Chapter 9 - Lomba Lari

252 60 35
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.

 Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

〰️



Lytha memejamkan matanya sejenak, disinilah dia— di depan garis start dan bersiap berlari, di sebelahnya ada Gytha yang sedang fokus meregangkan kakinya.

Ada banyak pertanyaan dalam benaknya, bagaimana Gytha bisa ikut lomba lari? Itu salah satunya dan langsung terjawab saat Lytha tidak menemukan Ethan di tribun penonton kelas Ipa 1.

Seluruh sekolah tahu, Gytha pernah sekali ikut olimpiade nasional dalam cabang lomba lari dan gadis itu mendapat mendali emas. Hal itulah yang membuat kelasnya ketar ketir tadi.

Walaupun hanya pernah sekali ikut lomba, tapi itu membuktikan kemampuan gadis itu dan pertandingan ini semakin menarik saat Lytha melihat dirinya.

Secara terknis, dua saudara akan bertanding dan itu membuat mereka menempatkan pertandingan ini dipaling terakhir, sebagai penentu score yang seimbang.

"Justin, bisa kita mulai sekarang."

"Tidak bisa! Aku harus menunggu seseorang dulu."

"Aishh, sial! Kau menunggu Ethan, bukan? Dia pasti tidak memperbolehkan ku bertanding jika datang nanti. Pikirkan kelas kita dan mulai saja pertandingannya, dasar bodoh!"

"Ya.. ya terserah padamu, dasar tukang perintah! Jangan salahkan aku jika Ethan datang nanti."

Justin langsung membunyikan peluit pertama, sebagai peringatan bahwa lomba akan dimulai.

Lytha bersiap, ia menatap kearah depan dengan serius. Berharap kemampuannya dalam berlari tidak pernah hilang.

Pritttt...

Bunyi peluit selanjutnya membuat Lytha dan Gytha berlari, meraka berjarak sangat tipis sekali, sulit menentukan siapa yang akan menang. Namun, baru 50 meter berlari Lytha terlihat limbung lalu memegang dadanya yang sesak.

Gytha berlari dengan cepat meninggalkannya yang mulai melambat. Mengetahui hal itu, Lytha berlari dengan sekuat tenaga, mengabaikan rasa sakit yang membuatnya sesak nafas.

Setiap langkah panjang yang diambilnya, mengahasilkan sebuah detakan tidak beraturan dari dadanya yang semakin sakit.

Jika ini akhirnya, biarkan kali ini aku menang, Tuhan! Kali ini saja, batinnya berteriak.



Degh!




70 meter..







Degh!






80 meter..






Degh!






90 meter..





"Yeeyyyyyy!!"

Suara sorak-sorak ramai penonton di tribun membuat Gytha dan Lytha yang berdiri jauh didepan garis finish menoleh— memastikan kelas mana yang bersorak.

"Aku tidak percaya ini." Seruan Keisha terdengar sampai ke telinga kedua saudari itu.

Sebuah senyuman terbit di bibir Lytha, aku menang, pikirnya bergembira.

Lytha gembira sekaligus ingin menangis, ini pertama kalinya ia menang dari Gytha dan entah kenapa rasanya sangat menyenangkan walaupun ada sesuatu yang berdenyut dalam dadanya.

Lytha semakin erat mencengkram seragam bagian dadanya, rasanya sakit.. tapi menyenangkan. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati rasa sakit yang membuatnya tersenyum.

Saat ia membuka matanya, dari kejauhan— Ethan berlari kearahnya. Berlari dengan sangat cepat, sampai Lytha berpikir ini mimpi. Apa ini waktunya berhenti berlari? Ia tersenyum sangat lebar saat Ethan berjarak beberapa langkah darinya.

Pria itu mendekat lalu mendoronganya dengan tiba-tiba sampai Lytha terjatuh, "Apa maksudnya semua ini? Kau sudah gila, ya?!"

Setelah mengatakan kalimat yang tidak terduga, Ethan berlari menuju Gytha lalu membawa gadis itu pergi dengan beberapa kalimat yang membuat dada Lytha semakin sakit.

Ia terisak di tanah, menunduk dalam di tengah lapangan lalu menatap Ethan yang berjalan menjauh seraya mengendong Gytha di punggungnya.

"Sakit.." Lirihnya pelan, "Sakit, Ethan."

Tangannya semakin mengepal di tanah, suasana lapangan hening seketika. Lytha tahu semua orang langsung pergi saat melihat Ethan berlari kearah sini. Mereka takut jadi sasaran amarah Ethan karena mengikutsertakan Gytha.

Isakan Lytha semakin keras bersamaan nafasnya yang semakin tidak teratur lalu ia mengerang pelan.

"Sakit, Mah. Bawa Lytha sekarang, Mah!"

Menang? kata itu miliknya sampai saat ia melihat Ethan menghampiri Gytha. Sampai kapanpun, ia tidak akan pernah menang. Bahkan sebelum pertandingan, Gytha memang sudah menang terhadap Ethan.

Untuk apa bertanding kalau sudah menemukan pemenangnya.

   





〰️

Tbc.

Keluarkan sumpah serapah kalian🙃

Secret of Twins [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें