02 : Pacarnya

87 11 3
                                    

Aira kaget, tiba-tiba dia merasa merinding dan ngeri. "Lepas, Kak! Nanti ada guru yang liat!"

"Biarin mereka liat, biar mereka tau kalau gue naksir berat sama lo."

"Jangan maksa begini, dong! Elo keliatan freak tau, nggak!?"

"Freaking loving you?"

"Idih?"

Aira tak tahan, dia berusaha pergi tapi Danu terus menahan, belum lagi dengan teman-temannya yang ikut menghalangi Aira. Rasanya ini sudah kelewatan kalau mau dianggap bercanda, Aira mulai merasa takut jadi dia tanpa pikir panjang-membentak. "Kak, gue udah punya pacar!"

Seketika Danu dan teman-temannya berhenti, wajah mereka kaget dan kecewa. "Pacar?" ulang Danu.

"Iya!" Aira menjawab dengan berani, dan melihat ekspresi Danu, dia yakin trik ini akan berhasil. Aria pikir dia harus berterima kasih pada Sephia nanti.

Danu dan teman-temannya mematung sebentar, tapi tak lama mereka saling melempar tatapan dan tertawa. Aira menatap dengan keheranan.

"Lo bohong, ya?" tuduh Danu, tepat mengenai mental Aira. Jujur saja sekarang Aira merasa lebih gugup, tapi dia berusaha menenangkan diri karena ketimbang ketahuan bohong, Aira lebih takut gagal membuat para pengganggu itu berhenti mengganggunya.

Aira menarik napas, lalu ditatapnya Danu dengan tatapan percaya diri yang dibangun setengah mati. "Cowo gue Saka," kata Aira, asal comot saja nama yang melintas dalam kepalanya.

Tak diduga, perkataan itu membuat Danu dan teman-temannya kembali mematung, kali ini mereka tampak sangat terkejut.

"Saka ...?" ucap Danu, nada bicaranya seperti orang cemas.

Aira tak tahu kenapa wajah Danu jadi seperti itu, tapi tak mungkin dia mau berhenti di tengah jalan. "Iya," jawabnya.

"Saka Sagara?"

Aira melirik ke arah lain dengan ragu, dia pikir tidak masalah, jadi dia jawab saja seenaknya. "Iya." Dan tetap melanjutkan kebohongannya.

Berusaha keras ia membangun kebohongan yang kokoh dengan senyum percaya dirinya, Aira dibuat kebingungan di detik berikutnya ketika tiba-tiba gerombolan kakak kelas yang mengerubunginya langsung bubar dan pergi ke tempat masing-masing; seakan mereka tak pernah melihat Aira di tempat itu apalagi sampai menghampirinya.

Jujur saja, Aira kebingungan. Tapi disamping itu, dia senang. "Wow, manjur banget namanya si Saka Sagara ini!" serunya dengan senang sebelum kembali ke kelas, tanpa sadar kalau itu adalah awal mula dari kekacauan lain dalam hidupnya.

Aira hendak menyusul Gisel, tetapi rupanya pemuda yang diperintah Danu tadi melaksanakan tugas dengan baik. Baru saja Aira mau memasuki perpustakaan, Gisel dan kakak kelas itu sudah keluar membawa tumpukan buku-buku cetak untuk dipinjam.

"Sini gue bantu, Sel," ujar Aira, tapi Gisel menolak.

"Aduh, nanti berantakan, Ai. Udah lo jalan aja ke kelas, udah bel!"

"Udah bel?"

"Iya. Gak denger, lo?"

Aira terdiam dan berpikir, mungkin dia tidak sadar karena keberadaan Danu dan teman-temannya tadi. Ya sudahlah, kalau Gisel bilang begitu, Aira tak punya pilihan lain selain ikut kembali ke kelas tanpa membantu. Lagipula ada hal melegakan yang dia jamin akan berlangsung lama; yaitu tindak-tanduk Danu yang terlihat tidak akan mengganggunya lagi setelah Aira membohonginya tadi.

"Seneng banget, Ai ... akhirnya jadian lo sama kakak kelas tadi?" celetuk Gisel, langsung disanggah Aira dengan gelengan.

"Enggak lah! Udah punya cewe tau tuh laki ganjen!"

THE VIVID LINE OF YOU : Park SeonghwaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt