PART 32- WAITING FOR THE END

107 28 119
                                    

Nampaknya di abaikan sama sekali tak menyurutkan tekad Ibunya demi terhubung dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nampaknya di abaikan sama sekali tak menyurutkan tekad Ibunya demi terhubung dengannya. Ditambah lagi, panggilan yang masuk bukan hanya dari Ibunya, melainkan juga dari Ayah tirinya. Matanya masih menjatuhkan tatapan ragu pada ponsel itu, di saat Hiro tengah mandi, dan ia berdiam diri di ruang tengah. Suara televisi memang mampu menguraikan kesenyapan, namun nyatanya tak berhasil menyerap perhatiannya barang sedetik pun.

Agaknya di detik itu pertahanan diri terakhirnya pun merapuh, seluruh dirinya mulai mengokohkan tekad demi menjawab panggilan dari Ryuichi Koji. Telinganya mendengarkan tiap penggalan kalimat yang dilayangkan oleh Ayah tirinya, pada intinya segalanya berpusat pada Sachi yang dibenturkan pada sebuah fakta. Mulutnya menjawab seperlunya di antara tekanan pada benaknya. Hingga suaranya pun nyaris lenyap dihimpit oleh fakta getir.

"Zoe Sachi, telepon dari siapa?" Ryuichi Hiro telah keluar dari kamar mandi detik itu mengenakan pakaian yang lebih santai dan helai rambut yang berantakan belum sempat disisir.

Mendapati gadis itu hanya memunggunginya, dengan ponsel yang masih menempel di salah satu telinganya, bersamaan dengan tarikan napas berat dan tersendat-sendat yang nampak dari punggungnya, mampu menimbulkan kecurigaan tersendiri baginya.

Hiro pun mendekat dan berdiri di depan gadis yang wajahnya tengah basah oleh air mata. Kecurigaannya pun semakin membesar, tangannya mengambil alih tanpa permisi ponsel itu. Mengetahui seseorang di seberang sana adalah Ryuichi Koji ia pun bergerak untuk melanjutkan perbincangan tak wajar itu.

Sachi tak berusaha merebut ponsel itu, karena itu adalah batas kesanggupannya terjebak dalam ruang obrolan bersama Ayah tirinya. Benaknya pun tak akan sanggup menahan lebih banyak rasa sakit ketika suara Ryuichi Koji memasuki pangkal telinganya. Walau Ryuichi Koji tak berusaha menghakiminya, meski hanya nasihat-nasihat penuh makna yang keluar dari mulut laki-laki bijaksana itu.

Namun, nampaknya berlainan dengan Hiro yang tengah terlibat perdebatan sengit dengan Ryuichi Koji begitu mudahnya. Tamparan keras fakta getir mampu menyadarkan seluruh dirinya. Bahwa apa yang mereka lakukan sangatlah salah. Mungkin detik ini saatnya ia dan Ryuichi Hiro terbangun dari naungan mimpi indah yang membuatnya terlena sejenak.

Dan Zoe Sachi tak pernah melihat Ryuichi Hiro bertengkar sehebat itu dengan Ayahnya, mengungkap segala yang ia pendam bertahun-tahun lamanya seolah laki-laki itu sudah kepalang muak menahan segalanya.

Ketika panggilan itu telah berakhir, terbukti bahwa suara tajam Ryuichi Hiro tak lagi dilayangkan. Laki-laki itu berdiri kembali menempatkan diri di depannya dan meraih tangannya untuk meletakkan ponsel dalam genggamannya. Zoe Sachi menggigit bagian bawah bibirnya dan memaksakan diri untuk menatap laki-laki yang mengundangnya untuk beradu pandang.

"Ini salahku, semestinya aku tak pulang ke Jepang. Seharusnya aku tak datang ke Kyoto, dan mendatangi Hiro-kun," desisnya sarat akan kepiluan. "Jika tak ada aku di sini, maka Ayah dan Hiro-kun tak akan bertengkar sehebat ini."

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang