PART 23 - LOST

72 45 97
                                    

Tepat ketika ujian akhir musim panas diumumkan, gadis ceroboh itu tak dapat hadir di sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepat ketika ujian akhir musim panas diumumkan, gadis ceroboh itu tak dapat hadir di sekolah. Matanya masih terpaut erat pada papan pengumuman, mengabaikan desakan-desakan brutal secara fisik dari belakang maupun samping, dari siswa-siwa yang dilingkupi rasa penasaran yang menjulang tinggi terhadap skor yang didapat.

Nyatanya kegagalan gadis itu memang menumbuhkan gelombang kegetiran yang mendalam pada benaknya. Seakan dirinyalah yang jatuh pada lubang kegagalan.

Bahkan dalam kesadaran penuh, ia mengabaikan namanya sendiri untuk sesaat. Karena nama itu mengambil alih seluruh jalan pikirnya. Sebagian dirinya pun tak ingat semestinya ia meletakkan perhatian lebih besar terhadap hasil ujiannya, daripada skor ujian Zoe Sachi.

Dia gagal, batinnya resah nyaris ditelan oleh hiruk pikuk yang menyebalkan. Zoe Sachi tidak berhasil memasuki sepuluh besar.

Apakah ia dapat melanjutkan mimpinya jika ia gagal?

Apa Sakamoto Seira akan mengijinkannya pergi ke Amerika?

Apa gadis itu harus mengubur mimpinya?

Pertanyaan-pertanyaan yang merunut pada kekhawatirannya tak henti-hentinya turut serta dalam mencampuri kekacauan yang melekat selama dua hari ini.

Untungnya tepukan ringan yang mendarat mulus di bahunya berhasil menarik paksa kesadarannya secara utuh. Sudah waktunya ia bangun dari mimpi di siang hari.

“Sial, kau mendapatkan skor 5 poin lebih banyak dariku,” desis Akira setelah meloloskan satu decakan lidah.

Detik itu Hiro menyadari, bahwa seharusnya ia memastikan skor-nya daripada membiarkan dirinya tersesat dalam jalan pikirnya didepan nama Zoe Sachi. Kakinya pun menarik langkah ke samping, ke arah di mana jajaran-jajaran nama sepuluh besar terpampang.

Tak ada embusan napas lega yang mengiringi ketika satu fakta didapatkan, disebabkan oleh urutan ketiga yang ia raih adalah hal yang wajar dan bukan sesuatu yang luar biasa. Skor 760 poin pun turut melengkapi barisan namanya, lalu di barisan selanjutnya terdapat nama Akira dengan skor 755 poin.

Uapan panjang tak tertahan lepas sebagai bukti minimnya jam tidur yang ia dapatkan, “Hanya berbeda 5 poin, bukan hal yang besar. Bisa dibilang aku mengalahkanmu jika kita berbeda 100 poin,” tukasnya tanpa merasa mengungguli Akira.

Karena bagaimana pun ia tak pernah menganggap Akira sebagai rivalnya. Hiro pun tak masalah jika Akira merenggut urutan yang ia dapatkan, sama sekali tak masalah.

Puas memandangi papan pengumuman itu, mereka pun bergerak mundur demi melepaskan diri dari gerombolan siswa yang tak menyurut dari waktu ke waktu.

Agaknya setelah mereka berhasil lepas dari lautan siswa itu, isi kepala Akira menjadi sedikit lebih jernih, otaknya pun kembali mengacu pada Zoe Sachi. “Bagaimana kabar Sachi?” lontarnya muram.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Where stories live. Discover now