EXTRA PART

4.6K 107 3
                                    

Sepuluh tahun kemudian..

Waktu berjalan cepat dan tidak terasa sepuluh tahun sudah aku menjalani rumahtangga dengan Kevin. Awalnya memang tidak mudah, perbedaan dan ego lebih mendominasi namun dengan hadirnya buah cinta kami perlahan mengubah situasi.

Belum lagi masalah Friska yang tidak kunjung padam. Meskipun duduk di kursi roda namun kecerdikan dan kelicikannya patut di waspadai. Berulang kali aku dan Kevin bertengkar hebat hanya karena wanita itu namun berulangkali juga kami berhasil menyelesaikannya dengan baik. Meskipun harus bersitegang terlebih dulu.

"Mikirin apa sih istriku ini?"

Teguran dan pelukan dari samping membuatku tersenyum. Ku lingkarkan tanganku di pinggangnya dan menyenderkan kepalaku di bahunya "mikirin tentang kita. Tidak terasa ya kita sudah mau sepuluh tahun saja" ucapku

Kevin mengusap bahuku pelan. Mengecup kepalaku dengan lembut "iya, terimakasih sudah menjadi istri yang sempurna untukku dan terimakasih sudah melahirkan anak-anak yang sangat lucu. I love you honey.."

Aku mengeratkan rangkulanku "terimakasih juga sudah menjadi suami yang baik untukku. I love you too my lovely husband.." balasku pelan.

Jari Kevin mendongakkan kepalaku. Sama sampai saat ini matanya menatapku penuh cinta. Perlahan kepalanya semakin mendekat membuat mataku otomatis terpejam merasakan hembusan napasnya yang hangat.

"BIAN, KAMU TIDAK BOLEH TERUS MENCIUMI RIANA"

Teriakan itu sontak membuatku membuka mata dan mendorong Kevin agar menjauh. Kevin hanya tersenyum masam lalu mengikutiku melangkah ke ruang tengah.

Ku hela napas mendapati putraku, Adriano tengah berusaha menghalangi temannya yang hoby menciumi Riana. Ku hampiri Riana yang asyik mengoceh dengan tangan yang berusaha menggapai Bian. Sedangkan Kevin mendekati Adriano yang masih memasang raut kesal.

Diam diam aku tersenyum melihat bagaimana cara Adriano menjaga adiknya. Caranya meledakkan emosi dan memarahi membuatku berkaca dengan masa lalu. Anak itu sangat diriku sekali.

"Daddy, aku tidak mau Bian terus menciumi adikku. Bian itu playboy dad dan aku tidak mau Riana dijadikan mainannya"

Aku tertawa melihat Kevin yang berusaha menahan tawa mendengar ucapan Adriano yang masih berusia sembilan tahun "Drian, dengarkan daddy. Bian, Riana dan kamu masih sangat kecil untuk berpikir hal seperti itu. Tidak apa kalau Bian ingin mencium Riana. Kamu sendiri mengerti, adik kamu itu sangat lucu" ujar Kevin sambil menatap putranya dengan lembut namun tegas.

Bian memandangku dengan datar. Tidak mengherankan bocah itu selalu menampilkan raut datar. Tidak membingungkan juga karena dulu papanya juga seperti itu "mau cium?" Tanyaku yang langsung membuat matanya berbinar namun raut wajahnya tidak berubah.

Aku menurunkan Riana dari gendongan membuat gadis cilik ini tertawa senang. Terlebih saat Bian mulai menciumi dan menggodanya. Kuhampiri Kevin dan Adriano yang menatap Bian dengan ekspresi berbeda.

"Drian, mommy senang kamu bisa berpikir sejauh itu tapi mommy yakin Bian tidak akan menjadikan Riana sebagai mainan. Lihat betapa bahagianya Bian bersama Riana." Kataku pelan.

Adriano menatapku ragu namun tetap menuruti ucapanku. Memandang Bian dan Riana, memperhatikan cara Bian memperlakukan adiknya dengan lembut dan perhatian.

"Maafkan aku mom, dad.." aku dan Kevin bersamaan mengangguk dan tersenyum. Memeluk Adriano dengan sayang.

"Tidak apa sayang.."

Hal seperti ini tidak perlu di besar besarkan. Aku malah senang melihat Adriano menjaga adiknya seperti itu. Wajar saja, aku ingin anak-anakku saling menjaga dan menyayangi jangan sampai sepertiku yang tidak mendapat kasih sayang dari seorang saudara yang seharusnya.

Rika's StoryKde žijí příběhy. Začni objevovat