PART 15 - CONFESS

98 72 110
                                    

        Apakah masa-masa SMA artinya adalah batu loncatan sebelum menjadi seorang mahasiswa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Apakah masa-masa SMA artinya adalah batu loncatan sebelum menjadi seorang mahasiswa?

         Atau masa persiapan sebelum dewasa?
Masa SMA adalah masa-masa yang tidak bisa dibilang dewasa maupun anak-anak. Tidak sebijaksana orang dewasa dan tidak senaif anak-anak. Masa SMA adalah periode diantara keduanya.

        Apakah begini menjadi anak SMA? Semua orang nampak bahagia, padahal mereka berpikir keras untuk menemukan masa depan. Mencoba menggali ambisi. Beberapa orang menemukan dengan mudah, beberapa yang lain tersesat tanpa tahu arah.

        Dapatkah mereka menemukan mimpi dalam beberapa bulan sebelum hari kelulusan di musim semi?

        Atau di masa depan akankah mereka merindukan masa-masa ini. Nostalgia di hari-hari SMA.

***

        “Yo!” Akira meninju pelan lengan Hiro. “Giliranmu.”

        Hiro menyadarkan dirinya pada waktu yang tepat sebelum ia mengungkapkan keengganannya untuk melakukan sesi interview dengan seorang sensei.

        Lehernya menegak dengan mata yang melayangkan tatapan ragu. Hal buruknya hingga detik ini ia belum memutuskan apa pun. Kertas kuisioner masa depan itu masih kosong.

        Melihat gairah hidup sahabatnya meredup, Akira menepuk bahu Hiro menggunakan tepukan lebih keras, “Ada apa?” sergahnya tidak senang. Mana binar mata berkilat-kilat penuh semangat itu?

        Tidak ada reaksi lain yang sanggup ia perlihatkan selain menggeleng, tetap menahan yang berkecamuk dibenaknya untuk tidak menerjang keluar melalui mulutnya.

        Baginya, sia-sia saja menceritakan kepada seseorang yang telah menemukan mimpi dan di mana ambisinya mengarah. Mereka tidak akan mampu memahami rasa bingung yang membanjiri Hiro.

        Jika semua orang memiliki sebuah cahaya dalam hidupnya. Maka Akira dan Sachi sangatlah bersinar. Mereka hidup dengan penuh minpi dan ambisi yang jelas. Akira telah menetapkan akan menjadi Arsitek, dan Universitas Tokyo adalah impiannya. Impian yang menarik.

        Menyebalkan, mengapa anak SMA dipaksa untuk memikirkan topik berat seperti ini.

        “Hiro! Sensei menunggumu,” kata Akira lagi, tapi Hiro tidak menimpali sepatah kata pun. Ia hanya mengunci Akira dengan ekspresi rumitnya, dan akhirnya Akira kembali menukas, “katakan saja jika kau belum menentukan apa yang benar-benar kau lakukan.”

        Guratan yang tercetak jelas pada wajahnya lenyap oleh ucapan Akira, digantikan oleh setitik rasa lega. Paling tidak meskipun, itu bukan solusi akhir, saran Akira mampu sedikit menjernihkan jalan pikirnya yang keruh.

        Benar, mungkin sebaiknya ia mengatakan yang sejujurnya.

***

        Ryuichi Hiro tidak ingin mengingat bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Bodoh! Mengapa tubuhnya bergerak mengikuti isi hatinya dan mengabaikan sesuatu yang otaknya berusaha cengkeram erat, logika.  Itu bukan dirinya sama sekali, dan Hiro tidak menyukai akan kenyataan itu.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang