03 : Berita Menyebar

51 11 0
                                    

"AirAAAAAAAAA~"

Aira baru saja hendak buru-buru meninggalkan kursinya, tetapi temannya yang bernama Gina buru-buru menarik tangannya dan memanggil nama Aira begitu keras.

"Jangan teriak-teriak, Gin!" tegur Aira, berusaha memelankan suara agar tak menarik banyak perhatian.

Gina memperhatikan gerak-gerik Aira, lantas berkata sambil mendekatkan wajahnya. "Elo takut ketahuan paparazi, ya, setelah terungkap sebagai pacar Kak Saka?"

"Apaan deh, omongan lo kayak penyiar berita aja."

"Tapi gue penasaran, elo beneran pacaran sama Kak Saka?"

Aira menelan ludah, lagi-lagi dia mendengar pertanyaan semacam ini setelah sejak gosip itu keluar dari mulut Panji dan dia yang sudah jadi topik hangat satu sekolah-kini malah jadi topik panas.

"Haha ... elo ngomong apa, sih? Ngaco aja si kakak kelas tadi, gak usah dianggep serius," jawab Aira, berusaha menjawab santai seolah ucapan Panji tadi hanya ocehan saat tidur saja.

Gina mengangguk pada awalnya, tapi tak lama dia malah berkata, "Tapi rame banget tau base sekolah sama berita lo dan Kak Saka."

"Hah?" Aira melirik Gina dengan kaget, lalu melihat dengan jeli layar ponsel Gina yang dia sodorkan untuk membuktikan ucapan Gina tadi.

Benar kata Gina, skandal pacaran Aira dan Saka Sagara sudah masuk ke akun sosial media milik para siswa sekolahnya. Di akun itu biasanya sering membahas hal-hal menghebohkan sekolah seperti prestasi, kabar kencan dan skandal juga. Sudah seperti portal berita Korea yang suka membahas isu-isu para artisnya.

Dan Aira Mandala Keins benar-benar tak menyangka akan ada hari di mana namanya masuk ke sana untuk disandingkan dengan nama siswa yang bahkan tak Aira kenal sebelumnya. Sudah begitu, langsung jadi topik panas pembicaraan pula.

"Wah ... wah, secepet ini?" tanya Aira, heran dan setengah tak percaya.

"Yah ... memang admin base ini 'kan trainee buat jadi admin akun lambe turah, jadi ya wajar lah kalau berita kencan lo kesebar cepet," balas Gina. "Makanya pulang sama gue aja, ya? Gue mau tanya-tanya banyak hal. Kok bisa lo pacaran sama Kak Saka tapi gak bilang-bilang ke gue atau Sephia ...?"

Seakan kehilangan tenaga, Aira terduduk lesu di kursi Gina. Dia bingung sekarang. Hal yang berasal dari kebohongan yang dianggapnya kecil dan sepele, kini sedang menghebohkan satu sekolah. Ini bukan lagi hal yang bisa Aira anggap sepele, sudah bisa dikategorikan sebagai masalah.

Sejak apa yang dilakukan Panji tadi, Aira jadi trending topik. Teman-teman yang ada di kelasnya hilir-mudik mendatanginya; hanya untuk memastikan kebenaran dari kabar burung yang sedang beredar tentang dirinya dan Saka Sagara. Aira hanya akan diam saja, tapi apa dia akan terus diam ketika yang membicarakannya bukan lagi satu kelas-tapi satu sekolah?

Aira bertanya; sebesar ini kah popularitas seorang Saka Sagara? Sampai berita kencannya langsung jadi trending topik? Aira menyesal. Tahu begini, tidak akan dia pakai dengan sembarang nama Saka Sagara, tapi menyesal saja tidak akan menyelesaikan masalahnya.

"Mau ke mana, Ai?" Aira berdiri tegap.
Alih-alih menjawab pertanyaan Gina, dia justru bertanya, "Sephia di mana? Udah pulang?"

"Tadi katanya mau ke koperasi sekolah dulu beli sapu baru."

"Oke." Tanpa pikir panjang, Aira bergegas pergi.

"Lho, Ai? Mau ke mana ...?"

"Ke kamar mandi!"

"Gak jadi pulang sama gue? Mau ngapain ke kamar mandi?"

"TAKZIAH KUBUR ...!"

Aira sudah menghilang dari pandangan, berlari kencang menuju kamar mandi tanpa memedulikan Gina yang kini terdiam setelah mendengar balasannya tadi. "Aira ngubur jasad siapa di kamar mandi ...?"

