12 : Postingan Foto

45 9 0
                                    

Postingan foto terbaru di akun sosial media milik Saka Sagara tentu saja membuat heboh, terlebih bagi jejeran budak cinta sang adam.

Pasalnya itu adalah pertama kalinya, Saka mengunggah foto bersama seorang gadis setelah sekian lama.

Tapi meski begitu, bukan berarti hidup Aira akan tenang-tenang saja dan bisa menikmati lovey dovey-nya bersama Saka meskipun hanya bohongan. Justru ini adalah kali pertama dalam hidup Aira-merasa sama sekali tak tenang hanya untuk melewati koridor sekolah yang diisi banyak siswa.

Rasanya seperti seluruh tatapan anak-anak terarah padanya, dan ia juga bisa mendengar meski sayup-sayup-suara beberapa siswa yang menjadikannya topik pembicaraan.

"Itu cewe yang ada di ingstanya kak Saka bukan, sih?"


"Ternyata beneran pacaran, ya ...? Padahal gue udah mau confess sama kak Saka."


"Cantik. Tapi masih cantikan gue, sih!" Dan sebagainya ....

Aira sampai tak habis pikir, kenapa hanya dengan jadi pacarnya Saka saja bisa membuat satu sekolah sibuk mengurus dirinya sampai repot-repot mau berkomentar? Setenar itu 'kah Saka Sagara?

"Aira!" Aira baru saja masuk kelas dan panggilan dari Gina sudah menyambutnya. Setelah Gina memanggil namanya, satu kelas langsung melihat presensi gadis dengan rambut hitam sepinggang itu. "Cie~" lanjut Gina dengan ekspresi yang membuat Aira mengerutkan keningnya.

"Apaan sih, Gin?
"


"Cie ... yang habis jadi bintang di akun ingsta pacarnya, cie ....
"


"Gina, stop!"

"Eh, tapi kemaren rame tau, Ai."

Aira menoleh ke Gina, "Apanya yang rame?" tanyanya penasaran.

"Kolom komentarnya, haha!"

Setelah itu, Aira langsung membuka ponsel dan melihat apa yang Gina sejak tadi bicarakan. Ia mengecek postingan di akun ingsta Saka dengan foto mereka sebagai unggahannya, tetapi kolom komentar telah dinonaktifkan.

"Gak ada komentar sama sekali, tuh!" ujar Aira.

"Oh? Dimatiin sama kak Saka komennya?" Gina sepertinya juga baru tahu tentang hal itu. Dia berceletuk, "Mungkin karena gak tahan liat cewenya dijulid-in."

"Hah? Julid?"

"Lo gak perhatiin komentarnya, ya? Banyak yang mampir cuma buat hujat elo doang."

Ya, karena semalaman tidak bermain sosial media, Aira jadi tak tahu apa yang terjadi di postingan terbaru ingstagram Saka.

"Ah, tersipu nih ... cie~" Melihat Aira yang diam saja membuat Gina berpikir kalau Aira sedang tersipu akan tindakan gentleman Saka yang terkesan romantis itu.

Tapi jujur saja, Aira sebenarnya tak sedang memikirkan Saka. Dia hanya sedang menduga-duga saja kalau isi direct message yang dia acuhkan itu pasti sebagian besar berisi hujatan juga, dan keputusan yang tepat sekali bagi Aira yang memutuskan untuk tak melihat isinya sebelum berangkat ke sekolah tadi.

"Apaan sih, Gin? Stop godain gue."

Gina pun merengut lesu karena respons Aira. Ia pun akhirnya kembali ke tempat duduknya, sementara Aira juga duduk selagi menunggu bel pelajaran pertama berbunyi.

"Bin, Sephia ke mana?" tanya Aira ke Bintang yang kebetulan lewat di depannya.

"Ke koperasi sekolah," jawab Bintang dengan singkat. Tumben tak menambah kalimat-kalimat gombalan untuk Aira.

"Ngapain ke koperasi sekolah?"

"Beli sapu sama penghapus papan tulis."

"Hah? Itu dua barang punya kelas emang ke mana?"

"Yang sapu dipinjem IPA 2 terus patah dipake berburu tikus gede yang tau-tau masuk kelas mereka," terang Bintang, Aira dibuat terheran-heran. Ada-ada saja ceritanya.

"Terus penghapus kelas?"

Bintang mengerutkan bibirnya, melirik ke arah lain. "Kemaren gue sama Alfin mainan penghapus terus penghapusnya kelempar ke luar jendela."

Aira melirik ke arah jendela kelas mereka. Kelas 11 ada di lantai dua dan memang agak menyusahkan kalau ada sesuatu yang jatuh ke luar. Tapi karena masih ada di dalam pagar sekolah, harusnya tak ada alasan untuk beli penghapus baru.

