Chapter: 22

2.9K 206 9
                                    

Langit berpayung awan nampak memantulkan keindahan tersendiri, sinarnya menembus lapisan kulit gadis manis yang terlihat memetik anggur dengan pelayan di belakangnya.

Mina sudah seperti perangko, ia membuntuti setiap langkah nona mudanya pergi seolah takut ditinggalkan.

Zea memutar badan menatap pelayan setianya yang nampak tersenyum kearahnya.

Entah kenapa segelintir ingatan mimpi tempo hari itu tiba-tiba muncul.

"Ya, Nona Muda? Ada sesuatu yang kau inginkan lagi?" tanyanya lugas.

Gadis yang kini bermarga Min itu memiringkan kepalanya dengan telunjuk mengetuk dagu, "Apa sebelumnya aku suka pergi ke hutan?"

Pelayan itu sedikit terhenyak, bahkan ia menutup mulutnya seolah tidak percaya, "Nona, apa kau,"

"Apa ingatanmu kembali?" lanjutnya.

Zea menghela nafas, "Begitukah? Jadi aku suka pergi ke hutan?"

Mina mengangguk cepat, "Dalam seminggu, Nona bisa ke Boseong hampir setiap hari."

"Sebanyak itu?"

Mina mengangguk dengan raut wajah terharu, "Nona kau pernah mengatakan jika hutan daerah Boseong adalah obat, saat kau bersedih dan pergi ke sana maka Nona akan pulang sambil tersenyum."

Zea sebenarnya tidak terlalu peduli, tapi rasa ingin tahu menyeruak, sebegitu berpengaruh kah hutan itu?

Mimpi tempo hari saat ia diperlihatkan kehidupan nona Zea asli tubuh ini membuatnya paham jika kehidupan yang dialaminya sangat tidak mudah dan berakhir mati di ruang bawah tanah. Namun, ada satu hal yang membuatnya tidak mengerti, kenapa ada beberapa memori yang seolah terhapus? Dan salasatunya berada di hutan, tepatnya di Boseong.

Bisa saja pemilik asli tubuh ini secara sengaja tidak ingin dirinya mengetahui kebenarannya. Atau bisa jadi pemilik tubuh ini mengalami represi sehingga tidak sengaja menghapus ingatan di Boseong karena sesuatu hal yang membuatnya trauma.

"Apa jarak Boseong dari sini cukup jauh?"

"Kita bisa menempuh waktu selama satu jam, Nona." Jawabnya sedikit ragu, tentu Mina dengan mudah menebak apa yang dipikirkan Zea sekarang.

"Kalau begitu, bisa antarkan aku ke sana?"

.
.
.

Setelah semua bujuk rayu yang Zea layangkan pada pelayannya, kini mereka telah tiba di sana.

Boseong, savana luas di atas dataran tinggi.

Meski ingatannya terhapus, tapi badan gadis itu seolah mengingat setiap seluk beluk tempat itu, terbukti dari Zea yang kini duduk di antara dahan pohon dengan pemandangan savana yang sangat indah.

Menuju ke Boseong sangatlah tidak mudah, pantas saja Mina sempat menahannya.

Melewati banyak tanjakan berbatu, menghalau rintangan ranting pohon yang menghalangi jalan, tidak lupa jalanannya yang cukup terjal dipenuhi dengan tanaman liar beracun.

Zea beralih duduk di atas hamparan rumput, dengan Mina yang juga ikut berbaring di sampingnya. "Ahh, Mina aku haus .... " Seteguk air menyapa tenggorokannya.

Semilir angin membuat daun-daun melambai, menyapanya yang sedang berbaring di bawah pepohonan perdu.

"Tidur siang di sini sepertinya nyenyak." Gumam Mina, namun berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan sekarang, dirinya malah mengambil anggur dari balik saku lalu memakannya. Pandangannya tidak lepas dari nona mudanya yang memejamkan mata, Zea terlelap lelah.

WANG MIN Where stories live. Discover now