejerjakan tugasnya di jam kosong seperti ini sebelum istirahat.

Ujung jari-jari Alan menari-nari, semakin menyentuh leher itu seolah meraba-raba.

"YAK! APA YANG KAU LAKUKAN PADA MILIKKU?!" itu Miyoung.

Wajahnya yang imut memerah dengan mata nanar, jika ini dalam animasi, mungkin di atas kepalanya terdapat emoji api bergerak kaku.

Merasa kaget, tangan Alan refleks tertarik dan jarinya tidak sengaja membuat sesuatu yang berkilau terlepas dari leher Sean.

Gemerincing suara benda jatuh terdengar, sebuah kalung cantik dengan liontin bergambar angka dua romawi diukir dalam balutan berlian.

Sean yang merasa kalungnya jatuh memejamkan mata, lehernya sedikit sakit tertarik kalung.

Para siswa menatap was-was, bisa saja kan Sean si manusia yang terlihat sempurna tampan kaya raya itu marah? Namun, pada akhirnya Sean hanya menghela nafas lelah dan segera mengambilnya. "Kenapa kalian diam setelah merusak barang berharga milikku?"
tanyanya begitu datar.

Namun diluar dugaan, Sean tidak melanjutkan perdebatan, tapi mengambil bukunya lantas keluar tanpa kata lagi. Setidaknya semua orang bisa bernafas lega.

Begitu atensi Sean tidak terlihat, Miyoung mendekat dan mengacungkan telunjuknya di wajah Alan. "Berani sekali kau merusak kalung miliknya!"

Alan membulatkan mata, "Aku tidak sengaja, lagi pula jika rusak keluargaku akan menggantinya dengan yang lebih berharga!"

Miyoung terkekeh sarkas, lidahnya meliuk di dalam mulut seolah mendengar perkataan rendah, "Lebih berharga katamu? Kau bahkan tidak tahu arti dari kata berharga itu sendiri. Bahkan jika kau menggantinya seribu kali lipat, kalung milik Sean jauh lebih berharga."

"Kenapa kau malah mempermasalahkan kalung?"

"Aku tidak mempermasalahkan kalung, aku sedang menghargai pemakainya."

"Kau menyukai Sean?" selidiknya.

Seluruh siswa tersenyum canggung mendengarnya, bagaimana Alan menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu, bahkan seluruh siswa di sekolah ini sudah mengetahui betapa Miyoung menyukai Sean.

Miyoung berjalan mendekat, ia berucap didepan wajah Alan, "Bukan suka lagi, tapi sayang, cinta! Jadi, sekali lagi kau mengganggu miliku, aku tidak segan-segan membuat wajahmu seperti katak!" bentaknya.

Alan berkacak pinggang, ia menatap gadis pendek itu risih, "Apa? Katak? Yakk! Wajah tampanku ini kau bilang katak?!"

"Aku bilang kalau menganggu lagi, kalau tidak ya wajah tampanmu akan tetap tampan!"

"Nah, itu kau mengakui jika wajahku tampan."

Miyoung tersenyum miring, ia berpangku tangan dan duduk di salah satu meja dengan tenang, "Iya, aku mengakuinya. Aku kan memang harus mengalah pada uke."

WANG MIN Where stories live. Discover now