PART 8 - THE WORST MOMENT

126 97 136
                                    

Pandangan matanya mendarat ke arah gadis itu jauh lebih cepat dibanding perkiraannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan matanya mendarat ke arah gadis itu jauh lebih cepat dibanding perkiraannya. Ironisnya gadis itu enggan bertatap muka dengannya lebih lama. Padahal, Hiro baru saja hendak menggumamkan permintamaafan sederhana.

Alih-alih menanggapi, Sachi justru kembali menautkan mata amber-nya pada boneka Rilakkuma di pelukannya. Tidak diragukan, gadis itu belum sanggup melenyapkan rasa kesal yang bergumuruh di dalam benaknya.

Dan lagi, apa spesialnya boneka beruang gemuk itu? Rasa-rasanya akhir-akhir ini matanya dipaksa untuk terbiasa dengan karakter yang menurut Hiro tidak ada nilai spesialnya, tapi penilaiannya berseberangan dengan gadis itu.

Akhirnya Hiro menyerah untuk menyerukan kata 'maaf', dan lebih memilih menanyakan sesuatu yang tidak penting untuk mengisi kekosongan di antara mereka, "Kau yang memasak ini lagi?"

Zoe Sachi mendongakkan kepalanya enggan. Sejak hari di mana Hiro mengatakan perkara yang membuatnya kesal, ia sama sekali belum berbicara satu kata pun dengannya. Meskipun, hari berlalu dengan begitu cepat.

Kali ini saja, ia tidak berniat mengabaikan dan menyiksa benak Hiro lebih jauh. Tapi sebelum Sachi melepaskan suaranya, Sotha dan Ibunya muncul dan mengambil tempat dalam salah satu kursi yang mengelilingi meja makan.

Sachi dapat melihat Hiro yang dirundung perasaan tidak rela mendengus sebelum ia menjatuhkan pantatnya pada kursi.

Rupanya laki-laki itu mengambil tempat tepat di depannya, jadi ia dapat mengambil kesempatan untuk membaca jalan pikiran Hiro melalui pandangan matanya. Jika tidak salah menganalisa, Sachi dapat meyakini bahwa laki-laki itu menyesali kata-katanya.

"Sachi-chan, Hiro-kun. Setelah makan malam Ibu dan Sotha akan keluar ke toserba, ada banyak sekali barang yang akan Ibu beli," pungkas Seira, memaksa kedua orang itu untuk memusatkan perhatian kepadanya.

Sachi mendesah, "Oh, mengapa dengan Sotha?" tanya Sachi yang baru benar-benar menyadari bahwa Ibunya dan Sotha telah mengenakan pakaian yang rapi.

"Mengapa, Onee-chan ingin minta jatah es krim saat Ibu meminta tolong?" sahut Sotha di antara mulutnya yang penuh.

Sachi menyiku lengan Sotha, "Memangnya aku anak kecil," desisnya sebal. Tapi jujur saja, ia sedikit kurang nyaman di rumah hanya berdua dengan Hiro. Meskipun insting Sachi sebagai seorang gadis sama sekali tidak terancam dengan keberadaannya.

Kenyataannya bahwa dia sangat payah terhadap gadis sedikit menguntungkannya. Siapa pun dapat mengorek isi kepala Hiro yang hanya ada kata sederhana seperti belajar, belajar, dan belajar.

"Tidak Sachi, kau belajar saja. Kau sudah berada di tingkat akhir," sahut Seira ringan. "Itulah mengapa Ibu meminta tolong pada Sotha."

Merasa alasan yang diungkapkan Ibunya cukup logis, ia hanya menganggukan kepalanya tanpa bersuara.

"Hiro-kun, kudengar kau selalu berada di dalam sepuluh besar. Hebat sekali," Seira kembali memulai pembicaraan.

"Iya dia cukup hebat," Sotha menambahkan. "Dia juga jago dalam bidang olahraga."

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang