Part 20 - Fall Apart

1.1K 266 35
                                    

Yak, siap-siap tarik nafas dalam.

***

"Mba Daya, mau saya jadwalin kapan untuk cek ke lokasi shooting?" tanya Tari padanya. Mereka sedang berjalan di koridor kantor untuk meeting lain setelah selesai meeting sebelumnya.

"Di atas kapal barunya Digjaya kan?" pintu ruang meeting dia buka dan timnya sudah siap di sana.

"Iya, Mba."

"Besok setelah makan siang," dia duduk kemudian membuka laptop untuk membaca cepat proposal untuk salah satu perusahaan minuman kesehatan. "Kita mulai?"

Meeting berjalan lancar. Salah satu perusahaan minuman kesehatan menghubungi dia untuk menangani salah satu re-branding produk mereka. Dia tidak bisa menampik bahwa namanya makin dikenal sejak dia menikah dengan Maja. Ketika namanya dikenal, maka Digicom juga ikut naik bersamanya. Tidak pernah sepanjang Digicom berdiri mereka sesibuk ini. Klien demi klien datang tanpa henti. Mereka bahkan harus menolak beberapa karena padatnya jadwal hingga tidak ada slot sama sekali untuk sisa tahun ini hingga kuartal pertama tahun depan.

Dia sendiri sudah memiliki rencana untuk menanggulangi banjir proyek kali ini. Tim akan dia tambah dan pecah dengan leader tiap tim. Salah satu anggota dari tiap tim harus berisi satu orang yang sudah lama bekerja di Digicom. Tugas akan dia bagi untuk setiap proyeknya. Jadi tidak tumpeng tindih seperti saat ini. Karena semua hal itu jadwalnya menggila. Ini bagus sekali karena bisa membantu dia untuk mengalihkan pikirannya dari permasalahannya dengan Maja. Nafas dia hirup dalam saat sudah menyelesaikan satu meeting lagi. Jadwalnya hari ini hingga jam sembilan malam.

"Mba, si perusahaan minuman kesehatan ini spesifik minta Rendyla buat jadi bintang iklan mereka," ujar Dion sambil membereskan laptop.

"Kenapa?" dia berdiri dengan laptop digenggaman.

"Katanya anaknya yang punya nge-fans sama Mas Rendy," kekeh Tari.

Dia tersenyum kecil. "Nanti coba saya ngomong sama Rendy. Sekalipun yang saya tahu Rendy nggak suka publisitas begitu."

"Iya, Mba. Tolong bujuk Mas Rendy yah," pinta Dion.

"Saya coba ya. Tapi tetap cari cadangan artis. Kalau nggak salah si Rama sudah balik ke Indo. Coba hubungi dia. Posturnya kayaknya pas."

"Okey. Nanti saya hubungi," sahut Tari cepat.

"Yeee, lo mah emang maunya kenalan sama Rama," ledek Dion.

Timnya sudah saling meledek seru. Dia tersenyum melihat itu semua. Mood bekerja mereka sedang tinggi karena semua proyek, dan juga karena mereka sudah sempat beristirahat dengan layak. Oh, alasan yang utama adalah karena dia akan memberikan bonus yang layak dan libur lagi jika mereka bisa melewati seluruh kesibukan ini nanti.

Ledek-meledek makin seru. Sesekali dia tertawa kecil menimpali. Ini keluarganya, bukan Maja, bukan di rumah yang saat ini mereka tempati. Karena rumah itu tidak memberikan kehangatan sama sekali. Tapi di kantor ini, dia menemukan kedekatan yang terjalin diantara tim mereka. Ini tempatnya, she belongs here with her team. Jadi dia benar-benar bersyukur bahwa diantara semua yang sedang terjadi, dia masih memiliki satu-satunya hal yang dia cinta dan mencintai dia kembali. Digicom dan tim di dalamnya.

***

"Kak Daya sibuk banget ya, Kak? Ini udah jam sepuluh malam," ujar Adeline khawatir. Mereka sedang berada di ruang tengah menonton TV.

Matanya menatap jam di dinding, Adeline seolah menyuarakan apa yang ada di kepalanya sedari tadi. Ya, tanpa dia mau dia menunggu kabar dari Daya dan mulai merasa khawatir.

"Kamu semalam nggak ngajak Kak Daya baikan?" lanjut Adeline.

"Jangan mulai, Del." Ponsel dia ambil dan angkat untuk menghubungi Daya. Sambungan pertama tidak diangkat. Kemudian sambungan kedua ada suara Tari di seberang sana.

The Marriage TrapWhere stories live. Discover now