Bagian 7

2.7K 138 1
                                    

Mataku masih betah memandang dua sejoli yang saat ini sedang tersenyum menatap satu sama lain. Perasaanku campur aduk saat ini. Kecewa dan kesal lebih mendominasi. Aku tak mengira Kevin berbohong padaku. Selamat, bule KW itu telah berhasil memporak-porandakan perasaanku.

Aku menghela napas panjang mengalihkan perhatian pada segerombol anak kecil di pinggir jalan. Menerawang jauh betapa hidupku masih lebih baik dari mereka yang mengamen di tengah teriknya matahari agar bisa makan. Miris sekali.

Ketukan kaca membuyarkan lamunan. Suara penyanyi jalanan menyambut saat aku menurunkan kaca mobil. Tanganku meraih dompet mengeluarkan selembar limaribuan dan memberikannya pada bocah itu.

"Terimakasih kak.." ucapnya lalu berpindah ke lain mobil.

Aku kembali menaikkan kaca mobil dan meminta pak supri menyalakan radio. Suara seorang penyiar radio mulai terdengar. Selang beberapa menit berganti dengan sebuah lagu.

Another day has gone

I'm still all alone

How could this be

You're not here with me

Aku tak terlalu suka musik namun entah mengapa aku sangat menikmati lagu ini.

You never say goodbye

Someone tell me why

Did you have to go

And leave my world so cold

Everyday I sit and ask myself

How did love slip away

Something whispers in my ear and says

You are not alone

I am here with you

Mataku terpejam otomatis ketika bayangan-bayangan buram memenuhi kepala. Aku tak tahu siapa dan apa yang mereka lakukan. Aku menggeleng berusaha menghilangkan rasa sakit dikepala yang menjadi-jadi.

"Ada apa non?" Teguran dari depan membuatku membuka mata. Pak supri terlihat khawatir denganku.

Aku tersenyum tak ingin semakin membuatnya khawatir "tidak apa pak"

"Yang benar non?" Tanyanya lagi

Kepalaku mengangguk. Sakit dikepala sedikit berkurang bersamaan dengan hilangnya bayangan-bayangan buram itu.

Hampir satu jam lamanya kami terjebak macet. Satu hal yang tak bisa dihindari oleh pengguna kendaraan dikota ini. Bayangan buram yang tadi melintas tak bisa kusingkirkan begitu saja. Perasaan heran, bingung juga takut menyelimuti. Aku sendiri bingung mengapa bayangan buram itu bisa tiba-tiba muncul. Setahuku aku tak punya riwayat sakit beberapa tahun belakangan ini. Dan aku juga bukan seorang indigo yang mampu melihat masa lalu dan masa depan.

"Keluarga pak Supri dimana?" Tanyaku memecah keheningan. Wajah muram yang diperlihatkan laki-laki paruh baya yang fokus menyetir membuatku jadi tak enak hati.

"Keluarga saya hanya tersisa satu non"

"Tersisa?" Ucapku tanpa sadar

Pak Supri menganggukan kepalanya pelan "rumah saya dulu kebakaran dan yang terselamatkan hanya putri saya.." cerita pak Supri menerawang jauh masa lalu

Merasa bersalah tentu saja kurasakan. Tak seharusnya aku menanyakan keluarga pak Supri yang harus membuatnya kembali mengingat masa kelam lalu.

"Saya turut berduka cita. Maaf saya lancang sudah menanyakan hal itu.."

Rika's StoryWhere stories live. Discover now