Bagian 11

2.3K 126 1
                                    

Suara pensil beradu dengan meja mendominasi ruangan ini. Berulang kali menghembuskan napas dan menarik napas membuatku lelah sendiri. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi membuat kepalaku pusing. Banyak tanda tanya yang belum terjawab.

Ketukan pintu memaksaku mendongak. Kyna, gadis muda dengan tampilan natural melongokkan kepalanya.

"Ada apa Na?" Tanyaku heran dengan tingkah lakunya hari ini yang aneh.

"Mbak.." panggilnya ragu

"Masuklah"

Perlahan Kyna yang tak lain adalah adik sahabatku itu melangkah masuk.

"Mbak, yang di gosip itu bener ya?"

"Gosip apa? Kenapa kamu bertanya begitu?" Tanyaku heran. Aku tidak suka bergosip. Membicarakan orang lain itu bukan kebiasaanku.

"Mbak pacarnya pak Kevin"

Aku menatapnya tak percaya. Bagaimana mungkin status kami yang baru kemarin berubah bisa secepat itu di ketahui orang.

"Gosip dari mana itu?" Tanyaku

Kyna semakin mendekat. Mengambil benda tipis di meja lalu menyalakan televisi yang terletak di sudut ruangan. Tatapannya mengisyaratkanku untuk melihat tayangan gosip selebriti yang sebenarnya kurang menarik perhatian.

"...berakhirnya kisah asmara model kelas dunia Selavia Agni dengan kekasihnya sangat di sayangkan para penggemar. Kabarnya ada pihak ketiga diantara pasangan serasi itu. Siapakah wanita itu? Kita simak liputannya berikut ini"

Hatiku mencelos melihat beberapa potret diriku yang entah siapa yang mengambilnya di layar datar di depanku. Mempertontonkan diriku yang di cap sebagai pihak ketiga. Pihak yang disalahkan atas berakhirnya hubungan mereka.

Pantaskah aku disebut seperti itu. Jelas-jelas aku adalah korban disini. Aku bukan tersangka. Aku tidak merayu maupun menggoda kekasih Via. Laki-laki itu sendiri yang datang padaku. Yang mengucapkan janji tanpa aku yang meminta.

"Matikan Na"

Aku menjatuhkan kepalaku diatas meja. Menyembunyikan wajahku di antara lipatan tangan. Aku marah. Aku kecewa pada diriku sendiri mengijinkan laki-laki itu memasuki ruang dihati. Bahkan ketika sebagian hatiku masih mencintai masa lalu.

Aku begitu bodoh. Tapi menyesal bukan saat yang tepat untuk sekarang. Meratapi dan menyalahkan diri saat ini tak akan membuat semua kembali seperti semula.

Tubuhku bangkit meninggalkan Kyna yang masih terdiam sambil menatapku iba. Bergegas menuju tempat dimana laki-laki itu berada.

Halaman gedung tampak dipenuhi wartawan saat aku sampai. Gerutuan panjang meluncur indah dari bibirku. Entah bagaimana caranya aku bisa masuk kalau para pencari berita itu bearada persis di depan pintu masuk. Bukan pilihan bagus kalau aku langsung menerobos.

Aku melambaikan tanganku pada salah seorang scurity yang kebingungan menghadapi wartawan itu. Beruntung laki-laki muda itu langsung menangkap kehadiranku dan dengan cepat menghampiri. Dengan sopan tanpa banyak bicara laki-laki itu menuntunku memutari gedung bertingkat ini. Menunjukkan pintu belakang gedung yang tak banyak diketahui.

"Maaf mbak saya cuma bisa nganterin sampai disini. Ruangan pak Kevin ada dilantai 15 mbak, pintu warna coklat paling ujung. Saya permisi dulu"

Laki-laki muda itu berbalik pergi setelah aku mengucapkan terimakasih. Kuhela napas, berjalan sesuai dengan petunjuk yang di katakan scurity muda itu.

Aku memasuki lift yang hanya terisi satu orang. Wanita muda dengan pakaian sopan menatapku dengan pandangan bertanya. Namun setelahnya dia tersenyum mengulurkan tangan yang kusambut dengan kaku "Nina" katanya ramah.

"Rika"

"Mbak pacarnya pak Kevin kan?" Harusnya aku senang mendengar pertanyaan itu. Namun yang kurasa sebaliknya.

Aku tak suka mendengar kalimat itu. Jadi yang kulakukan hanya tersenyum tak berniat untuk menjawab. Aku menoleh saat wanita ini menyenggol lenganku pelan "dari yang tampak sekarang saya tidak percaya asumsi mereka tentang mbak"

Ya, aku sedikit lega ternyata masih ada orang yang percaya padaku walau itu hanya satu dari sekian banyak orang "lagipula aku tidak terlalu suka melihat model sok itu berkeliaran di kantor ini. Wajah sok polosnya membuat ku muak" ocehnya tanpa henti dan tanpa sadar mengganti panggilannya.

Merasa tak ada respon dariku wajahnya menoleh "mbak Rika kok diam saja? Eh, tapi maaf ya mbak aku jadi curhat begini" cengirnya membuatku tertawa kecil.

"Saya duluan. Mungkin lain kali kita bisa ngobrol lagi" pamitku namun segera dicegahnya membuatku bertanya.

"Tulis nomor ponsel mbak dong" pintanya dengan wajah memelas membuatku dengan suka rela memberikannya.

"Makasih. Sampai ketemu lagi mbak cantik" ujarnya sambil melambaikan tangan saat aku berjalan meninggalkannya.

Tanganku mengetuk pintu kayu berwarna coklat gelap di hadapanku. Beruntung hanya beberapa orang yang melihatku kemari. Dan tanpa bertanya mereka membiarkanku sampai di depan ruangan bos mereka. Aku membuka pintu besar ini setelah mendengar suara dari dalam.

Kulihat laki-laki yang kemarin bersamaku sedang fokus pada lembar-lembar kertas di depannya. Mendengar dehemanku barulah dia mengangkat kepalanya. Menatapku dengan senyum menawan yang selalu dia perlihatkan.

"Hai sayang, kejutan sekali kamu datang. Ingin mengajakku makan siang hem?" Tanyanya sambil bangkit menghampiriku lalu membawaku untuk duduk di sofa.

"Mau minum apa?"

Aku menatapnya tajam "jangan berpura-pura tidak tau Kevin. Bersikap tenang seolah tidak ada apa-apa."

"Memang apa yang terjadi?" Pertanyaan dan raut polosnya membuatku ingin sekali mencakar wajah tampannya itu.

Kuhela napas, berada di dekatnya membuat emosiku naik turun "kumohon Vin, jangan begini. Jangan membuatku merasa jadi wanita paling jahat di muka bumi." Tuturku menatapnya sedih.

Kevin membawaku kedalam pelukannya "tenanglah. Aku sudah meminta orang suruhanku untuk membereskan semua." Dikecupnya keningku dengan lembut

"Tidak usah dengarkan mereka. Mereka hanya iri karena tak secantik dirimu" aku memukul dadanya pelan.

Disaat seperti ini dia masih bisa bersikap tenang. Menggodaku dengan kalimat pujiannya.

Aku mendesah samar. Emosi yang sebelumnya menggebu kini pudar seiring langkah kaki membawaku. Di dekat laki-laki ini membuatku nyaman. Merasa damai dalam pelukan dan perlakuan hangatnya. Mungkinkah cinta itu sudah datang dan mampu melupakan masa lalu.

Rika's StoryWhere stories live. Discover now