PART 22 - CARELESS

76 42 78
                                    

Meskipun, hal-hal berat seperti ujian musim panas berhasil mengambil alih bayangan akan kejadian yang sangat jauh dari kata normal—di malam ketika kendali dirinya tak mampu ia genggam erat, di hari ia memeluk Zoe Sachi diselimuti rasa penyesalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun, hal-hal berat seperti ujian musim panas berhasil mengambil alih bayangan akan kejadian yang sangat jauh dari kata normal—di malam ketika kendali dirinya tak mampu ia genggam erat, di hari ia memeluk Zoe Sachi diselimuti rasa penyesalan. Tentu saja setelah ujian musim panas berakhir, momen itu kembali melekat dalam pikirannya.

Jadi, bolehkan ia berdiam diri membiarkan perasaan-perasaan yang salah ini menyingkirkan logikanya? Di saat Zoe Sachi terus-terusan menghadiahi senyuman hangat sepanjang waktu, atau interaksi dekat atas label ‘saudara’ padahal Hiro tahu pasti itu tidak seperti ‘saudara’.

Satu hal saja yang membuatnya enggan menjauh dan tetap bertahan di titik yang sama setelah melalui malam yang mengubah segalanya. Benaknya puas gadis itu mampu menghadirkan binar ceria karenanya.

Agaknya segala lalu lintas hal tak menentu dalam kepalanya mampu menulikan telinganya, di saat ayahnya mengulang siklus di mana meneriakkan namanya entah yang ke berapa kali. Tetap saja perhatiannya yang tersedot nyaris habis oleh Zoe Sachi tak mampu hadir sampai buku yang menutupi wajahnya terangkat dan melayang di udara atas ulah ayahnya.

Ia pun yang semula berbaring di belakang rumah, segera bangkit ketika kesadarannya terkumpul, guratan terkejut yang menguasai wajahnya menggiring kemudian.

Tadaima*.” Ayahnya menyapa seolah berusaha meloloskan paksa Hiro dari dunia yang menenggelamkannya.

Memutuskan untuk menarik napas sejenak. “Okaeri*,” sambutnya ketika apa pun yang ada dalam dirinya telah terkondisikan dengan baik.

Mata Koji masih menyipit tanpa mengubah ekspresi, “Apa yang kaupikirkan?” Merasa belum puas, ia kembali menerka-nerka.  “Apa ujianmu tidak berjalan dengan baik?”

Demi memudarkan sedikit kecurigaan dalam suara ayahnya  ia pun menyahut menggunakan nada tenang, menyembunyikan pergolakan batin yang cukup menganggu, “Ujiannya berjalan baik, sebaik biasanya.”

Hiro pikir Koji akan pergi setelah mendapatkan kepuasan dari jawabannya, tapi ternyata tidak. Koji justru meletakkan pantatnya pada lantai kayu belakang rumah sama seperti Hiro.

Duduk berdampingan sambil menautkan pandangan pada taman kecil yang mengisi. Taman belakang ini paling tepat untuk berkumpul bersama saat malam tiba, sambil menyalakan api unggun dan memanggang daging.

Menghela napas panjang, ia pun menanggapi, “Syukurlah ….”

“Ayah, aku sudah menemukan apa yang ingin kulakukan di masa depan.”

Sebelah alis Koji terangkat, “Sesuatu yang ingin kau lakukan di masa depan?” ulang Koji tertarik, kemudian ia mulai memusatkan sepenuhnya perhatian kepada Hiro, “apa perkara ini mengacu pada pembicaraan di pagi hari itu?”

“Ya, Ayah pasti tahu.”

Demi menyambut secercah cahaya yang mengiringi ucapan Hiro, Koji mencondongkan tubuhnya tertarik, “Apa itu Hiro?” tanyanya tak sabar.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang