PART 31- ONE MORE LIGHT

91 28 167
                                    

‼️15+ only

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

‼️15+ only. Yang belum usia 15 tahun putar balik ya, jangan bandel 😎

***

7 tahun kemudian, Musim Semi ….

Denting monoton dari ponselnya mampu membelah konsentrasinya yang utuh. Mendengus ringan, jarinya meraih ponsel yang tergeletak bebas di samping laptopnya. Pesan dari Sotha sama sekali tak menghadirkan rasa terkejut. Namun, ketika jarinya menjatuhkan sentuhan ringan demi membuka pesan itu, sesuatu yang menghantam dadanya secara telak mampu mengosongkan segala yang terisi dalam otaknya.

Hiro-kun, Onee-chan kembali ke Tokyo kemarin – Sotha.

Dan sebaris pesan yang diimbuhi sebuah foto seorang gadis yang nampak lebih dewasa dari terakhir kali mereka berjumpa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan sebaris pesan yang diimbuhi sebuah foto seorang gadis yang nampak lebih dewasa dari terakhir kali mereka berjumpa. Seorang gadis yang menyulut segala bentuk kekacauan berlarut-larut dalam dirinya, walau waktu tetap bergulir ia tetap terhenti di tempat.

Kiranya cukup membingungkan, tiba-tiba 7 tahun telah berlalu. Dan perasaan yang sama masih tersimpan di sana, tak juga menyurut barang secuil. Karena gadis itu masih menggenggam erat hatinya, tanpa membiarkannya berpaling.

Lalu, sekarang dia di mana? – Hiro

Nyatanya otaknya yang semula bergelut pada pekerjaannya terlepas begitu saja ke pesan Sotha. Seolah ia tak pernah ingat, kekecewaan pernah nyaris membunuhnya, atau keputusan sepihak gadis itu pernah nyaris membuatnya hilang akal. Namun, di detik ini, seluruh yang ada apa dirinya sanggup memaafkan semudah itu.

Lama Sotha tak membalas, ketegangan pada dirinya pun merangkak naik dari waktu ke waktu, segalanya menjadi terasa berat dan pekerjaannya tak lagi menjadi fokus utamanya, padahal di hari Senin deadline hendak menyambutnya.

Sempat terpikirkan untuk kembali ke Tokyo detik ini juga, tapi apakah gadis itu bersedia untuk menemuinya? Benaknya meragukan itu. Cerita demi cerita mengenai gadis itu selalu mengalir dari mulut Sotha, namun gadis itu sama sekali tak memberinya kesempatan untuk terhubung.

Tenggelam dalam keraguan yang bergejolak, denting lain menyapa pendengarannya, bukan lagi denting notifikasi ponsel, melainkan bel rumah milik Nenek Kakeknya—rumah yang ia tempati hingga detik ini.

The Light Start at 18yo (COMPLETE)Where stories live. Discover now