Part 46 - Sempurna

1.7K 265 57
                                    

Ini last part mereka ya. Enjoy!!

***

"Saya terima, nikah dan kawinnya Utari Dwi Putri binti..." Agam mengucapkan kalimat ijab kabul dengan lancar dan cermat.

Helaan nafas lega dan ucapan syukur terucap oleh para undangan. Admaja duduk sebagai saksi nikah juga tersenyum lebar. Acara berlanjut dengan lancar, hingga saatnya para tamu undangan mengucapkan selamat secara bergiliran. Agam dan Tari mengenakan pakaian adat jawa terlihat sangat serasi dan bahagia bersanding di pelaminan. Maja menghampirinya yang masih duduk untuk membawanya naik ke atas pelaminan dan memberikan selamat.

"Pelan-pelan jalannya. Kalau bukan nikahannya Tari dan Agam, aku nggak biarin kamu keluar," bisik Maja sambil mengaitkan lengan dan berbisik padanya.

"Ini penting, Maja. Lihat mereka berbunga-bunga begini kan jarang."

"Iya, biasanya berantem terus depan kita ya?" Maja tertawa.

"Persis kayak siapa ya?" kekehnya juga.

Maja tambah tertawa. "Like their boss. Persis kayak bos mereka. Kamu tahu kan kalau ternyata Agam lah yang ngerusakin mesin kopi di apartemenku, jadi aku ketemu kamu di kedai kopi dulu."

Mereka berjalan perlahan ke arah pelaminan. "Hah, serius? Maksudnya apa dan kamu tahu darimana?"

"Mereka itu berusaha buat kita ketemu dan jodohin kita dari awal. Minggu lalu waktu bachelor party-nya Agam, anak-anak kantor ngerjain Agam dan undang aku jadi bintang tamu. Mereka main truth or dare atau apalah itu, dan akhirnya keluarlah cerita konyol Agam dan Tari tentang bagaimana mereka ketemu, sampai jodohin kita segala."

Dia tidak bisa menahan tawa membayangkan konyolnya hal itu. "Mak comblang yang akhirnya jadian juga ya." Maja menuntunnya perlahan saat menaiki tangga pelaminan.

"Selamat ya, Tari dan Agam. Kalian cocok dan serasi," dia memeluk Agam dan Tari bergantian.

"Makasih, Mba Daya dan Pak Maja. Hati-hati Mba jalannya," sambut Tari sambil tersenyum bahagia.

"Selain mesin kopi, apalagi yang kamu rusakin, Gam?" tanyanya usil.

Wajah Tari terkejut kemudian menoleh pada Agam. "Kamu bilang-bilang? Ya ampun, Gam. Bikin malu tahu nggak?" bisik Tari kesal.

"Sayang, kemarin kepepet gara-gara anak-anak. Lagian juga Pak Maja udah jadi kan sama Mba Daya."

Maja dan dia tertawa sambil menggelengkan kepala. Mereka bersalaman dengan kedua orangtua mempelai kemudian sekaligus pamit pulang karena kondisi kehamilan Daya yang makin besar. Setelah sesi foto, mereka beranjak dari sana. Maja menggenggam tangannya sambil menghubungi supir keluarga untuk menjemput mereka di lobby.

"Jangan-jangan, mobil kamu dirusakin sama Agam waktu itu jadi kamu terbengkalai di pinggir jalan?" tebaknya saat Maja sudah menutup ponsel.

"Iya, kok tahu?" Maja tertawa lagi. "Emang bener-bener si Agam."

"Untung aku baik hati mau nolongin."

"Dulu kayaknya kamu lebih tertarik sama proyek Digjaya daripada sama aku," cebik Maja lucu.

"Iya, emang bener," dia menggoda Maja. "Buat aku Digicom itu nomor satu, nggak ada gantinya."

"Sekarang? Aku kan yang nomor satu?"

"Enggak lah, siapa bilang."

"Yang nomor satu siapa emangnya? Jangan bilang Digicom ya," ancam Maja kesal.

"Yang nomor satu yang ada di dalam perut aku. Mohon maaf ya, Bapak Maja. Ngalah sama anaknya."

"Yah, Ya. Belum lahir aja udah bikin aku cemburu. Awas ya, kamu anak kecil..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Marriage TrapWhere stories live. Discover now