Chapter 16 : Kids

6.6K 622 117
                                    

L'hotel Rosa Nera | Turin, Italy.
07.07 PM.

"Omong kosong macam apa ini? Perbaikan apa yang menyentuh 100 juta Euro setiap bulannya?" bentak Letizia membanting kertas di tangannya. "Siapa yang mengusulkan perbaikan?"

"Signore Elio dan Signore Luca. Mereka sedang perjalanan kemari."

Letizia memutar matanya, mendapati seorang pria yang berlari ke arah mereka dan meminta maaf, "Maafkan saya Signora, Signore Elio tidak bisa datang karena kunjungan mendadak ini beliau berada di Hawaii."

Letizia mengerutkan dahi, apa katanya? Hawaii? Apa yang dilakukan seorang manajer hotel di Hawaii saat Letizia sama sekali tidak memberikannya cuti? Ia sudah kesal karena kedua orang itu membuatnya menunggu, ditambah lagi manipulasi anggaran, dan sekarang seorang manajer tidak bisa hadir untuk memberikan keterangan.

"Berikan perincian pendanaan anggaran perbaikan setiap bulan," minta Letizia.

"Saya akan menyiapkannya lusa-"

Letizia memutar mata muak. "Kau dan Elio dipecat. Diego akan menjadi manajer dan Teodora menggantikan posisimu."

Pria bernama Luca itu terlihat panik. "Saya bisa memberikan laporan-"

Letizia langsung beranjak keluar dari ball room. Merasa kesal karena mereka berhasil membuang-buang waktunya untuk menunggu. Namun, ia terkejut mendapati seorang bocah bermata biru yang mengingatkannya dengan Gabrielle kecil. Bocah itu terlihat sangat menggemaskan, memetik bunga dekorasi hotel lalu memberikan pada ibunya. Ah, sial, ia ingin sekali seorang anak menghiasi rumahnya dan Gabrielle.

"Mamma" ucapnya pada sang ibu begitu melihat Letizia. "Lei è bella [Dia cantik]." Letizia tersenyum gemas mendengar bocah itu berbicara. Sementara sang ibu terlihat panik dan mengembalikan bunga dekorasi yang diberikan anaknya ke tempat semula.

"Maafkan anakku-" ucapnya terpotong lantaran Letizia langsung bersuara.

"Kau punya anak yang sangat pintar, kau membesarkannya dengan sangat baik," pujinya dan sedikit menunduk agar memudahkan sang bocah menatapnya untuk tidak terlalu mendongak. "Siapa namamu?"

"Ernest."

"Ernest, kau akan menjadi gentleman ketika kau dewasa," puji Letizia tersenyum lebar.

"Aku akan menjadi gentleman untukmu. Maukah kau menikah denganku?" tanya sang bocah dengan mata berbinar.

"Sayang sekali dia sudah menikah, ragazzo." Suara Gabrielle dari belakang Letizia disertai sebuah jas melingkari pinggangnya-Ace mengikat jas pria itu di pinggulnya. Ia berbalik, menatap Gabrielle yang menarik tangan Letizia, menunjukkan cincin pernikahan mereka dengan gerakan pelan seolah pamer, lalu mencium punggung tangan Letizia dengan tatapan tenang tidak beralih pada bocah yang terlihat sedih itu, seakan-akan menekankan ialah pemenang mutlak tanpa perlu memulai kompetisi.

Letizia tersipu dengan perbuatan Gabrielle, namun bisa-bisanya ia membuat seorang bocah cemburu seperti itu! Bukankah lebih baik mengatakan hal-hal baik dibanding pamer seperti itu? Letizia menahan senyuman salah tingkah, memukul pelan Gabrielle, kehabisan kata-kata.

"Kalian sangat cocok," puji wanita itu tersenyum, lalu menatap anaknya. "Suatu saat kau akan menemukan tuan putrimu, sayang," bujuknya yang diangguki Ernest. "Kami permisi," pamit wanita itu membawa anaknya yang terlihat masih sedih.

Gabrielle menghadap Letizia dengan kesal berucap, "Jangan menunduk dengan rok sependek itu." Ia menarik pinggang istrinya. "Seeing it makes me want to put my cock inside you and fuck you hard and harder," ucapnya dengan suara pelan dan menyiksa. Ia mengerutkan dahi. "What if anyone else think the same thing?" Gabrielle menepikan surai istrinya ke belakang telinga, mengedarkan pandangan untuk mengecek pria mana saja yang berani melirik bokong Letizia dengan tatapan seolah siap mencongkel mata siapa saja yang berani mengarah pada istrinya. "Aku menunggumu pulang sejak tadi. Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya kembali menatap Letizia.

Monster's Wife [Gabrielle's Season 2]Where stories live. Discover now