PART 11 - INSIDE OUT

168 112 338
                                    

        “Saat ada seorang perempuan yang tiba-tiba bertanya tentang apa makanan kesukaanmu, kemungkinan besar dia menyukaimu,” gumam Akira dengan ekspresi seperti anak-anak yang sedang memikirkan perkara rumit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        “Saat ada seorang perempuan yang tiba-tiba bertanya tentang apa makanan kesukaanmu, kemungkinan besar dia menyukaimu,” gumam Akira dengan ekspresi seperti anak-anak yang sedang memikirkan perkara rumit. Ia sedang mencoba menggali ingatan tentang film yang ditontonnya baru-baru ini.

        Tanpa memberikan aba-aba, sentakan keras menghantam kesadaran Hiro. Manik matanya yang semula terpaut dalam diam pada selembar kertas kuisioner karir masa depan—yang ia letakkan di atas bangkunya—kini telah berpindah pada Katagiri Akira yang duduk di atas bangkunya dan mencoba mengalihkan arah pikiran Hiro.

        Praktis ingatannya terbang ke kepingan momen dimana Zoe Sachi melemparkan pertanyaan pada dirinya.

        Saat itu mereka sedang duduk bertiga di belakang rumah Hiro yang menghadap langsung ke taman, gadis itu menggigit dengan tekun Croissant buatannya yang masih terasa hangat.

        Lalu meletakkan Croissant yang tinggal beberapa gigit itu seolah-olah ada sesuatu hal yang memaksanya untuk tidak melanjutkan acara makannya. Mengabaikan Sotha yang bercerita tanpa jeda tentang game kesukaannya, kata-kata itu terlempar tanpa beban dari mulutnya yang mengkilat karena sisa-sisa butter dari Croissant-nya.

        “Hiro-kun, apa makanan favoritmu?”

        “Ryuichi Hiro, aku sedang berbicara padamu.”

         Sebelum jiwanya kembali ke raganya, bahunya mendapatkan dorongan ringan dari tangan Akira.

        Hiro mengerjap dua kali, lalu berdeham sambil memperbaiki posisi duduknya. “Apa memang pernyataan sederhana itu bisa diartikan demikian?” Tanya Hiro tidak yakin.

        Akira kembali menampilkan ekspresi seolah-olah akan memberikan keputusan yang dapat memberikan pengaruh besar pada dunia dan seisinya. Alih-alih ia menjawab pertanyaan Hiro, perhatiannya terhisap begitu saja pada sosok Zoe Sachi yang kebetulan melintas di depan kelas A.

        Mengabaikan Hiro yang dengan penuh harap menunggu jawabannya. Laki-laki itu justru melompat tanpa merasa bersalah sedikit pun, dan berlarian keluar menerjang Sachi.  “Sachi-chan…” Mengandung ribuan semangat dalam nada panggilnya.

        Hiro menggeleng-geleng aneh. Tetap duduk di bangkunya yang nyaman, sama sekali tidak ada niatan pada dirinya untuk bertingkah mengikuti Akira. Tapi otaknya memerintahkan telinganya untuk bekerja secara optimal di situasi yang menurutnya genting, demi menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Tidak lupa dengan matanya yang memaku lurus gerak-gerik dua orang itu.

        “Kau akan kemana?” Akira bertanya.
Hiro dapat melihat Sachi membawa beberapa lembar kertas pada sebelah tangannya, lalu ia mengangkat seolah ingin menunjukkan pada Akira.

         “Mengumpulkan ini, kuisioner karir masa depan.”

        “Oh…” Hiro dapat melihat Akira mengangguk-anggukkan kepalanya, “Kau sudah mengisinya?”

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang