Bagian 3

6.8K 334 2
                                    

Perasaanku semakin tak menentu saat mobil yang kami tumpangi sampai. Restoran bernuansa eropa menjadi pilihan Sandra. Bola mataku beralih menatap wanita yang memintaku datang.

"Simpan semua pertanyaanmu Ri. Nanti kamu juga akan tahu" ujarnya mengerti tatapanku.

Aku menghela napas "kalau saja jantungku tak ingin loncat aku tidak akan terus bertanya Sa.."

Gelak tawa memenuhi indra pendengarku "berhenti tertawa Sa, ini tidak lucu sama sekali" keluhku

"Oke.." Sandra berusaha meredam tawanya "Rika sahabatku, dengarkan aku. Seharusnya jantungku yang berdegup kencang karena.." aku mengalihkan tatapan. Sayatan itu kembali terasa. Binar kebahagiaan tergambar jelas di wajah orientalnya.

Atas permintaanku, kami menempati meja yang paling ujung. Wanita di sampingku masih saja menekuk wajahnya. Sebal karena aku merajuk tidak ingin menempati ruangan yang sudah dia pesan jauh-jauh hari. Ruangan terbuka lebih membuatku nyaman. Terlebih dari sini kami bisa melihat-lihat dan mengamati desain resto. Sepertinya aku jatuh cinta pada tempat ini. Mungkin aku bisa mengaja Kyla kesini lain waktu.

"Mana orangnya Sa?"

Sandra melirikku sekilas sebelum matanya mencari keberadaan orang yang kami tunggu.

"Itu mereka" tunjuknya pada seorang wanita cantik bersama seorang laki-laki bule. Wanita itu melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Hai, sudah lama ya?" Sapanya begitu tiba di hadapan kami.

"Tidak" jawab Sandra "kami juga baru sampai"

Tatapan wanita itu beralih padaku "mm..ini?"

Sadar. Aku segera mengulurkan tangan "Rika"

"Via" wanita itu tersenyum lagi

Tanganku beralih pada laki-laki bule tadi. Jantungku berdegup kencang hanya dengan berjabat tangan dengannya. Ada apa ini?

"Rika" ucapku. Laki-laki itu hanya menatapku tanpa menyebutkan namanya. Siapapun tolong, ada apa di wajahku. "Mm..maaf.." ucapku lagi mengejutkannya.

"Kevin Marku" ucapnya singkat tanpa melepaskan tangannya. Aku berusaha mengingat nama itu. Kevin Marku, namanya seperti sudah tak asing lagi.

"Ekhem..lepas dong Vin tangannya"

Aku melepaskan tanganku dengan cepat "maaf" ujarku bersalah. Wanita yang bersamanya tadi hanya tersenyum semakin membuatku jadi tidak enak.

Percakapan kami berlanjut. Selavia Agni adalah seorang model yang memulai karirnya di Inggris dan Kevin marku adalah tunangannya yang berasal dari Albania.yang baru ku ingat dia adalah seorang pengusaha muda yang saat ini banyak di incar para wanita. Pantas saja namanya seperti tak asing lagi. Tapi sepertinya harapan mereka harus pupus. Karena sang idola sudah memiliki tunangan yang sebentar lagi akan menikah. Aku harus memberitahukan ini pada Kyla dan aku akan tertawa kencang melihat wajah murungnya.

Suara deheman mengalihkan perhatian, seorang laki-laki yang paling ku hindari berdiri di samping kursi yang di duduki Sandra.

"Hai sayang, maaf ya pekerjaanku baru saja selesai" ucapnya lalu mengecup dahi Sandra. Hal yang pernah dia lakukan untukku. Seharusnya aku sudah siap dengan ini. Dadaku kembali sesak. Sayatan itu kembali terasa.

Kepalaku menunduk. Tak ingin menyaksikan kemesraan mereka lebih jauh. "Tidak apa sayang"

"Hai Vi, long time no see. Apa kabar?" Apa yang dia bicarakan? Dia mengenal Via?