"Terus? Gak elo ambil?" tanya Aira lagi.

Bintang makin mengerutkan bibirnya, seolah-olah dirinya anak sekolah dasar yang sedang diinterogasi gurunya setelah mengintip anak perempuan berganti baju.

Pemuda dengan nama lengkap Bintang Anugerah Hadi itu menggeleng pelan. "Penghapusnya jatuh ke parit, terus anyut. Gue gak tau dia di mana sekarang. Mungkin udah sampe Bojong Gede."

Aira menghela napas. Terlihat kecewa wajahnya tapi tidak kaget lagi, yah ... Bintang dan Alfin pelakunya. Hal aneh apa yang tak bisa mereka lakukan? Ibarat kata.

"Pasti muka lemes lo begini karena habis dimarahin Sephia, ya?"

"Huhu ... iya Ai ...," kata Bintang sambil bermuram hati, "gue dimarahin rasanya kayak mau di drop out dari sekolah, Ai ... Sephia galak banget."

"Alfin ke mana?"

"Nemenin Sephia beli sapu sama penghapus. Kasian, Ai, pucet mukanya."

Aira tak tahu apakah dia harus kasihan atau tertawa mendengar nasib Bintang dan Alfin. "Ya lagian lo berdua, udah tau kelas kita punya kuncen galak, nyari gara-gara lagi."

"Huhu ...." Bintang mengusap air mata halunya sebagai dramatisir saja supaya Aira kasihan dan memberinya kesempatan. "Peluk gue, dong Ai-"

BUG!

"Nih, peluk!"

Bintang terkejut dan tentu saja kesal karena kepalanya dibogem keras oleh tangan seseorang. Kalau motif pukulan itu hanya bercanda, Bintang tak percaya sebab rasa sakitnya bukan main.


Tapi begitu melihat siapa pelakunya, Bintang langsung diam seribu bahasa.

"Phia~"

"Bagus, ya, disuruh piket malah godain Aira!" ucap Sephia dengan bentakan keras dan mata hampir melotot.

"Iya nih si Bintang. Lupa siapa pacarnya Aira. Nanti dibetot, nangis ...!" Alfin menimpali, berdiri di belakang Sephia sambil membawa sapu dan penghapus yang baru dibeli.

"Elo gue betot! Diem deh, ngikut aja!" ujar Sephia membalasnya.

"Iya, Phi."

Aira yang hanya memperhatikan, lama-lama merasa iba juga dengan Bintang dan Alfin yang selalu dibentak Sephia. "Jangan galak banget ih, Phia. Kasihan juga dua anak orang ini."

Bintang dan Alfin melambung, kesenangan mereka membuat mereka sejenak lupa akan hal ceroboh yang mereka lakukan.

"Gini dong, Phi. Jadi cewe tuh jangan kelewat galak! Lembut kek, kayak Aira, kan lo jadi bisa dapet cowo secakep kak Saka!" Kebaikan Aira malah dipakai untuk menyerang balik Sephia. Tapi, mereka pikir itu mempan?

"Heh! Aira yang lembut dan baik hati aja malah dapet cowo berandal yang kayak lo berdua, lo pikir gue mau bernasib sama!?" Alfin dan Bintang terdiam seribu bahasa. "Pergi lo berdua!" setelah itu, mereka langkah tegap maju melarikan diri selagi ada kesempatan.

Sephia langsung mendudukkan diri di kursi yang bersebelahan dengan Aira, gadis itu menghela napas seperti ia sudah tak kuasa akan hidupnya. Aira tertawa canggung. "Capek sendiri kan lo?" tanya Aira.

"Ada aja yang bikin emosi gue pagi-pagi," kata Sephia sambil masih menetralkan emosi.

"Emang mustahil, sih, tapi lo bisa milih buat gak marah apalagi sama anak-anak itu lagi. Gue yang cuma duduk ngeliat aja bos-"

"Bukan mereka." Sephia menyela ucapan Aira, membuat gadis itu bertanya-tanya.

"He?"

"Bukan Bintang sama Alfin yang gue maksud."


Aira melirik ke arah lain seklias lalu kembali lagi ke Sephia yang sekarang juga menatapnya. "Terus siapa dong?"

"Orang-orang yang marah karena lo pacaran sama kak Saka." Tentu saja setelah mendengar itu, Aira kaget. "Lo dihujat habis-habisan, Ai, dan itu di depan mata gue sendiri."



Bersambung.

THE VIVID LINE OF YOU : Park SeonghwaWhere stories live. Discover now