Part 9 - And The Journey Begins

1.2K 250 19
                                    

Setelah pertengkaran mereka, Daya pergi seharian dengan dengan Adeline dan Mama. Sementara Maja menyibukkan diri dengan mengatur keberangkatan mereka dan memeriksa ulang seluruh jadwal kerja dari dalam kamar hotel. Kapal pesiar yang akan mereka naiki adalah kapal yang baru dipugar ulang dan sudah memiliki kontrak sewa dengan perusahaan pelayaran dari Italia setelah sebelumnya disewa oleh salah satu perusahaan pelayaran Singapura. Jadi di sana dia bisa bekerja dan memeriksa semua hal untuk memastikan lagi sebelum akhirnya kapal itu berangkat ke Eropa. Dari empat kapal yang dia punya, tiga disewakan, dan satu yang dia ingin coba kelola sendiri. Saat ini kapal tersebut masih disiapkan.

Mereka berdua akan berangkat besok ke Singapura dengan jet, lalu mereka akan menaiki pesiar selama enam hari hingga Thailand, setelah itu menemui perwakilan dari Italia untuk memeriksa kapal dan menentukan kapan kapal akan siap untuk berlayar ke Eropa. Satu hari di Singapura, enam hari pesiar ke Thailand, mungkin dua hari di Thailand untuk menyelesaikan urusan kerja. Lalu mereka akan kembali ke Jakarta di hari ke sepuluh dengan pesawat boeing yang baru tiba bulan lalu.

Dua minggu itu empat belas hari, Maja. Ah, persetan dengan permintaan Mama. Dia tidak akan sanggup berada bersama Daya lebih dari itu. Tapi Dayana adalah istrimu, Maja. Kalian akan tinggal bersama juga. Dia tersenyum karena tahu mereka tidak perlu benar-benar tinggal di apartemen yang sama. Ya, dia sudah menyiapkan apartemen untuk Daya persis di sebelah apartemen miliknya. Mama tidak akan tahu karena mereka tinggal di bangunan yang sama.

Matanya beralih ke jam tangan di meja kerja dalam kamar hotel. Sudah pukul delapan. Kenapa para wanita belum kembali? Ponsel dia angkat untuk menghubungi mama.

"Halo, Ma. Sudah malam belum balik? Kalian nggak apa-apa kan?" tanyanya ketika Mama mengangkat sambungan.

"Sabar, kita sudah di jalan ke hotel. Kamu sudah makan, Sayang?"

"Nanti gampang. Okey, kalau begitu. Hati-hati di jalan," sambungan dia sudahi. Ketika dia ingin meletakkan ponsel, benda itu berbunyi lagi. Agam.

"Ya, Gam?"

"Malam, Pak. Maaf saya baru hubungi lagi soal pertanyaan Bapak tadi siang tentang siapa Rendy." Agam diam sejenak. "Jadi Rendy itu pelatih olahraga professional, ahli gizi yang bersertifikat, juga fisioterapis khusus yang kebetulan juga handle Mba Adeline di MG Hospital. Klien-klien Rendy biasanya artis, atlit, atau kalangan keluarga kaya."

"Apalagi selain itu?"

"Satu kali menikah dan cerai tiga tahun lalu tanpa anak. Sampai saat ini single, tinggal di salah satu apartemen mewah dan selain bekerja klien-kliennya, Rendy juga terdaftar sebagai anggota NGO dan aktif jadi sukarelawan untuk bencana alam. Kebanyakan di negara-negara Asia."

"Hmm," dia diam sejenak. "Apa hubungannya dengan Daya?"

"Sudah lima tahun Rendy jadi pelatih pribadi Mba Daya. Bahkan Mba Daya masuk ke dalam list top client-nya. Biasanya Mba Daya akan berlatih di gym milik Rendy tiga kali seminggu, dan dua kali sebulan konsultasi gizi dan cek kesehatan. Jadi mereka memang rutin bertemu kecuali saat Rendy sedang terbang keluar negeri. Rendy pasti kirim orang untuk cek Mba Daya."

"Top client maksudnya apa?"

"Top client di sini ada sepuluh. Termasuk Mba Daya dan Mba Adeline, sisanya artis-artis terkenal atau istri pejabat. Jadi Rendy harus siap kapan saja untuk sepuluh klien-nya."

"Termasuk Daya?"

"Iya, Pak. Karena kesibukan Mba Daya, biasanya mereka bertemu setelah jam sembilan malam di gym milik Rendy untuk latihan. Atau Rendy datang ke apartemen Daya pukul lima pagi sebelum Mba Daya berangkat kerja. Tergantung jadwal Mba Daya. Satu lagi...." Agam berhenti.

The Marriage TrapWhere stories live. Discover now