Chapter: 33

2K 179 20
                                    

Kabar hilangnya Nyonya Ahnjong menyebar seantero Goryeo.

Siang menuju senja, Goryeo malah dihebohkan kembali dengan ratusan orang tawanan yang mati keracunan, dan yang menjadi tersangkanya adalah Pangeran Mahkota Min Yun Gi.

Saat Soo Ho mendengar kabar itu, otaknya bagai kilatan kamera yang tersambar petir, dengan jelas ia mengingat ucapan ibunya jika akan ada ratusan orang yang akan meninggal dunia.

Tidak menunggu waktu lama, kudanya berpacu menuju tempat ratusan orang itu meninggal.

Di antara tumpukan mayat yang akan dibakar, ia menatap setiap mayat yang sudah membiru, kakinya berjalan gemetar dengan air mata yang tidak pernah surut, ia hanya berharap jika ibunya tidak ada di antara tumpukan mayat itu.

Asam di gunung, asin di laut, bertemu dalam satu belanga. Soo Ho menemukan ibunya sudah tidak bernyawa.

Soo Ho kembali menangis tersedu, bahkan tubuhnya ikut bergetar seolah ia kembali ke masa lalu dengan waktu yang sama saat ibunya meninggal dunia. 

Zea kembali memeluknya, dirinya bahkan tidak kuasa menahan tangis, pasti pemuda bermarga Ahn ini memiliki penyesalan yang sangat besar.

Dan sialnya, penyesalan adalah neraka terdalamnya dunia.

"Tidak usah dipaksakan, kau bisa bercerita sampai di sini saja."

Soo Ho menggeleng, "Aku akan mengatakan semuanya padamu, kita memiliki nasib yang sama." ia lantas melanjutkan ceritanya.

Malam itu, ia menabur abu ibunya di sungai, tepat di sungai pemukiman warga. Bukan dirinya yang mau, tapi ibunya pernah mengatakan ingin istirahat di sini.

Keanehan selanjutnya terjadi di malam itu. Soo Ho bermimpi, ia bertemu sang ibu dalam keadaan yang lebih baik, tidak dengan tubuh biru, tapi dengan wajah pucat pasi.

Dalam mimpi itu, Nyonya Ahnjong mengatakan, jika malam itu ia kabur dari rumah menuju istana untuk bertemu dengan Ibu Suri, karena Ibu Suri adalah partner dari suaminya, jadi mereka sudah kenal sejak lama.

Namun, begitu Nyonya Ahnjong bercerita kepada Ibu Suri tentang kekacauan yang akan terjadi, dirinya malah dibawa ke rumah abu tempat penyimpanan guci abu.

Ibu dari Ahn Soo Ho itu sempat berfikir kenapa Ibu Suri malah membawanya kesini, namun begitu ibu suri membawa sekeranjang buah apel, ia baru menyadari bahwa dirinya akan menjadi salah satu dari ratusan mayat itu.

Soo Ho tercekat dalam ceritanya, ia menggeleng menatap Zea dengan wajah kacau, ia seolah tidak bisa untuk melanjutkan ceritanya.

Dalam mimpinya, ibunya bahkan secara jelas memperlihatkan detik-detik ia meninggal, bagaimana ia dipaksa memakan buah apel yang nyatanya adalah apel pantai mematikan dan bagaimana dirinya digantung dengan isi perut yang sudah rusak karena racun.

Dalam mimpi itu, badan Soo Ho sempat bergetar saat melihatnya.

Hatinya hancur, penyesalan begitu besar menghantam rongga dada. 

"Jadi, kau membunuh Ibu Suri dengan cara yang sama saat Ibu Suri membunuh ibumu?" Soo Ho mengangguk, sesekali Zea akan mengusap air mata pemuda itu.

Ia berucap tersendat-sendat, "Aku mengatakan ini padamu, karena aku pikir kamu akan mempercayaiku,"

"Kau ingat saat kau mengatakan padaku untuk pertama kalinya, bahwa kau bertemu dengan seorang nenek tua dengan tasbih biru di tangannya?" Zea mengangguk, tentu ia mengingatnya.

"Ibuku selalu memakai tasbih biru itu, bahkan saat Ibuku meninggal tasbih biru itu tiba-tiba menghilang." 

Zea menutup mulutnya seolah tidak percaya, dirinya jadi berpikir, apakah ibunya Soo Ho ini telah berubah menjadi Goblin? Berarti yang ia temui selama ini adalah seorang Dookaebi?

WANG MIN Where stories live. Discover now