PART 20 - STUPID INCIDENT

80 45 72
                                    

Ed Shota William bersiul pelan di tengah-tengah kesenyapan rumah yang menerobos semenjak sore

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ed Shota William bersiul pelan di tengah-tengah kesenyapan rumah yang menerobos semenjak sore. Lantas beberapa penyebabnya adalah Ayah dan Ibunya yang menetapkan untuk untuk berkunjung dan menuntaskan akhir pekannya di rumah nenek Ryuichi Hiro yang bertempat di Kyoto.

Sedangkan dua penghuni lainnya Ryuichi Hiro dan Zoe Sachi mendadak bersikap seperti seorang nerd menjelang ujian akhir di musim panas. Rasa bosan yang telah mencapai batas mendorongnya untuk meninggalkan kotatsu yang nyaman dan menarik langkah ke lantai dua untuk memastikan kakaknya masih hidup dan bernapas dengan baik—dengan segelas jus semangka dingin di genggamannya.

Kakinya melompat-lompat kecil menjejaki anak tangga, dan merasakan dirinya amat lapar. Niat terpendamnya selain memastikan tanda-tanda kehidupan pada kakaknya, ia juga ingin melancarkan rayuan supaya kakaknya menyiapkan menu sederhana untuk makan malam.

Tangannya baru saja hendak menjatuhkan ketukan ringan pada pintu kamar Zoe Sachi, ketika pintu tiba-tiba terbuka dan menampilkan Sachi dengan tampang berantakan, seperti tidak tidur selama beberapa minggu.

Menyambut perjumpaan mereka senyum lebar terulas di wajahnya.

Bententangan dengan mimik wajah Sotha, kerutan samar timbul di keningnya, lalu dengusan ringan melompat ke luar. “Sudah kuduga … aku memiliki firasat aneh sebelumnya,” cetus Sachi pelan, sementara sebelah tangannya mengusap tengkuknya.

“Tiba-tiba saja tengkukku merinding. Seperti ada seseorang yang ingin meminta sesuatu dariku.”

Tanpa diminta gadis itu menepikan tubuhnya, membiarkan Sotha masuk, dan kembali mengatupkan pintu.

Kagum akan kepekaan level maksimum yang dikuasai Sachi, ia mempertahankan tarikan senyum lebar yang menyuguhkan ribuan makna. “Aku sangat lapar.”

Sebelah tangannya yang bebas mengusap perutnya sementara kakinya melangkah semakin ke dalam. Menjatuhkan pantatnya pada ranjang Sachi setelah memastikan gelas jus semangkanya ia letakkan dengan baik di atas meja belajar milik Zoe Sachi, di antara buku dan kertas-kertas yang berserakan. Seakan benda-benda itu menjadi bukri betapa hebatnya pertempuran Zoe Sachi dalam menaklukan ujian musim panas.

“Lalu?” sahut Sachi ringkas, kembali menghempaskan pinggulnya di kursi yang menghadap ke meja belajarnya. Meskipun cukup terusik akan kehadiran Sotha, tenaga sama sekali tak mampu ia genggam dalam rangka berdebat sengit—sebuah ritual khusus yang berlaku ketika dalam satu tempat yang sama dengan Sotha.

“Buatkan aku makan malam,” lontar Sotha tanpa berpikir panjang. “Menu simpel saja seperti okonomiyaki, kari, atau—”

Pernah menempati rahim yang sama sepatutnya ia memiliki tingkat kepekaan menyerupai Sachi. Nyatanya, jalan pikirannya harus dipecahkan oleh sorotan tajam mata Sachi supaya kesadarannya memahami seluk-beluk kondisi Sachi yang bahkan menarik napas saja adalah tugas yang berat bagi gadis itu, terutama saat ini.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Where stories live. Discover now