Chapter: 48

386 28 2
                                    

Semalam, semua penghuni mansion Min dihebohkan dengan kedatangan beberapa orang bersetelan hitam, sekitar sepuluh orang itu tanpa permisi menembus mansion dan menyeret salasatu nyonya muda yang ada di sana, Su Ryeon.

Min Sang Hoon dan istrinya tidak bisa berlaku banyak saat kakak ipar mereka diseret begitu keji, sedangkan Kakek Min menyuruh semua orang yang ada di mansion itu untuk diam, justru Kakek Min membukakan pintu bagi orang-orang itu untuk datang.

Begitu suara teriakan Su Ryeon tidak terdengar, Min Sang Hoon berujar, "Ayah, bagaimana bisa —"

Kakek Min menatap putranya yang seolah meminta penjelasan, "Cucuku, Sean. Dia yang memintanya, jadi kita jangan pernah ikut campur."

Sementara itu, cucu yang Kakek Min maksud sekarang sedang menatap orang yang sedang memanaskan beberapa potong besi di atas tumpukan kayu bakar. Begitu sinar matahari menembus tempat itu, kini wajah orang itu terlihat lebih jelas, dengan rona bintik-bintik berwarna merah di beberapa sudut wajah yang tidak lain adalah darah.

"Paman Jonathan, kau tidak lelah bermain dengan mereka?" tanya Sean.

Yang disebut Jonathan mendengus, "Gara-gara dua pelacur ini, ayahmu bisa saja memenggal kepalaku karena kecolongan. Sialan, aku tidak menyangka semua ini rencana bibi brengsekmu itu yang menyewa jalang ini untuk merusak hubungan kedua orang tuamu."

"Andai semalam aku tidak menelpon paman, kurasa hari ini kepala paman memang sudah terlepas dari badan."

Semalam setelah tiba di Jepang, Sean langsung menghubungi Jonathan mengenai jadwal ayahnya. Tapi, tidak seperti yang diharapkan, Jonathan mengatakan jika tidak ada jadwal Yun Gi untuk ke Jepang, makanya ia mengutus sekretaris baru untuk menggantikan tugas-tugas kecil selama Jonathan tidak masuk, seperti tugas untuk menemui klien dan bekerja sama dengan mengadakan beberapa meeting.

Makanya ia mengirim pesan pada Yun Gi secara langsung untuk jangan membatalkan kerja sama, apapun alasannya.

Mengetahui ada yang tidak beres, Sean bersama beberapa anak buah keluarga Kim melacak keberadaan ayahnya, dan sialnya location berada di hotel bintang lima.

Pandangan Sean berubah gelap, ia menatap semua bawahannya yang sudah stay di bandara, "Jangan biarkan sekretaris jalang itu lolos." Ujarnya dingin, yang langsung dipatuhi semuanya.

Menyadari ibunya masih tidur, Sean memangku ibunya ala koala hug dan membawanya ke dalam mobil, tiga buah mobil dengan mobil Sean berada di tengah kini menuju lokasi. Sepanjang perjalanan, Sean tidak hentinya mengusap surai dan punggung mungil ibunya, mencium pelipis itu seolah memberi ketenangan di tengah gejolak kemarahannya.

Ia menatap wajah damai ibunya, begitu damai meski bekas air mata di pipinya belum pudar.

Pandangannya kini teralihkan ke samping jendela. Mungkin, ia sudah terbiasa melihat masa-masa ayahnya yang terpuruk saat ibunya tidak ada, tapi ini pertama kalinya ia melihat sang ibu terpuruk saat ayahnya pergi. Dan Sean menyadari, betapa cinta seberpengaruh itu dalam kehidupan seseorang.

Ia merasa iri pada orang tuannya. Dirinya jadi berfikir, apakah dirinya juga akan merasakan hal yang sama? Mencintai dan dicintai? Atau itu semua hanya angan-angan saja?

Kemelut dengan pikirannya, hingga tidak menyadari jika ibunya sudah terbangun. Zea menatap putra semata wayangnya penuh kasih, "Putra eomma memikirkan apa, sayang?"

Sean tersadar, ia tersenyum lantas memeluk ibunya lebih lekat, "Eommaku terbangun rupanya, perjalanan masih cukup panjang, eomma bisa istirahat lagi, ya."

Zea menggeleng, "Maaf ya, membuat putra eomma sedih."

"Apa yang eomma pikirkan? Aku tidak sedih, aku hanya sedang berfikir ternyata eomma dan appa saling mencintai sebegitu besar. Tidak di Goryeo, tidak di sini, waktu dan jarak sepertinya tidak berpengaruh bagi kalian."

WANG MIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang