PART 16 - WHY DON'T WE

92 59 93
                                    

     Dalam rasa gelisah yang entah timbul dari mana, Ryuichi Hiro berdiri di balkonnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam rasa gelisah yang entah timbul dari mana, Ryuichi Hiro berdiri di balkonnya. Sesekali manik matanya terpaut pada jendela kamar Katagiri Akira.

Biasanya di malam hari begini, cahaya kuning lembut akan memancar dari balik jendela itu. Tapi, malam ini tidak. Malam ini ruangan itu gelap, tidak menyinarkan setitik pun cahaya, dan sangat sunyi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam sana.

Apakah terjadi sesuatu dengannya?
Sebenarnya, rasa khawatir itu terus mendesak-desak ingin keluar dari dasar benaknya. Tidak ada yang tidak khawatir saat menangkap ekspresi muram Akira di sepanjang hari ini, setelah harapan laki-laki itu dipatahkan melalui penolakan dari Zoe Sachi.

Karena perkara itu pula Hiro benar-benar menyadari, rasa suka Katagiri Akira terhadap Zoe Sachi lebih besar melampaui asumsinya. Dan Hiro tidak akan pernah suka akan kenyataan itu.

Itulah mengapa, malam ini ia sama sekali tidak berminat melakukan apa pun. Ia merasa tidak bertenaga, malas untuk bergerak, bahkan hanya untuk mengambil sebuah napas. Sebenarnya niat awal dia berdiri di tempat ini adalah untuk berpikir, tapi setelah menit demi menit berlalu, ia masih belum memutuskan apa pun.

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hiro masih memiliki harapan besar bahwa ini hanya sebuah mimpi buruk, dan ia berharap segera bangun.

Zoe Sachi yang menjadi saudara tirinya adalah mimpi buruk terbesarnya, ditambah Katagiri yang menyukai gadis itu jauh lebih buruk dari yang ia perkirakan, semakin memperkeruh situasi dalam benaknya.

Hiro sama sekali tidak mengerti, meskipun saat melihat gadis itu setitik cahaya mulai bersinar di dalam benaknya yang diselimuti kegelapan tanpa jeda setelah bertahun-tahun lamanya.

Zoe Sachi adalah titik terang. Tapi takdir sangatlah konyol. Hati kecilnya menolak untuk menerima kenyataan ini. Sekujur syaraf-syaraf dalam tubuhnya menolak untuk merasakan rasa sakit ini. Lebih baik syarafnya mati rasa, lebih baik ia tidak dapat merasakan apa pun.

Karena Hiro tahu, ia tidak akan sanggup menanggung hal yang lebih buruk lagi. Dan bagian yang terburuk dari yang terburuk adalah, ia harus menanggung sendiri dan tidak memiliki kuasa diri untuk mengungkapkan.

"Onee-chan! Apa yang kau lakukan? Astaga ... kau melamun?"

Suara itu mampu menembus benteng kabut hitam yang menyelimuti Ryuichi Hiro, suara Sotha dari dalam sana, dari ruangan Sachi. Kaki Ryuichi Hiro berderap mendekat ke sisi pagar balkon, tempat terdekat ke kamar Zoe Sachi.

"Kau tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu?"

"Astaga ... kau galak sekali," seru Sotha.

"Ada apa kau kemari?" Sachi masih menggunakan nada tinggi dalam tiap ucapannya, kentara sekali ia sangat enggan dan merasa terusik akan kehadiran adiknya.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Where stories live. Discover now