Chapter 21 : Favorites

5.7K 519 115
                                    

Chalet Al Foss | Vermiglio, Italy.
05.27 AM.

Gabrielle melipat kedua tangannya di depan dada memerhatikan pria tua yang diantar Ace. Tatapan tenangnya tidak terusik akan pergerakan pria beruban tersebut mengambil beberapa botol mulai dari yang besar hingga kecil dari tas, juga beberapa peluru, dan benda-benda asing, lalu meletakkannya ke atas meja.

"These all are your favorites, Signore L." Melihat pria yang dibalut kemeja putih itu diam saja memerhatikan benda-benda di atas meja, pria paruh baya tersebut berucap lagi, "Apa aku lupa membawa yang lain, Tuan L?"

Gabrielle mengodekan tangannya agar pria tua di hadapannya meletakkan beberapa benda-benda penemuan mereka itu ke sebuah koper hitam di atas meja. Gabrielle mengambil sebuah ranjau tanam dan memeriksanya.

"Tuan," panggil Ace yang tidak dihiraukan. Ace mengerutkan dahi namun masih menunduk takut bosnya tersinggung akan ucapannya. "Hal-hal yang berbau bom dan teroris tidak lumrah di sana."

Gabrielle masih memerhatikan benda di tangannya tanpa melirik Ace seolah tidak peduli. "Pergi," usirnya yang dipatuhi asistennya itu. Gabrielle meletakkan kembali benda yang ia pegang dan menatap seorang profesor tua nan memerhatikannya juga. "I want you to make me something."

***

Chalet Al Foss | Vermiglio, Italy.
06.19 AM.

Letizia terbangun dari tidurnya dan mencari keberadaan Gabrielle, namun pria itu tidak ada. Ia mengingat-ingat kejadian sebelum ia tertidur, Gabrielle membawanya ke kamar karena ia kelelahan dan memeluk Letizia hingga tertidur. Namun, di mana pria itu sekarang? Letizia beranjak mengambil mobile phone-nya dari atas nakas untuk menghubungi pria itu, tetapi mendapati ponsel Gabrielle di sana.

Letizia mengambil ponsel Gabrielle bertujuan menunggu pria itu kembali ke kamar sambil memainkan ponsel pria itu. Letizia membuka kunci dengan sensor sidik jari lantaran Gabrielle memang mendaftarkan sidik jarinya agar Letizia dapat mudah mengakses ponsel itu. Smartphone hitam di tangannya membosankan, hanya ada satu sosial media. Ya, itu ponsel pribadi Gabrielle, berbeda untuk bisnis sudah pasti Ace yang meng-handle-nya. Bahkan kontak Gabrielle hanya Letizia, Ace, Massimiliano, dan Rafaele.

Menunggu Gabrielle yang tidak kunjung datang, membuat Letizia meletakkan kembali ponsel itu dan bertujuan untuk mencarinya. Letizia memakai jubah tidur dan sendal empuknya, sebelum mengelilingi bangunan.

"Gabrielle?" panggilnya tidak ada sahutan, membuatnya mengecek satu per satu kamar.

Letizia menatap gelapnya dunia dengan suasana yang begitu sepi. Ia berdecak kesal lantaran banyaknya kamar ditambah kakinya pegal karena Gabrielle menggempurnya, memang tidak separah biasanya tapi tetap saja ia lelah meladeni si buas itu. Ia terus membuka pintu satu per satu dan terpikir ke manakah Gabrielle? Apa Gabrielle di kamar Ace atau Massimiliano? Namun, begitu Letizia membuka pintu di depannya, ia mendapati Gabrielle sedang berbicara dengan seorang pria tua.

"...itu sedikit berbahaya karena-" ucapan Professor Ruth terpotong begitu ia dan Gabrielle menatap Letizia yang membuka pintu. "Signora Gabriels," sapanya tersenyum kikuk yang tadinya tangannya menyentuh dua buah cairan di botol, buru-buru meletakkannya ke dalam tas.

"What is he doing here?" tanya Letizia mengerutkan dahi pada Gabrielle heran. Mereka sedang berbulan madu, tapi apa yang Gabrielle lakukan? Apa pria itu begitu menggilai sainsnya dibanding menikmati waktunya bersama Letizia?

Bukannya menjawab, pria itu terlihat kesal akan sesuatu entah apa penyebabnya dan nampaknya terusik dengan sekecil kesalahan Letizia.
"You don't knock the door," peringat Gabrielle seolah melampiaskan kekesalannya pada Letizia.

Letizia tertawa pelan yang lebih mirip helaan napas. Ia kesal sekali karena pria itu malah sibuk melakukan hal lain di waktu bulan madu mereka, tapi Gabrielle malah yang kesal padanya. "Haruskah? Bangunan ini milikku katamu, bukan begitu?"

Gabrielle mengendurkan otot wajahnya seolah paham akan kekesalan istrinya, melangkah mendekati Letizia dan menyentuh pinggang wanita itu untuk pergi dari sana.

Setelah mereka keluar dari kamar itu Gabrielle bersuara, "Kau terbangun?" yang malah dibalas Letizia dengan buang muka. "Lily."

"Apa sainsmu tidak bisa menunggu sebentar, Tuan Gabrielle? Kau sedang berbulan madu!" ucap Letizia kesal masih menatap lurus ke depan enggan melihat Gabrielle, namun kakinya terus melangkah bersama Gabrielle.

Gabrielle menarik lengan Letizia sehingga wanita itu mau tidak mau menatap netranya. "Are you jealous?"

Letizia melepas tangan Gabrielle dan melipat kedua tangannya di depan dada seiring mengalihkan pandangan. "Apa yang kalian lakukan?"

"Make some weapon to protect you."

Letizia mendengus tidak percaya lagipula ia sedang malas berdebat sekarang dan ingin segera kembali ke tempat tidur karena tubuhnya pegal-pegal disebabkan Gabrielle. Bertepatan saat itu pula Ace menghampiri dari lawan arah dengan ekspresi sedikit takut karena Gabrielle tanpa aba-aba langsung memberikan tatapan tajam. Ah, sudah pasti karena Ace memunculkan diri saat Letizia dan Gabrielle bersama.

Ace menunduk hormat, lalu melapor, "Angka turis di Indonesia cukup besar besok lusa dan mereka tahu bahwa Anda pembisnis sukses yang akan mengundang perhatian pemerintah dan ingin menyambut Anda. Namun, kedutaan meminta negosiasi hanya duapuluh orang yang diizinkan."

"50, jangan sampai mengundang perhatian."

Ace berdiam sebentar seolah ia sudah mengusulkan angka yang diucapkan bosnya, namun ditolak. Ia berbicara dengan nada bicara bingung, "Mereka bilang itu akan mengundang perhatian pemerintah dan warga sipil."

"30 and shut their damn mouth with three hundred million bucks."

Ace meneguk saliva sambil mengangguk, sebelum segera pergi dari sana seolah tahu Gabrielle terus memandang kesal ke arahnya dan harus cepat-cepat enyah dari pandangan pria itu.

Letizia memerhatikan kepergian Ace, mengernyit bingung. "Apa negara itu segitu berbahayanya sampai perlu membawa banyak orang?"

"Yes, it's too dangerous for you, little cat." Gabrielle memasukkan sebelah tangannya ke saku dan menatap tenang Letizia. "Maria tidak akan ikut," ucapnya memberi jeda, sengaja melihat Letizia ingin protes, Gabrielle melanjutkan, "Aku hanya membawa mafioso terbaik untuk keamanan."

Letizia menatap ragu suaminya, berpikir sejenak. "Apa tidak bisa kau memberikan satu saja untuk orangku?"

"Bodyguard-mu memang mafioso terbaik karena itu aku memerintahkan mereka menjagamu," jawab Gabrielle tenang.

"Maksudku Maria!" elak Letizia menatap kesal suaminya.

Gabrielle tersenyum miring, seolah-olah otak liciknya bersiap mengambil kesempatan untuk membunuh perempuan yang selalu dipikirkan istrinya itu. Ia menarik dagu Letizia untuk menatap lurus bola mata birunya. "Jika sampai terjadi sesuatu padamu maka aku akan menghukumnya atau bahkan membunuhnya," ucapnya seolah menikmati ekspresi ketakutan wanita di depannya, mengingatkannya bahwa siapa pun yang membiarkan—menyaksikan Letizia sedikit saja terluka maka mereka akan terkena imbasnya. "Apa kau siap?" tanya Gabrielle dengan suara berat, seakan seorang iblis yang gelap mata akan kecemburuannya pada umat manusia dan bersiap menciptakan neraka untuk membakar mereka.

"Maria tidak akan ikut," cicitnya dengan suara takut.

Gabrielle melebarkan seringainya terhibur melihat ketakutan Letizia pada apa saja yang dapat ia lakukan untuk membuat wanita itu hanya memikirkan dirinya. Terlihat sangat cantik dan menggemaskan, seolah-olah seorang Dewi takut jika pengikutnya dilukai. Ah sial, ia merindukan Letizia yang polos seperti ini. Gabrielle mendaratkan kecupan di bibir lembab wanita itu, menyesap dan menikmati setiap ketakutan dan keluguan istrinya, layaknya Dewa yang tidak punya hati seperti Hades tergila-gila akan kecantikan dan keluguan Dewi Persephone.







#To be Continue...


OKE AUTHOR DOUBLE UP NANTI MALEM TAPI LANJUTANNYA YAK! AKU USAHAKAN JAM 22.00 WITA!

140723 -Stylly Rybell-
Instagram: maulida_cy

Monster's Wife [Gabrielle's Season 2]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora