15 : Kantin

29 8 0
                                    

Sudah lima hari berlalu sejak terakhir kali Aira melihat Saka di sekolah.

Ya, tepat lima hari setelah unggahan di sosial media Saka membuat satu sekolah gempar.


Hari ini sama seperti hari sebelumnya, Saka tak masuk sekolah.

Aira tak terlalu memikirkan, toh, itu sudah jadi kebiasaannya bahkan jauh sebelum mengenal Aira.

Aira juga tak berharap Saka akan masuk sekolah, lalu berkata 'aku masuk karena mau ngelihat kamu' seperti hari lalu.

Terlalu muluk untuk diharapkan oleh Aira yang cuma modal tak tahu diri meminta kemurahan hati Saka.

"Ai ... hari ini kak Saka gak masuk lagi, ya?"

Aira, Sephia, Gina, Harun dan Alfin sedang berada di kantin, kebetulan hari ini Sephia mengizinkan dua pemuda tukang gombal itu untuk duduk bersama dengan teman-temannya.

Yang tadi itu pertanyaan dari Gina, sehabis dia kembali dari membeli makanan.

Aira yang sejak tadi diam sambil melihat hal lain, sedikit tersentak waktu mendengar Gina menanyakan perihal Saka.

"Ah ... iya," jawab Aira, karena sebenarnya dia pun tak tahu bagaimana keadaan dan posisi Saka saat ini.

Ya, meski 'pacaran', mereka sebenarnya jarang berkomunikasi satu sama lain. Lebih tepatnya, wassap Saka yang jarang sekali dalam jaringan dan Aira yang tak mau kelihatan mencari Saka lebih dulu.

"Kesepian gak, sih gak ada doi di sekolah?" tanya Harun tanpa melihat muka Aira. Dia sibuk mengaduk mi ayam miliknya.

Aira tersenyum canggung, "Kesepian ...? Enggak, sih, 'kan ada kalian, buat apa kesepian cuma karena satu orang?" jawabnya apa adanya.


Tapi justru, jawaban Aira malah membuat Alfin, Harun dan Gina menatap Aira dengan lekat.

Aira kaget dan langsung keringat dingin. "E-eh? Kenapa pada ngeliatin gue begini?"

"Lo sama kak Saka beneran pacaran, gak sih?"

Aira tertegun, kaget dan tak tahu mau menjawab apa. Tiba-tiba saja dia jadi gugup.

Bukan Aira saja, bahkan Sephia sampai berhenti makan dan melihat Aira dengan raut khawatir.

Mereka seperti dua orang bersalah yang sedang disinggung soal kejahatannya.

"K-kok nanya begitu?"

"Ya ... habisnya lo keliatan santai banget gitu. Gak ada gue denger elo ngeluh soal kak Saka, atau curhat perihal ke-uwuan lo sama dia buat bikin gue iri."

"Gin, gue gak perlu pamer kali sama semua orang. Lagian cuma pacar doang."

"Iya, pacar. Masalahnya pacar lo ini Saka Sagara, Ai! Ibaratnya, salah satu most wanted sekolah! Bisa-bisanya lo gak gunain kesempatan ini buat pamer ke seluruh dunia!?"

Aira mengalihkan pandanganya perlahan dari Gina yang kelihatannya sudah kelewat semangat membahas 'hubungan' Saka dan Aira.

Siapa, sih yang tak senang punya pacar most wanted sekolah? Aira juga bakal dengan bangganya menunjukkan hubungan mereka, pun sambil memamerkan cerita tentang hal manis apa saja yang dilakukan mas pacar untuk dia atau sebaliknya.

Sayangnya, Saka itu bukan pacar Aira.

Status itu cuma ada untuk menghibur masyarakat, tapi tak berlaku bagi mereka berdua.

"Udah, deh ... buat apa gue urusin terlalu jauh? Toh, elo sama kak Saka juga biasanya ketemuan di luar jam sekolah, kan?"

Lagi, pertanyaan menohok Gina membuat Aira diam seribu bahasa.

Aira tahu Gina seratus persen bersih dari fakta sebenarnya, dan Gina tak bermaksud menyindir ataupun memojokkan Aira dengan pertanyaan itu. Tapi tetap saja, Aira merasa seperti sedang disindir.

Sementara Sephia cuma memperhatikan Aira sambil menyeruput mi bihun bakso pesanannya. Memantau.

"Iya kan, Ai?"

"I-iya ... Gina~" jawab Aira dengan berusaha bersikap senatural mungkin.

Alfin yang sejak tadi fokus mengunyah, ikut memasuki percakapan dengan, "Pantesan gak heboh meski pacarnya gak dateng ke sekolah. Gak taunya selalu kencan, ya, sepulang sekolah?"

"Eng-enggak selalu juga, sih ...."

"Tapi yang jelas tetep ketemuan, kan?"

"Iya~" Sephia menahan tawa dalam diamnya. Aira pasti sedang berusaha keras untuk bohong supaya hubungannya kelihatan nyata, padahal Sephia tahu kalau sebenarnya Saka jarang mengirim pesan ke Aira.

Hubungan mereka itu tetap saja kaku.

"Yah ... mau sejauh apa pun di sekolah, intinya pacaran mah tetep saling tuker informasi sih," lanjut Alfin, setengah tak peduli lagi dengan topik pembicaraan. "Jadi, waktu itu lo nangis karena kak Saka? Berantem kalian sehabis upload foto mesra di sosmed?"

Alfin bertanya dengan santai; benar-benar tak tahu kalau omongannya barusan bakal membuat satu meja terdiam dengan mata melotot.

"AIRA LO DIAPAIN!?"

Bersambung.

THE VIVID LINE OF YOU : Park SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang