Chapter: 31

2K 177 10
                                    

Aula SeongJeongJeon menjadi lebih tertib dari biasanya. Ketegangan yang semula naik kini sedikit mereda dengan Yun Gi yang sudah naik tahta.

"Husok, menurutmu hukuman apa yang harus aku berikan pada paman tercintaku ini setelah membantai ratusan orang?" Yun Gi melewati Jonwo dengan bengis lantas duduk di atas singgasana.

Bagi semua orang termasuk Yun Gi, perlakuannya yang sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kelakuan Jonwo selama ini.

Hukuman mati bahkan sepertinya terlalu ringan bagi mantan raja itu.

"Bagaimana dengan mati kelaparan? Saya dengar itu sangat menyiksa." Yun Gi menyeringai mendengarnya.

Diluar dugaan, Jonwo malah terkekeh ringan. Dengan sekuat tenaganya lantas menyimpan kepala Sohyun pada pahanya yang bolong.

Semua orang yang ada di sana merapalkan doa semoga Jonwo tidak berbicara hal yang tidak-tidak, supaya mereka tidak akan melihat hal yang mengerikan.

Choe datang bersama Seok Hyeong, diikuti Zea dari belakang.

Dari kejauhan, Zea tersenyum cantik. Impiannya terwujud, harapannya terkabul, suaminya kini duduk di singgasana, ceceran darah di wajah suaminya membuat Yun Gi kelihatan berkali-kali lipat lebih tampan baginya.

"You got it ... " lirihnya mengusap air mata di pipi cantiknya.

Ia lantas melangkah pelan menatap keadaan di depan, bola matanya membola saat keadaan Sohyun tertangkap indra penglihatannya, mereka memang bersaudara, tapi sepertinya ikatan darah itu telah lenyap begitu lama. Apalagi mengingat perlakuan keluarga Kim pada pemilik tubuh asli Zea ini, membuat Zea timbul rasa ingin ikut membunuh.

Sementara itu, Seok Hyeong tidak bersuara, tapi batinnya benar-benar merasa puas, "Karma benar-benar mengutuk kehidupanmu."

Yun Gi mengeram, "Kau tidak takut pada hukumanku, bajingan sialan?"

Jonwo menghentikan kekehannya, bibir bawahnya bergetar dan menatap lelah, "Bagaimana aku bisa takut? Sedangkan ketakutanku yang terbesar sudah datang." Ia menatap Sohyun.

Mendengar itu Seok Hyeong berdecih, ia dengan jelas melihat posisi romantis suaminya dengan Sohyun. "Mereka benar-benar pasangan yang cocok."

Jonwo kembali menengadah menatap Sang Raja, "Yun Gi-ah keponakanku, apakah kau pikir bisa menyakitiku?"

Yun Gi menatap dingin, bola matanya kembali gelap, tangannya mengeras merasa tindakannya selama ini bagai angin berlalu bagi Jonwo.

"Aku bahkan pernah merasakan semua rasa sakit dari yang pernah kau berikan ini," lanjut bergetar. Ia sedikit terbatuk dengan wajah yang semakin membiru. Jonwo menepuk dada saat nafasnya mulai tercekat, "Apa menurutmu mata ini seperti mata orang hidup?"

"Aku hidup karena aku tidak bisa mati, Yun Gi!" Lanjutnya menyeka darah yang keluar dari perut Sohyun.

"Yang Mulia, dia penyair yang ulung." Itu Husok, ia berdiri tidak jauh dari Yun Gi.

Yun Gi megeratkan giginya, "Dan syairnya sangat payah!"

Ini terlalu bertele-tele untuk melihat Jonwo kesakitan, jadi Yun Gi turun dari kursi kebesarannya, lantas mendekati Jonwo.

Jonwo menatap waswas ponakannya itu. Dan benar saja, dalam satu tarikan, Yang Mulia Raja Yun Gi baru saja mencabut katana di perut Sohyun.

"TIDAKKK! SOHYUN MAAFKAN AKUU! MAAFKAN AKUU!"

"Aku mencintaimu, MAAFKAN AKU TELAH MEMBUATMUSEPERTI INI!"

Jonwo berteriak kencang, baginya rasa sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan rasa sakit saat melihat Sohyun disakiti, organ dalam wanita Kim itu bagai gulungan bola kusut yang menyembul disertai darah.

WANG MIN Where stories live. Discover now