PART 17 - ESCAPING REALITY

84 61 75
                                    

    “Yo! Hiro-kun,” suara itu memaksa Ryuichi Hiro untuk mengalihkan perhatiannya dari kuisioner karis masa depan—yang membuat otaknya enggan beristirahat, barang sedetik—dan memutar kepalanya berlawanan arah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

    “Yo! Hiro-kun,” suara itu memaksa Ryuichi Hiro untuk mengalihkan perhatiannya dari kuisioner karis masa depan—yang membuat otaknya enggan beristirahat, barang sedetik—dan memutar kepalanya berlawanan arah. “Kau tidak sedang minum-minum, kan?”

     Sebelum Ryuichi Hiro sempat menyadari kehadiran Zoe Sachi secara tiba-tiba, gadis itu sudah mengambil tempat di kursi kosong yang terletak di sampingnya. Menghempaskan pinggulnya tanpa beban, tanpa canggung sedikit pun.

    Nyaris sepuluh detik Hiro ditenggelamkan oleh rasa tercengangnya. Namun kendali dirinya berhasil mengatasinya dengan cukup mudah.

     Yang benar saja … mengapa gadis ini selalu saja tiba-tiba muncul? Dan duduk tanpa dipersilahkan, sungguh tidak sopan! erangnya tertahan.

    “Minum-minum? Pertanyaan aneh macam apa itu?” Tuduhan semena-mena itu cukup menimbulkan sebersit rasa tersinggung. Lalu ia meletakkan kertas itu di dalam naungan kedua lengannya.

    Tapi, ia sedikit memberi toleransi ucapan Sachi. Karena ia sekarang sedang berada di salah satu gang sempit yang dipenuhi bar dan tempat makan yakitori, Omoide Yokocho.

    Ia juga berusaha untuk bersikap bijaksana saat Zoe Sachi melayangkan pandangan curiga secara terus-menerus saat gadis itu mengiranya sedang minum sake secara diam-diam. Mencurigai orang tanpa alasan yang jelas adalah tindakan yang tidak sopan.

    Zoe Sachi menyipitkan matanya, “Untuk apa anak sekolahan duduk sendiri di Omoide Yokocho?” pungkasnya, lalu ia memutar pandangannya ke sekeliling kios kecil ini. “Dimana Akira-kun? Jadi kau benar-benar sendiri?”

    Hiro tidak mampu menahan diri untuk tidak berdecak kesal, lalu ia mengangkat satu jarinya sejajar dengan wajah Zoe Sachi, “Pertama, aku sedang ingin makan yakitori. Kios ini adalah tempat terbaik untuk menikmati daging panggang.”

    Ia dapat melihat Zoe Sachi mengerjap, lalu mendesah pelan setelah matanya menangkap piring bekas dan tusuk kayu bekas yakitori.

    “Kedua, Katagiri Akira tidak hadir di sekolah hari ini. Dia sakit.”

    Ketika ia telah menyelesaikan kata-katanya, kesadaran penuh mulai ia serap. Yang benar saja, mengapa ia repot-repot menjelaskan kepada Zoe Sachi.

    Seharusnya, ia tidak perlu menjelaskan dan mengabaikan gadis yang sempat merusak kedamaian yang berusaha ia hadirkan dari berbagai sisi. Padahal sore ini ia menyempatkan diri datang di salah satu gang sempit yang berada di Shinjuku untuk menenggelamkan diri pada kesendirian, sambil kembali memutar otak.

    Karir masa depan yang harus segera ia tentukan, dan Akira .…

    “Hiro-kun …” panggil Sachi lagi, lihat dia bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun setelah merusak ketenangan seseorang. “Aku haus.”

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Where stories live. Discover now