EPILOGUE

93 31 134
                                    

Liburan Akhir musim Semi, sebelum memasuki SMA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Liburan Akhir musim Semi, sebelum memasuki SMA ...

Tatkala kereta yang ia tumpangi menahan lajunya dan mendarat sepenuhnya di Stasiun Shinjuku, Zoe Sachi bergegas menegakkan tubuhnya sambil membawa barang-barangnya, seolah enggan bersabar sedikit lebih lama, demi bergerak lebih cepat dari laki-laki itu.

Laju napasnya pun tertahan ketika derapnya melintasi posisi duduk laki-laki itu. Mati-matian ia menahan diri untuk tak mendaratkan pandangan ke sana, atau bahkan sekadar melirik. Walau, ia tahu betul, laki-laki itu memperhatikan pergerakannya.

Ketika kakinya menjejaki peron, embusan napas lega pun mengiringi. Sebenarnya desakan keras untuk kembali menautkan mata pada laki-laki itu untuk terakhir kalinya tiba, namun guratan malu yang telah memancarkan keberadaannya menahannya dan mendorong langkahnya supaya semakin menjauh menuju ke pintu keluar.

"Sotha!" Nampaknya adiknya itu menepati janjinya untuk menjemputnya pagi itu, walau itu jelas tak cuma-cuma.

"Onee-chan!" Bahkan Sotha tak mampu memudarkan keheranannya menyadari kakaknya mempersempit jarak ke arahnya sambil berlarian penuh tenaga nyaris menerjangnya. Belum sempat Sotha mengungkapkan rasa herannya, gadis itu meraih lengan adiknya dan memaksa Sotha untuk segera beranjak dari sana.

Kiranya dalam bangunan Stasiun Shinjuku yang lumayan besar, persembunyian yang tepat pun semudah itu ia dapatkan, yang mungkin tak akan pandangan laki-laki itu jangkau. Bahkan ketika matanya sanggup menjangkau pun, ia tak akan sempat memperhatikan di tengah-tengah sibuknya lalu-lalang manusia yang memenuhi stasiun tersibuk di Jepang.

"Onee-chan, ada apa? Mengapa harus bersembunyi?" desis Sotha kesal.

Agaknya konsentrasinya terpecah, ia pun tak segera berupaya menghadirkan jawaban yang Sotha butuhkan. Gadis itu hanya benar-benar menautkan matanya pada rute yang mengarah ke pintu keluar.

"Onee-chan!"

Tangannya menepuk-nepuk bahu Sotha supaya mengikuti arah pandangnya, "Anak laki-laki itu, yang memakai kaos hitam, jaket berwarna senada, celana nude, memakasi masker hitam, dan ransel di punggungnya." Penjelasan rinci pun terlepas dari bibirnya.

"Lalu mengapa?" Nada tak tertarik menguasai penggalan kata Sotha.

"Dia, menolongku ketika di kereta." Tak tanggung-tanggung, sepintas ingatan segar dan kerap akan rasa manis itu menjejakkan rona merah muda di kedua pipinya. "Saat aku tertidur di kereta, bahuku nyaris jatuh ke samping dan dia menangkapnya. Astaga, bukankah itu sangat manis, Sotha?"

Dengusan ringan meloloskan diri dari rongga hidung Sotha, "Apa Onee-chan sudah berterimakasih dengannya?"

Mengingat akan fakta itu, wajah Sachi pun menjadi cemberut seketika. "Bagaimana bisa aku tetap memiliki wajah di depannya ketika aku bertindak bodoh." Itulah mengapa nyali untuk kembali menjatuhkan pandangan pada laki-laki itu menciut begitu saja ketika hendak melenggang keluar dari kereta, "Tapi aku takjub dengan perilakunya."

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Where stories live. Discover now