Bagian 10

2.9K 145 0
                                    

Setelah berada dirumahsakit seharian tanpa melakukan apapun aku kembali ke rumah. Mengambil penerbangan pagi agar ada waktu istirahat dirumah. Papa sempat memintaku untuk tinggal bersama namun dengan halus aku menolak.

Tanganku terulur membuka pintu pagar yang anehnya tak terkunci. Pelan aku berjalan mendekati pintu. Keningku semakin berkerut melihat pintu sedikit terbuka. Harum masakan langsung tercium saat kakiku melangkah masuk.

"Ibu.." panggilku pada seorang wanita paruh baya yang tengah membelakangiku.

Senyum hangat langsung dilemparkan ibu saat membalikkan badan. Aku memeluk ibu, menyalurkan kerinduan yang terpendam.

"Ibu kapan kesini? Kok tidak bilang-bilang?" Tanyaku setelah melepaskan pelukan.

Tanpa berkata ibu menuntunku untuk duduk di sofa. Berbalik ke dapur dan kembali sambil membawa segelas air putih.

"Minum dulu. Kamu pasti capek" katanya lembut lalu duduk di sampingku.

Kutaruh gelas yang isinya sudah setengah menatap wanita yang kusayang meminta penjelasan "ibu datang kemarin nak, nunggu kamu datang sama saja nunggu rambut putih ibu semakin banyak"

Aku memeluk ibu manja. Menaruh daguku di bahu ibu "maaf, janji deh Rika tidak begitu lagi"

Ibu mengangguk mengelus rambut panjangku dengan lembut. Bau masakan tiba-tiba menyengat. Kami saling berpandangan sebelum berlari ke dapur.

Masih mengenakan jubah mandi aku merebahkan tubuhku di atas ranjang. Menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Mencoba mengingat sesuatu yang mungkin saja terlupa.

Pintu terbuka, menampilkan sosok wanita yang kusayang "ibu mau keluar sebentar, kamu mau ikut?"

"Tidak, Rika dirumah saja" ibu mengangguk lalu berbalik meninggalkanku yang kembali berusaha mengingat sesuatu.

Beberapa menit berlalu namun tak ada satu hal pun yang terbayang. Ketukan pintu memaksaku untuk bangkit. Setelah mengganti baju sebentar kakiku melangkah mendekati pintu.

Jantungku berdebar mendapati sosok laki-laki yang diam-diam kurindu berdiri di balik pintu. Berusaha menetralkan perasaan aku menatapnya pura-pura heran "ada apa?" Tanyaku

"Apa aku tidak diperbolehkan masuk?" Sindirnya membuatku membuka pintu lebih lebar. Membiarkan nya masuk terlebih dulu.

Kududukkan tubuhku di sofa yang bersebrangan dengannya. Memperhatikan penampilannya yang terlihat lebih kusut seperti tak terurus. Dibawah matanya pun terdapat lingkaran hitam yang terlihat jelas.

"Sudah puas memperhatikanku?" Tegurannya membuatku mengalihkan pandangan dengan cepat.

Hening. Tak ada suara yang keluar. Hanya berpandangan. Menatap satu sama lain membuatku kikuk. Dalam keadaan seperti ini bukanlah sesuatu yang kuinginkan.

Kuhela napas, memilih menghindar dengan berjalan ke dapur. Membuat segelas teh hangat untuknya. Tubuhku meremang merasakan dua lengan yang melingkari perut.

"I miss you" suara seraknya berbisik ditelinga menambah kecepatan debaran jantungku.

Aku menarik napas dalam. Melepaskan rangkulan tangannya yang semakin erat. Dalam posisi seperti ini bisa membuat ibu salah paham.

"Lepaskan Vin" pintaku namun diabaikannya.

Kevin memutar tubuhku. Memaksaku untuk menatap matanya yang teduh "don't you miss me, honey?"

Mataku memanas. Tidak sekalipun Rio pernah melakukan hal ini padaku. Tidak sekalipun laki-laki yang kucinta mengatakan rindu padaku. Tidak sekalipun dia mau menatapku dengan penuh rasa cinta yang katanya hanya untukku. Tidak sekalipun.

Mengikuti naluri aku memeluk laki-laki di depanku. Membenamkan wajahku di dadanya. Bagaimana bisa laki-laki yang baru ku kenal bisa menatapku dengan penuh rasa. Wanita manapun akan bahagia bila di tatap dengan cara seperti itu oleh kekasihnya.

"Sssssttt... aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu seperti laki-laki itu. Aku berjanji" kepalaku mendongak menatap matanya yang tanpa sedikitpun memancarkan keraguan.

"Via.." lirihku tanpa sadar.

Kevin tersenyum hangat menghapus jejak-jejak air mata di pipi "jangan pikirkan orang lain. Aku tidak akan melanggar janjiku" ujarnya lalu mengecup bibirku dengan lembut.

Seperti pasangan yang baru dimabuk asmara. Aku dan Kevin menghabiskan waktu bersama. Menonton tv dan makan bersama. Memperlakukanku bak putri yang patut di jaga. Aku merasa di cintai dan di inginkan. Aku merasa bahagia. Saat-saat seperti inilah yang ku inginkan terjadi dulu.

Kevin mencium keningku dengan lembut "aku pulang dulu. Sampai bertemu besok" ujarnya sebelum meninggalkan ku dengan senyum merekah.

Aku kembali memasuki rumah. Melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Khawatir langsung kurasa mengingat pesan ibu yang katanya hanya pergi sebentar namun sampai detik ini belum juga kembali. Suara ponsel dari kamar ibu menandakan bahwa ibu tak membawa ponselnya.

Perlahan aku membuka pintu kamar ibu lalu mengambil benda tipis yang tergeletak di atas ranjang. Bola mataku berputar menatap selembar photo di atas meja. Tampak seorang laki-laki yang kukenal sebagai ayah dari laki-laki yang kucinta tengah memeluk ibu yang sedang menggendong bayi. Dari warnanya aku yakin gambar ini diambil puluhanbtahun lalu. Ada apa ini?.

******
Masih ada yang baca nggak?
Nggak ada ya?
Nggak papa ko.. hihihi
Buat yang mau baca aku ucapin terimaksih sebanyak2nya..

Rika's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang