Dulu | IV

360 17 0
                                    

~ 𝓞𝓾𝓻 𝓟𝓻𝓸𝓶𝓲𝓼𝓮 ~

.

.

.

.

.

_____

"Fabian...bangun woi! Lu mau sarapan gak?".

Fabian terbangun dari tidurnya, bangsat emang si Gavin. Fabian lagi mimpi jalan² di taman Es Krim harus terhenti karna Gavin. Fabian kemudian duduk dan melihat Gavin berada di sampingnya, menatapnya kesal.

"Paan sih?! Ganggu orang tidur aja Lo!". Jawab Fabian kesal. Gavin menghela nafas panjang, sebelum kemudian mengangkat tubuh Fabian dan menaruhnya di pundaknya.

"ANJING GAVIN!!! TURUNIN GUA BANGSAT!!! IYA-IYA GUA SARAPAN! TAPI GAK GINI JUGA WOII!! GAVIN!!!!". Teriak Fabian saat tubuhnya diangkat oleh Gavin secara tiba-tiba. Tanpa disadari, mereka berdua sudah sampai di meja makan. Gavin menurunkan Fabian dan menaruhnya di salah satu kursi. Rasa kesal Fabian langsung hilang ketika melihat makanan yang tersaji di meja makan. Dia langsung menyantap makanannya tanpa mempedulikan Gavin yang sibuk membuat teh.

"Lu mau teh?". Tanya Gavin dari dapur.

"Gausah, habis makan gua mau langsung pulang". Jawab Fabian, walaupun Gavin memperlakukannya sangat baik, tapi bagaimana pun dia masih membenci Gavin atas perbuatannya di masa lalu. Gavin menghela nafas setelah mendengar jawaban Fabian. Dia berjalan menuju meja makan dan menaruh 2 gelas berisi teh untuknya dan untuk Fabian.

"Yaudah kalo Lo mau pulang, gua gak bakal halangi lu. Tapi, lu bisa dengerin gua dulu gak?". Tanya Gavin sambil menatap Fabian di depannya yang sibuk mengunyah makanannya.

"Hmm? Nanwa apwa?". Ucap Fabian dengan mulut yang masih penuh dengan nasi goreng. Melihat hal itu membuat Gavin menahan tawanya. Bagaimana bisa ada seorang laki-laki seimut ini?.

"Jangan ketawa lu bangsat! Cepetan lu mau bilang apa? Keburu pulang gua nih!". Ucap Fabian kesal.

"Oh...eummm jadi gini, gua cuman pengen minta maaf tentang kejadian 4 tahun yang lalu...gua gak sengaja ngebentak lu waktu itu...sumpah waktu itu gua gak bisa kontrol emosi gua, jadi...karna kebawa emosi, gua jadi marah-marah sama lu. Dan..ya...disini gua mau minta maaf yang sebesar-besarnya. Lu...mau gak maafin gue?". Gavin mengatakan seluruh kata² tersebut dengan perasaan takut. Dia takut Fabian tidak akan memafkannya.

"Kalo Lo mau gua maafin Lo? Kyknya gak bakal mudah... gua gak bakal bisa lupa gmn Ayah Lo membunuh Papa gua waktu itu. Lo gak tau gmn hancurnya hidup gua waktu itu. Kehilangan seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya. Lo gak bakal tau rasa sakit gua, karna Lo gak pernah ngalamin yang namanya kehilangan. Dan Lo seharusnya bersyukur masih punya kedua orang tua Lo, sedangkan gua? Gimana keadaan mama gua yang harus menjadi ibu rumah tangga, kepala keluarga, dan seorang ayah buat gua? Lo gak bakal pernah tau gmn rasanya. Dan Lo pengen minta maaf gitu aja? Hahaha, lucu Lo".

Balas Fabian dengan geram, jujur saja dia sedang menahan amarahnya agar tidak tercipta masalah baru yang mungkin lebih buruk daripada masalah sekarang.

"Tapi... Fabian, dengerin gua dulu. Gua-"

"Gua pulang"

Ucapan Gavin terpotong dengan Fabian yang memutuskan untuk pulang begitu saja. Sekarang, Gavin hanya bisa menatap punggung Fabian yang perlahan meninggalkannya sendiri di apartemennya. Saat pintu ditutup, Gavin tidak dapat menahan air matanya.

𝓞𝓾𝓻 𝓟𝓻𝓸𝓶𝓲𝓼𝓮 | GeminiFourth AU Where stories live. Discover now