Chapter: 23

2.7K 201 12
                                    

Tidak ada yang tahu jika pagi ini seorang anak adam sedang dalam keadaan hati yang berbunga, wajahnya secerah bulan purnama dengan gummy smile yang terus menyala-nyala.

Ia baru saja membersihkan diri, membuka pintu belakang untuk sekedar mempersilahkan udara segar masuk bagi si kesayangan yang masih terlelap.

Pandangannya menyapu  ke semua arah, hingga berhenti tepat pada satu tanaman yang terlihat asing di pohon berukuran sedang  samping pintu.

Ia mendekat, mencoba menganalisis tanaman tersebut, "Apa ini? Kenapa bisa sampai ke sini?" monolognya.

Suara ringisan kecil memecah keheningan, ia tersenyum melihat kesayangannya yang bangun terduduk dengan bibir berkedut.

Tidak-tidak!

Bukan itu yang membuat mantan pangeran itu tersenyum, tapi sesuatu yang menyembul dan mengkerut karena tertiup udara dingin terlihat sangat indah, lucu nan menggemaskan. Ingatan semalam kembali, ingin sekali ia memainkannya lagi.

Karena kesadarannya belum pulih sepenuhnya, gadis muda itu sepertinya belum menyadari. Yun Gi tidak berkomentar, toh ia bisa mencuci mata dengan baik pagi ini.

Ah! Bunga matahari pun sepertinya akan meleleh jika melihat gammy smile yang semakin lebar itu.

"Huhu kepalaku, pinggangku, sayang sepertinya aku sakit~" rengekan serak itu terdengar imut di telinga Yun Gi.

Bahkan Zea belum membuka matanya dengan sempurna.

Yun Gi mendekat, menyamankan dagu si Manis yang menyandar nyaman pada pundaknya. Tangan kekarnya bergerilya, mengusap punggung sempit itu dan kini beralih ke bawah, memijat pinggang si Manis pelan.

"Sebelah sini sayang?" tanyanya. Zea mengangguk, sesekali tersenyum saat suara suaminya terdengar seksi.

"Sayang, semalam aku bermimpi, kita memiliki seorang putra, tapi aku tidak suka, kenapa putra kita sangat mirip denganmu?" gerutunya tidak jelas.

Yun Gi terkekeh, perasaan hangat menjalar memenuhi rongga dadanya, "Apa putra kita tampan?"

Zea mendongakkan wajahnya, membuka mata untuk sekedar menatap wajah tampan itu, "Dia—"

"Jelek." Lanjutnya, ia terkekeh pelan saat melihat wajah Yun Gi berubah datar.

Bola matanya yang mulai bersinar kembali, kini membola saat merasa satu kecupan ia dapatkan pada bibir.

Yun Gi lantas bergumam di depan wajah manis Zea, "Kalau begitu, mari kita membuat bayi yang lain saja, supaya dia terlahir tampan sepertiku."

Merasa tidak aman, Zea lantas mundur tapi hal selanjutnya yang ia lakukan adalah memekik dengan keras saat menyadari tidak sehelai pun benang yang melekat pada tubuhnya.

"AHHHHHHH!"

Selanjutnya hanya layangan bantal yang Yun Gi dapatkan dan berakhir dengan pekikan kencang, "SUAMI! KAU BENAR-BENAR CABUL !!!"

.
.
.

Pagi hari ini, dua orang laki-laki itu menahan mati-matian senyuman di wajahnya.

Siapa yang tidak mendengar pekikan Zea di pagi ini?

Suara membahananya menggelegar, membuat burung perkutut pun berterbangan dengan kawanan angsa yang ikut berlari kocar kacir.

Cabul.

Itulah yang ada di benak Husok dan Tae Min.

Husok bahkan hampir tersedak ludahnya sendiri saat mengingat jika dulu tuannya itu pernah menasehati Zea untuk tidak berdekatan dengan Liu karena Liu Bei itu cabul.  Tapi sepertinya pagi ini sudah membuktikan siapa orang cabul sebenarnya.

WANG MIN Where stories live. Discover now