PART 30 - FALLEN

92 35 213
                                    

Maret, Hari kelulusan …

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maret, Hari kelulusan ….

Keraguan yang enggan meninggalkannya barang sedetik tiba-tiba menipis. Lantas mendorong langkahnya supaya berderap ke kelas B. Matanya mendarat pada kehiruk-pikuan wajar seusai upacara kelulusan yang digelar di Aula.

Beberapa siswa mengabadikan momen-momen terakhir mereka, beberapa lainnya berbicang dan saling melempar kata-kata perpisahan, atau ada yang bercanda kelewat heboh. Tapi, dari banyaknya manusia di sana, matanya sama sekali tak menjumpai gadis itu.

Belum ingin menyerah, langkahnya pun menjelajah semakin ke dalam dan sedikit mengabaikan beberapa pasang mata yang mulai menjatuhkan pandangan dikuasai keheranan.

“Kaumencari, Sachi?” Tiba-tiba saja seorang gadis yang selalu dibahas Sachi menghampirinya. Etsuko Kana seolah sanggup membaca isi kepalanya.

“Ya, di mana dia?”

“Dia di atap, belum lama meninggalkan kelas,” jawabnya dengan mengakhiri senyum yang cukup manis di wajah imutnya, nyatanya detik itu Hiro menyadari penilaian Sachi tak salah. Tapi, dua faktor itu tak cukup untuk memalingkan arah hati seseorang, bukan?

Arigatou, Kana-san.” Mendengarkan namanya disebut, gadis itu semakin memperlebar senyumnya, dan yakin sekali sebuah rona merah muda tengah mengisi ruang di kedua pipinya.

Tapi, Hiro bahkan tak memiliki kepedulian yang tinggi akan itu. Karena, segala bentuk isi kepalanya hanya tertuju ke Zoe Sachi di sepanjang hari ini.

Bahkan ketika upacara kelulusan dilakukan, atau sertifikat kelulusan, dan sebentuk penghargaan bagi siswa berprestasi telah ia raih—segalanya tak teralih sedetik pun dari gadis itu. Seolah waktu demi waktu semenjak gadis itu memutuskan kembali pergi ke Amerika amatlah berharga baginya.

“Hiro-kun, kita satu universitas, bukan? Dan berada di jurusan yang sama.” Suara itu kembali menghalau langkahnya yang telah berhasil membebaskan diri dari kelas B. Ketika Hiro menoleh, gadis itu telah berada di luar ruangan seolah hendak mempersempit jarak dengannya.

“Mohon bantuannya.” Kata-kata yang cukup ambigu itu membuat Hiro kebingungan sejenak, tapi demi tak mengulur banyak waktu ia pun segera mengangguk demi memuaskan benak gadis itu, sebelum mutuskan untuk kembali berderap dalam menemukan Zoe Sachi.

Kakinya pun terus memijaki tangga tak sabaran, di tengah-tengah tarikan napas yang tak beraturan. Ironisnya, ketika kakinya menginjak atap pertama kali, pemandangan yang menggores benak menyambutnya.

Ia melangkah mundur, selangkah demi selangkah. Menghindarkan diri sebaik mungkin dari tangkapan mata salah satunya. Bayangan akan Akira yang tengah memeluk hangat gadis itu melintas ketika matanya ia pautkan pada kancing kedua di genggaman tangannya.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang