bagian 1

12.8K 578 0
                                    

Hujan deras mengguyur tubuhku. Rasa dingin yang menggigiti kulit tak sedingin rasa di hati. Dengan mata kepalaku sendiri melihat mereka berpelukan mesra. Mengabaikan dan menganggapku hanya sebutir debu.

Bohong jika selama ini aku tidak tahu. Bodoh sampai saat ini aku hanya bisa menangis pilu. Meratapi nasib cintaku yang amat tragis.

Cinta membutakan mata dan hatiku. Tak pernah sekalipun aku membayangkan hal ini akan terjadi tepat di depan mata. Hatiku hancur. Luka yang harusnya sudah tertutup kini terbuka lagi bahkan lebih perih dari sebelumnya. Rasa sakit, marah dan benci bercampur.

Harusnya kami berdua sedang bersenang-senang. Berbahagia merayakan hubungan kami yang sudah menginjak tahun ke tiga. Tapi harapan hanya tinggal harapan. Semua angan-angan dalam bayangku hancur ketika wanita itu datang kembali.

******

Tanganku dengan lincah memainkan pensil diatas kertas. Mencoret-coret kertas menjadi sebuah desain gaun pengantin yang menurutku sangat indah. Gaun pengantin memang gaun terindah bagi umat hawa termasuk diriku.

Ingin memakainya sekali seumur hidup dengan di dampingi sang pujaan hati.

Deringan ponsel mengalihkan perhatianku. Senyum kecil terukir di bibir setelah melihat sebuah nama yang tertera dilayar. Walau bagaimanapun hubungan kami belum berakhir. Dan aku juga masih sangat mencintainya.

"KAMU DIMANA RIKA?! JANGAN MEMBUAT KAMI SEMUA KHAWATIR!"

Senyumku lenyap. Aku sungguh terkejut mendengar suara kerasnya membentakku dari seberang sana. Oh, bukan ini yang ku inginkan.

Aku menarik napas dalam sebelum bicara "jangan khawatirkan aku. Aku baik-baik saja" lalu mematikan sambungan.

Aku tidak peduli segala macam umpatan yang akan keluar dari mulutnya. Aku tidak peduli jika dia akan marah besar setelah ini. Tak pernah sekalipun dia membentakku seperti tadi. Itu membuatku shock, tak percaya seorang Febrio Pratama yang paling bisa mengendalikan emosi bisa lepas kendali. Aku tahu dan sangat yakin dia tak mengkhawatirkanku. Air mata kembali membasahi pipi. Entahlah, mungkin itu salah satu petunjuk darinya agar aku bisa memperjelas dan tak memperumit semuany. Kuputuskan untuk pergi walau aku tak mampu.

Rika's StoryWhere stories live. Discover now