Lupakan Gina, sebab Aira kini tak punya waktu lain selain untuk menyelesaikan masalahnya secepat mungkin. Dia berpikir kalau bantuan atau mungkin jawaban dari masalahnya mungkin bisa ia dapatkan dari Sephia, sebab itu dia mengirim pesan pada Sephia dan memintanya untuk pergi ke kamar mandi segera. Sebab Aira merasa kalau kamar mandi adalah persembunyian paling aman untuknya saat ini, untuk menghindari paparazi berseragam siswa-siswi.

Tapi sebelum ia sampai ke kamar mandi, Aira tanpa sengaja menabrak seseorang dengan keras; salah satu siswi yang berjalan bersama beberapa teman di belakangnya. Aira langsung ketakutan, apalagi melihat wajah yang dirias berlebihan milik siswi yang dia tabrak
.
"Maaf, Kak!" seru Aira dengan segera, langsung menambahkan embel-embel 'Kak' setelah melihat penampilan berani yang siswi itu dan beberapa temannya tunjukkan.

Siswi itu, menatap Aira dengan dingin-hendak marah. Tetapi ajaibnya, ketika melihat wajah Aira, tidak ada ocehan atau makian yang keluar dari bibir meronanya. Siswi dengan rambut keriting gelombang itu memicingkan mata, "Elo Aira, ya?"
Aira membeku, panik. Terlebih ketika teman siswi itu juga ikut bicara.

"Aira si pacarnya Saka Sagara?"

"Mana mukanya, gue mau liat!"

Aira terpojok, rasanya dia kesal sekali pada dirinya sendiri yang sudah menciptakan masalah seperti ini karena kecerobohannya. Kalau bisa, Aira ingin mengutuk dirinya dengan banyak kalimat kasar di depan cermin. Dia benar-benar menyesal apalagi jika masalah yang dia buat sendiri akhirnya membuat dirinya menghadapi hal semacam ini.

Tapi nasi sudah menjadi onigiri, terlambat sudah. Aira berada di posisi di mana ia tak bisa mundur lagi.

"Elo Aira, kan?" Kakak kelas itu kembali bertanya; memojokkan Aira dengan sorot tajam tak sukanya.
Aira menggeleng cepat. "Saya Manda, Kak," jawab Aira sambil menahan orang-orang itu agar tak mendekat. Aira melirik ke sekitar dan banyak yang mulai menaruh perhatian padanya yang semula disebut sebagai Aira tadi.

Kakak kelas itu terlihat ragu. "Bukan Aira? Tapi muka lo asing banget, pasti anak baru, kan?"

"Muka saya asing karena saya bukan siswa sini, Kak. Ini baju saya minjem, mau saya balikin sama temen saya! Dia udah nunggu, Kak, dan udah mau pulang juga. Saya duluan, ya, Kak! Maaf sekali lagi!"

Melihat celah, Aira gunakan itu dengan baik untuk kabur. Pura-pura tidak dengar ketika kakak kelas tadi memanggilnya, Aira hanya ingin lari sejauh mungkin dan akhirnya ia mencapai pintu kamar mandi dengan napas terengah-engah.

"Ya Tuhan, lumayan juga kekuatan lari gue," ujar Aira, sembari membuka kancing kedua dari seragamnya dan menghirup udara dengan rakus. Setelah memastikan tak ada orang di dalam kamar mandi, ia segera memasuki salah satu bilik dan mengoceh.

"Fucek fucek! Ini kenapa jadi besar beritanya?!" kata Aira, sambil kembali memeriksa postingan di akun sekolah tentang isu kencannya dan Saka Sagara dalam media sosial Twiber. Melihat respons yang ramai, Aira mengeluh. "Gue harus gimana ini ...?" tanyanya bingung.

Aira memikirkan kalau Saka muncul dan langsung memberi penolakan atas berita ngawur tentang dirinya. Saat itu Aira mungkin akan merasa malu sekaligus mendapat bonus yaitu ejekan semacam gadis pemimpi atau tukang bohong selama dia menghabiskan sisa waktunya di sekolah ini. Ia jadi tak kuasa membayangkan kelanjutannya.

"Permisi ...."

"AAAAAA!"

Bersambung.


Author's note :

Diawali teriakan diakhiri teriakan.

THE VIVID LINE OF YOU : Park SeonghwaWhere stories live. Discover now