Chapter 7 : Whatever He Wants

6.4K 576 64
                                    

Street | Turin, Italy
08.01 AM.

"Am I not enough?"

Letizia tertegun dengan pertanyaan Gabrielle. "Bukan itu maksudku, kau tahu aku hanya tidak ingin kau memusuhi keluargamu. Mereka memiliki ikatan denganmu."

Gabrielle diam saja, lalu menolehkan kepala pada kaca dan menopang dagu, expressionless seperti biasa menghiasi wajah tegas nan tampannya. Tatapan dingin itu membuat Letizia bingung apa yang suaminya pikirkan, apa ia menyakitinya? Apa pria itu setuju atau tidak?

"Jadi kita pergi ke Milan?" tanya Letizia menaikkan kedua alis serta mengerut bingung.

Netra biru laut itu masih lurus tidak bergeming, namun dehamannya membuat siapa saja terkejut. Gabrielle benar-benar setuju? Gabrielle memang mengundang orangtuanya pada acara pernikahan, tapi untuk mendatangi kediaman mereka tentu saja adalah bahaya besar untuk Letizia yang pernah ditenggelamkan di sana, hal itu membuat Gabrielle tidak pernah memijak bangunan kastil ayahnya lagi.

Letizia melotot kaget. "Kau serius, bukan?"

Gabrielle menyipitkan netranya dengan tajam menoleh pada Letizia, seolah-olah terganggu dengan pertanyaan wanita itu. "Sekali lagi kau mempertanyakan maka aku membatalkannya."

"Tidak-tidak!" protes Letizia langsung memeluk suaminya tersenyum senang. "Terima kasih banyak!"

Massimiliano mengerutkan dahi melirik bosnya dan bersuara, "Tapi Tuan, besok malam adalah pertemuan dengan—" ucapannya tertahan lantaran Gabrielle melirik tajam anak buahnya itu.

Rafaele melirik bosnya dengan ekspresi panik sebab klien mereka berasal dari Singapura dan terbang hari itu juga untuk bertemu dengan bos mereka. Rafaele meneguk saliva lantaran harus berurusan serta membuat pengertian pada klien tersebut, bahkan memberikan ganti rugi. Bukan masalah uang sang bos yang tidak terbatas itu yang Rafaele khawatirkan, melainkan reputasi bos mereka. Ia ingin mengingatkan, namun melihat Massimiliano malah dibungkam, ia enggan menjadi tersangka atas sebuah hukuman sang bos dijatuhkan.

Ace yang mengutak-atik tabletnya berucap, "Private jet di mansion telah disiapkan dan pilot sedang dalam perjalanan menuju mansion."

Gabrielle mengangkat jari telunjuknya, membuat semua insan yang berada di mobil Limosin menoleh pada pria itu, seakan-akan bersiap memerintah pasukan perangnya. Ia berucap, "Perketat penjagaan Lily, makanan, pakaian, ruangan, dan kendaraan. Semua harus benar-benar dilaporkan padaku." Ia menoleh tajam pada Ace sebagai peringatan. "Even if she bite her own lip I'll blame you for it."

Ace meneguk saliva diperingati seperti itu lagi, seolah-olah perintah serius dan harus menaatinya tanpa melakukan kesalahan sedikitpun. Ia menundukkan kepalanya penuh hormat seraya berucap, "Giuro di credere ed essere fedele a La Righello. Se tradisco, lascia che il mio corpo brucia."

***

Danzi La Castello | Milan, Italy
10.19 AM.

"Gabrielle tidak akan datang," ucap Luke melipat kedua tangan di depan dada, menyandarkan bahu pada pintu. Ia memerhatikan istrinya sibuk menyiapkan kamar Gabrielle untuk ditempati sementara oleh anak mereka.

"Diam," ancam Kelsey melempar tatapan tajam. Ia kembali memerhatikan para pelayan menaburkan kelopak mawar di atas ranjang. "Di kamar mandi juga."

Luke memutar kedua bola matanya jengah. "Mengapa kau keras kepala sekali? Gabrielle tidak akan mendengarkan siapa pun dan dia masih membenci istana ini."

"Aku percaya Lily akan membawanya," ucapnya beranjak ke kamar mandi untuk mengawasi pelayan itu.

Luke berdecak dan ikut masuk. "Gabrielle bukan tipe yang bisa dibujuk."

Monster's Wife [Gabrielle's Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang