Part 19 - House Move

1.1K 258 34
                                    

Pemberitaan tentang dia dan Angie sudah benar-benar mereda. Sudah satu minggu terlewati dan selama satu minggu itu pula mereka berjalan sendiri-sendiri. Dia masih berangkat dari apartemennya dan menjemput Daya di apartemen wanita itu bersama Basri untuk ke kantor bersama. Kemudian mereka bekerja seperti biasa hingga malam. Lalu pulang terpisah ke apartemen masing-masing. Tidak ada pesan, telpon, hanya pertemuan singkat di dalam mobil yang pasti hening. Entah mereka sibuk dengan ponsel atau tablet mereka, atau Daya yang tidur sepanjang perjalanan mengenakan headsetnya. Hubungan mereka persis seperti apa yang dia mau dan bayangkan. Jauh, renggang, tanpa komunikasi, sendiri-sendiri. Namun dia terkejut tentang betapa tidak nyamannya memiliki hubungan seperti itu. Apalagi mereka berdua pernah dekat sesaat dan memiliki kenangan singkat.

Proses perpindahan rumah sudah dimulai sejak beberapa hari lalu. Untuk pertama kalinya mereka akan menginap di rumah baru mereka setelah selesai dibersihkan dan dipersiapkan. Sebagian barang-barang pribadi juga sudah tiba sekalipun belum selesai diletakkan di tempat seharusnya. Basri sudah memeriksa dan mengaktifkan system keamanan mutakhir milik ID Tech. Rumah ini adalah rumah pintar yang langsung tersambung dengan internet. Jadi mereka bisa memerintahkan hal-hal yang mudah seperti menyalakan lampu, atau musik, atau mengunci pintu hanya dengan bicara.

Matanya menyapu ruangan yang masih berantakan. Karton-karton besar milik Daya ada di ruang tengah dan masih belum dibuka. Sepertinya Daya menunggu agar semua pekerja pulang jadi bisa meletakkan barangnya di kamar tamu. Ya, diam-diam mereka akan pisah kamar. Wanita itu sendiri terus berada di lantai atas saat ini entah sedang apa.

Ponselnya berbunyi. "Ya, Ma?"

"Datang makan malam keluarga hari ini. Mama rindu dengan Daya, Adel juga terus menanyakan Daya."

"Kami sibuk pindah rumah, Ma."

"Mama ingin bicara dengan Daya. Sambungkan Mama padanya," pinta Mama.

"Daya lagi di atas..."

"Mama ingin bicara dengan Daya, sekarang," tegas Mama lagi.

Dengan kesal dia melangkah ke lantai atas. Salah satu pintu kamar terbuka sebagian. Tebakannya Daya berada di ruangan ini. Pintu dia ketuk kemudian dia membuka pintu dan masuk. Terkejut menemukan Daya sedang tertidur di kursi dengan kepala terkulai di meja.

"Ma, Daya ketiduran," bisiknya karena tidak mau membangunkan Daya.

"Pantas, ponselnya nggak diangkat. Ya sudah, Mama tunggu malam ini saja. Jaga istrimu, Maja." Sambungan di sudahi.

Dia menatap ke sekeliling kamar besar itu yang menghadap langsung ke taman dan kolam renang lantai bawah serta persis berada di atas kamar utama yang akan menjadi kamarnya. Pintu balkon terbuka lebar membuat angin sore yang sepoi-sepoi masuk. Daya tidur menelungkup di meja kerja – satu-satunya benda yang ada di ruangan ini. Ada kertas yang tertutup sebagian oleh kepala Daya. Karena penasaran dia membaca kertas itu. Isinya adalah desain interior untuk kamar ini yang berupa gambar dua dimensi. Dugaanya Daya sedang memeriksa gambar dan melakukan sedikit revisi. Daya ingin berada di lantai dua dan benar-benar terpisah dengannya. Fakta baru yang dia tidak suka, entah kenapa. Bel rumah yang terdengar membuat dia keluar ruangan untuk ke lantai bawah.

"Siang, Pak Maja. Mba Daya ada?" Tari yang datang membawakan dua parcel buah-buahan cantik yang dia duga untuk Daya bawa ke rumah mama sebagai bingkisan saat makan malam hari ini.

"Ada, di atas. Masuk, Tari," dia membukakan pintu. "Daya ketiduran. Baiknya jangan diganggu dulu. Kamu diminta datang?"

"Iya, Mba Daya mau minta bantuan buat beres-beres. Bapak udah selesai beres-beres?"

"Belum, nanti ada orang saya yang aturkan," dia sudah meminta Tari duduk di sofa ruang tengah.

"Itu parcel buah buat siapa?" tanyanya.

The Marriage TrapWhere stories live. Discover now