Part 30 - I wish you knew

1.3K 257 22
                                    

Hari peluncuran kapal pesiar Digjaya makin dekat. Hingga akhirnya bahkan Agam dipanggil kembali ke Jakarta untuk membantu. Senin pagi ini dia sudah berada di ruang kerja Admaja Hadijaya untuk menghadap. Tapi herannya, bukan hanya dia saja yang ada di sana. Tari dan Dion juga sudah duduk seolah menunggu saat dia tiba, bersama Yusri dan beberapa manager utama yang lain.

"Pagi, semua," dia menatap Tari sejenak sementara wanita itu diam saja.

"Pagi. Okey, semua orang sudah ada di sini. Saya mulai saja," ujar Admaja memulai meeting pagi ini.

Tari dan Dion memaparkan perkembangan persiapan acara yang sudah 95% selesai. Pagi ini Dayana sedang memperbaharui kontrak dengan vendor penting mereka, setelah itu harusnya hanya tinggal proses pelaksanaan dan pengawasan saja. Seluruh iklan-iklan sudah berjalan tepat waktu bahkan sejak beberapa bulan sebelumnya. Sayembara menarik dilakukan untuk mengundang pengunjung. Undangan-undangan untuk para Key Opinion Leader/ Influencer, beberapa artis ternama dan pejabat yang salah satunya adalah Menteri pariwisata sudah disebar sejak dua minggu lalu. Dia harus mengakui Tari dan Dion melakukan segalanya dengan baik sekali. Hal itu juga yang membuat perasaan kesal mulai merayap perlahan. Melihat bagaimana Tari dan Dion kompak dalam satu tim.

Satu jam berlalu dengan lancar. Semua antisipasi sudah disiapkan untuk memastikan keberlangsungan acara. Meeting ditutup lalu satu demi satu orang meninggalkan ruangan. Dion dan Tari juga undur diri namun Maja meminta Tari untuk tinggal sejenak bersama dia. Pintu sudah tertutup dan Maja berdiri untuk bicara.

"Agam, kamu saya panggil ke sini untuk membantu tim Digicom bersama beberapa tim di sini. Pastikan semua eksekusi berjalan sesuai rencana dan segera eskalasi jika ada kendala di lapangan pada saya."

"Bagaimana dengan Mba Daya, Pak?" Tari melontarkan pertanyaan yang sedari tadi dia simpan sendiri.

"Karena itu kalian berdua ada di hadapan saya sekarang. Ini tugas khusus untuk kalian berdua. Kondisi istri saya sedang tidak fit, tapi seperti biasa dia selalu keras kepala perihal pekerjaan. Jadi tugas kalian adalah memastikan Daya makan tepat waktu, saya sudah minta Fina untuk menghubungi restoran dan mengirimkan Daya makanan. Jika AC dalam ruangannya masih terlalu dingin, segera hubungi Bapak Nanang pengurus gedung ini, Tari. Kamu punya nomornya kan?"

Tari mengangguk dua kali.

"Dayana juga tidak boleh pulang lebih dari jam enam sore. Saya sendiri yang akan menjemput Daya untuk pulang. Sementara saya tahu pekerjaan akan dua kali lipat frekuensinya dan tim Digicom akan pulang malam. Agam akan membantu hingga segalanya selesai di kantor Digicom. Jadi Tari, tolong siapkan meja untuk Agam bekerja di sana."

"Maaf, Pak. Tapi Bapak klien kami. Jika Mba Daya tahu, dia pun akan tidak setuju Agam bekerja di sana. No offense, Gam," ujar Tari lugas sambil menatapnya sejenak.

"None taken," timpalnya cepat.

"Saya memutuskan ini bukan sebagai petinggi Digjaya, tapi sebagai suami Dayana. Jika Daya tidak setuju Agam memiiki meja di sana, Agam duduk di kubikal kamu Tari. Ada keberatan dari Daya, minta istri saya bicara pada saya. Titik. This is non-negotiable, Tari."

"Apa Bapak sudah sampaikan hal ini dengan Mba Daya?"

"Belum. Saya akan hubungi istri saya setelah ini."

Kali ini Tari hanya mengangguk lalu diam saja.

"Ada yang kurang jelas?" Maja memastikan lagi.

"Bagaimana dengan proyek yang saya tangani. Karena ada beberapa meeting penting di Surabaya dua hari ke depan, Pak?" dia angkat bicara.

"Saya sudah baca timeline yang kamu buat. Geser seluruh meeting minggu ini ke minggu depan. Saat ini kalian masih menunggu hasil uji kelayakan, jadi penundaan satu-dua minggu tidak akan berdampak banyak. Jelaskan itu pada tim-mu, Gam," jawab Maja.

The Marriage TrapWhere stories live. Discover now