"Hai Ri, aku ya beginilah. Selalu baik dan sehat apalagi ada yang terus memperhatikanku"

"Woow.. jadi ini tunanganmu yang pernah kamu bicarakan?" Tanyanya antusias

"Iya.. lebih tampan darimu kan?" Ujar Via

"Dasar wanita" mereka berempat tertawa bersama. Tanganku meremas taplak meja dengan kuat. Tenangkanlah dirimu Rika.

Seseorang berbisik di telingaku "kenapa diam saja?"

Aku menggeleng "tidak apa"

"Aku akan mengenalkannya padamu, tenang saja" ucapnya lagi membuatku lesu. Sudah terlanjur basah. Kuangkat kepala dan menoleh ke arah laki-laki itu berada. Matanya membulat, mulutnya terbuka dan tertutup kembali.

"Rika Anastasya. Panggil saja Riri, sahabatnya Sandra" ucapku tenang

Tangannya meremas tanganku tanpa sadar. Aku meringis. "Maaf, anda menyakiti saya.." ucapku sedikit keras. Beberapa orang tampak memperhatikan kami.

Dia melepaskan tangannya lalu kembali duduk di samping Sandra. Aku bersyukur, setidaknya aku tidak menangis di sini. Bola mataku beralih ke depan. Laki-laki bule itu menatapku, lagi. Aku mengabaikannya. Toh hanya di tatap, pikirku.

Jam di tangan menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah malam, lebih baik aku pulang daripada harus terjebak di tempat ini lebih lama.

"Maaf" aku menyela ucapan Via "aku pamit dulu. Selamat malam"

Sandra menarik tanganku saat aku berdiri "kenapa cepat sekali?" Tanyanya. Matanya mengarah pada jam dinding besar yang sejak awal menyita perhatianku "ini baru pukul 9" katanya lagi

Aku melepaskan tangannya "maaf Sa, besok pagi aku harus bertemu klien penting. Aku pulang. Jangan khawatirkan aku"

Tidak akan ada taksi di jam segini. Terlebih letak tempat ini yang jauh dari keramaian. Mataku menatap jalan, menyesal tidak membawa mobil. Ingatanku melayang pada ucapan Sandra sore tadi. Tubuhku bahkan sudah panas dingin.

"Sa, dijalan ini biasanya ada banyak banget penampakan."

"Serius?" Tanyaku

Sandra menganggukkan kepala "beneran. Tuh tanya saja sama pak supir" ujarnya lagi

Cengkraman di lengan membuatku terkejut. Ponsel yang tadi ku genggam pun tanpa sadar ku jatuhkan. Mataku terpejam. Mungkin aku harus pasrah saja. Batinku mulai menghitung. Sampai hitungan ke duapuluh aku tidak merasakan apa-apa. Hanya lenganku saja yang masih di cengkramnya. Penasaran, aku berbalik menatap matanya dengan perasaan campur aduk. Takut, marah, kesal bercampur jadi satu.

"Lepaskan tangan anda tuan" kataku geram

"Tidak sebelum kamu masuk ke mobil" ujarnya santai

Aku mendesis "jangan ikuti aku! Kita tidak punya urusan! Pergilah dan jangan kembali lagi"

Kakiku hendak menginjak kakinya tapi dengan gerakan cepat dia menghindar. Dia meraih tubuhku dan memanggulku layaknya karung beras. Refleks tanganku memukul punggungnya dan kakiku berusaha menendangnya agar dia mau menurunkanku.

"Lepaskan aku!" Teriakku berkali-kali. Dia hanya diam. Tenagaku bahkan sudah habis untuk melawannya. Dengan pasrah aku diam. Dia membuka pintu penumpang dan mendudukkanku.

"Diam dan tenanglah. Aku tidak menculikmu" ucapnya pelan di ikuti suara pintu mobil yang tertutup. Aku memejamkan mata sejenak. Laki-laki ini menyebalkan sekali.


******

Haaaii,
Aku kembali lagi. Ada yang suka gak?

Please vote and coment.

Salam sayang,

Nining Lee


Rika's StoryWhere stories live. Discover now