Part 28 - The Secret Lunch

1.3K 269 37
                                    

Sudah tiga hari Agam berhenti menghubunginya dan dia tidak mengerti kenapa. Biasanya teman anehnya itu akan selalu mengirim pesan, minimal tiga kali sehari. Entah untuk bertanya apakah dia masih marah pada Agam, atau memeriksa kondisinya, atau sekadar mengingatkannya makan. Akhir hari Agam juga akan menghubungi yang terkadang dia angkat malas-malasan, atau dia tidak angkat sekalian. Dalam hatinya dia suka Agam membutuhkannya seperti ini, bukan Sherly.

Setelah mendapatkan informasi tentang hubungan Agam dan Sherly yang sudah berakhir dari Fina, dia banyak berpikir. Sebenarnya apa yang mengganggu dan membuatnya marah lalu menjauhi Agam. Apa benar karena ego-nya terusik tentang gossip bahwa dia perebut tunangan orang? Atau ada alasan lain? Misal, sesungguhnya yang dia mau Agam tidak terus-terusan bersama wanita yang tidak pernah menghargai Agam seperti si Sherly itu. Lagian, apa sih bagusnya cewek manja yang kerjaannya lirik sana-sini dan hanya bisa minta dilayani seperti ratu. Hih, memangnya cewek itu siapa? Agam bisa mencari wanita lain yang lebih menghargai Agam, dan yang mau berada di sisi laki-laki konyol itu, seperti...dia? Hah, otaknya sudah gila.

Kenapa juga Agam tidak memberitahunya bahwa Agam sudah putus? Apa karena Agam masih berusaha kembali pada Sherly? Sherly lagi? Kenapa Agam bodoh banget sih? Apapun itu, dia tidak tahu apa berita itu benar? Jika benar, kenapa Agam tidak memberi tahunya? Mereka teman kan?

"Tari, saya minta semua laporan progress Digjaya di meja sekarang ya. Saya mau periksa semua," Dayana sudah tiba dan langsung menghampiri mejanya karena sedari pagi dia melamun saja.

"Oh iya, Mba," cepat-cepat dia menyingkirkan ponsel. Dia menatap Daya dan langsung menyadari ada yang berbeda dari bosnya itu.

"Kamu nggak apa-apa kan?" tanya Daya padanya.

"Enggak apa-apa, Mba. Tapi Mba keliatan glowing sih. Abis liburan seru sama Pak Maja ya?" ledeknya menatap wajah Daya yang pagi ini terlihat segar dan pancaran mata Daya yang bahagia.

Daya tersenyum kecil. "Work, work, work, Tari. Time's up. Saya nggak mau ada yang salah di peluncuran pesiar Digjaya."

"Baik, Mba. Siaaap. Aku panggil Dion dulu ya."

Sepuluh menit kemudian, dia dan Dion sudah mempresentasikan perkembangan proyek yang mereka pegang di ruangan Daya. Kemudian diiringi dengan runtutan jadwal kerja yang menyesakkan dada. Hari mereka akan mulai panjang.

***

Tari: Sibuk ya hari ini?

Pesan dari Tari datang di akhir hari. Agam masih berkutat dengan laporan mingguan atas proyeknya yang ditunggu oleh Admaja besok. Sejak Tari menjauhinya, ini pesan pertama dari wanita itu. Biasanya dia yang selalu menghubungi lebih dulu, dengan pesan, dengan sambungan telpon yang jarang sekali Tari jawab. Tapi hari ini, entah kenapa Tari menghubunginya.

Dugaan yang paling mungkin adalah Tari ingin bercerita tentang betapa hebatnya Dion. Ya, laki-laki itu memiliki karir yang lebih dulu maju daripada dia sendiri. Single, wajah Dion juga lumayan tampan menurut Fina, khas cowok metropolitan yang umumnya wanita suka. Pertanyaannya, jika dulu Tari dengan sabar mendengarkan segala keluh kesahnya tentang Sherly, kenapa sekarang dia benar-benar tidak mau mendengar Tari bercerita tentang Dion? Jawaban atas pertanyaan itu juga yang membuat dia tambah emosi. Sudah jelas Tari tidak memiliki perasaan apapun padanya, jadi Tari biasa saja saat mendengar cerita Sherly. Tapi dia? Dia tidak mau dengar tentang Dion. Kenapa? Bukankah sudah jelas, setelah seluruh kebersamaan gila mereka, dia jatuh cinta pada temannya sendiri.

Ya, ya, sayangnya dia menyadari hal itu terlambat. Saat dia sudah harus berjauhan dari Tari, dan saat Tari sudah memiliki orang lain. Kalau dipikir-pikir, dia sama bodohnya seperti Admaja jika urusan cinta. Ah, kenapa jadi begini sih?

The Marriage TrapWhere stories live. Discover now