07 : Maaf Karena Sudah Lancang!

46 10 2
                                    


Kelas 11 IPS 2 dibuat bosan menunggu Aira. Dari sebelum kelas 12 IPA 4 berkumpul ke lapangan, sampai mereka sudah selesai pemanasan, dan Aira masih belum kembali jua.

"Aduh, ke mana ini si Aira?" tanya Jakson, mulai bosan menunggu.

"Tuh 'kan, Pak, dibilangin Aira masih belum hafal tata letak sekolah kita yang kayak TMII ini!" sahut Vinno, sambil bermain bekel dengan batu bersama Bintang.

"Harusnya tadi bapak nyuruh saya buat nemenin Aira. Yakin, deh, tuh anak pasti udah di Manggarai sekarang; nyasar!" timpal Bintang yang langsung dipukul kepalanya oleh Sephia dari belakang.

"Itu mah modus lo aja, Bin!"

"Ih, gak modus. Emang gue 'kan anaknya suka membantu." Bintang mencari pembelaan.

"Udah, jangan dimodusin, lo gak inget pacarnya Aira siapa?" Sandi nimbrung.

"Lah iya, pacarnya preman, anjir!"

Ngomong-ngomong, Sephia baru sadar kalau kelas yang olahraga bersama kelasnya adalah kelas Saka.

Apa Aira bertemu lebih dulu dengan Saka?

"Eh, tapi masa iya kak Saka masuk sekolah? Tumben ...." Sephia semula berniat untuk berteduh dengan Gina di pinggiran lapangan yang rindang, tetapi tiba-tiba ...

"WAH, PAK! PENGANTIN BARU UDAH DATENG, NIH!"

Perhatian Sephia beralih ke arah Harun berteriak, dan melototlah dirinya ketika melihat Aira jalan berdampingan dengan Saka yang membawakan kotak bola miliknya.

Sephia antara kaget dan ingin tertawa, pasalnya muka Aira tegang sekali; seperti sedang dikawal malaikat maut menuju Jahannam.

Satu lapangan langsung ramai, menyoraki pasangan yang masih hangat-hangatnya dibicarakan satu sekolah.

Saka menurunkan keranjang yang dia bawa, setelah itu mengambil perlengkapan kasti miliknya yang dibawa Aira sejak tadi.

"Oh! Saka Sagara, tumben kamu masuk sekolah?" kata Jakson, menyindir.

Saka tersenyum ke arah Jakson, dengan manisnya. "Iya dong, Pak. Saya mau lihat muka pacar saya yang sudah bikin satu sekolah gempar karena pengakuannya," balas Saka, sedikit mengandung sindiran yang membuat Aira mengalihkan wajah masamnya.

Saka tersenyum dengan sangat manis, tetapi justru itulah yang membuat Aira merasa waspada sejak tadi.

"Ah ... jadi bener kalian berdua pacaran?" tanya Jakson.

"Iya, Pak. Bapak juga buruan canon, ya sama bu Irma!" ujar Saka, masih sambil tersenyum yang malah membuat Jakson kesel.

"Balik ke kelasmu sekarang!"

"Bentar, Pak ...!" Saka berbalik menghadap Aira yang mengalihkan wajahnya, situasi yang cukup menegangkan. "Nanti pulang bareng gue, ya?" katanya, sambil mengelus kepala Aira.

Aira terpaksa tersenyum, kendati ia lebih ingin menangis.

"Jangan ber-romantisasi di sekolah, Saka Sagara!" tegur Jakson, lama-lama habis juga kesabarannya.

Apalagi kalau Saka sendiri tak ada takut-takutnya dengan Jakson yang sudah jelas guru di sekolah ini.

Malah dengan raut manisnya, menjawab, "Gak boleh ber-romantisasi mah kalau gak ada pasangannya, Pak. Kalau ada, ya gak masalah."

"Saka Sagara! Saya ini guru kamu, jangan kurang ajar!"

"Permisi, Pak ...." Saka pamit, membungkuk sopan meredakan amarah Jakson yang hampir membuatnya dilempar sepatu kets 300 ribu milik sang guru.

THE VIVID LINE OF YOU : Park SeonghwaWhere stories live. Discover now